Oleh : Turham AG*

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan investasi ilmu pengetahuan yang ditanamkan terhadap peserta didik, karena itu pendidikan perlu dikelola secara baik dan benar. Proses interaksi pendidikan berawal dari adanya input peserta didik dengan beragam model, prilaku dan potensi yang dimiliki, input peserta didik tersebut selanjutnya akan diproses melalui dan selama pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan akan menghasilkan out put yang berkualitas, sehingga mampu bergaul dalam masyarakat.
Harapan tersebut akan tercapai apabila guru melakukan pembelajaran dengan baik dan benar, untuk itu, KH. Maemun Zubair (Mbah Moen) mengemukakan bahwa “menjadi guru tidak usah berniat membuat peserta didik pintar, karena bila dalam kenyataan peserta didik bukan menjadi pitar membuat guru akan menjadi marah, sehingga nilai keikhlasan akan hilang”. Ungkapan Mbah Moen mengisyaratkan tugas guru yang sangat penting adalah niat yang tulus dan ikhlas untuk menyampaikan ilmu dan mendidik secara baik dan benar. Selanjutnya Mbah Moen mengemukakan “masalah peserta didik kelak menjadi pintar atau tidak serahkan pada Allah dan doakan agar peserta didik mendapat hidayah dari Allah SWT”. Secara singkat dapat dipahamami bahwa mendidik itu dapat lakukan dengan DUIT: Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal.
B. Pendidikan Bernuansa Islam
Pendidikan bernuansa Islam dimaksudkan bukan semata-mata harus di pesantren maupun madrasah, melainkan pendidikan bernuansa islam yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi lembaga pendidikan yang mengelola dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan mengikuti konsep islam, atau proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan konsep islam
C. Pendidikan Karakter
Secara harfiyah karakter berasal dari bahasa Latin, yaitu character, berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Secara istilah karakter berarti sifat manusia sesuai faktor kehidupannya sendiri, sehingga menjadi sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti sebagai ciri khas seseorang atau sekelompok. Berdasarkan artikata tersebut dapat dipahami bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT, diri pribadi, orang lain, lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat-istiadat.
Adapun pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai esensial dengan pembelajaran dan pendampingan sehingga peserta didik sebagai individu mampu memahami, mengalami dan mengintegrasikan core values (nilai-nilai ilmu pengetahuan) ke dalam kepribadiannya. Pendidikan karakter dalam grand design, yaitu proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
Pendidikan karakter dalam Islam dapat dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan kepada peserta didik dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan core values luhur yang akan menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya sebagai manifestasi hamba dan khalifah Allah dibumi sebagaimana Q.S : Al-Dhariyat (51): 56; Al-Bayyinah (98): 5; dan Al-Baqarah (2): 30.
D. Menghadapi Persaingan Global
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh setiap orang. Pendidikan juga sebagai sarana untuk menunjang seseorang mengasah dan menggali potensi dirinya untuk terus berkarya dan berkarir dalam dunia pendidikan. Untuk menghasilkan lulusan yang bagus atau berkualitas, pendidikan harus dirancang dengan sedemikian rupa, supaya dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing bukan hanya hanya tingkat nasional tapi sampai tingkat internasional (Global). Untuk itu, pedidikan sebagai sekolah masa depan haruslah memiliki kurikulum utama yang terdiri atas, Pendidikan agama, Pendidikan bahasa inggris, Pendidikan keilmuan dan pendidikan ketrampilan.
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang sangat diperlukan oleh manusia untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Apalagi pada saat ini, zaman yang semakin maju dan teknologi semakin canggih. Hadirnya media massa seperti internet, HP, dan lain-lain dapat dengan mudah mereka menggunakannya atau mengaksesnya, internet dan HP saat ini bukan lagi barang yang mewah. Karena hampir setiap orang memiliki bahkan ada yang lebih dari satu. Teknologi seperti disebutkan di atas dapat menimbulkan dampak positif berupa kemajuaan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga banyak dapak negatifnya dan ini yang memerlukan penangkalan dari semua pihak.
Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik berakhlakul karimah atau berkepribadiaaan baik. Pendidikan agama islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia kanak-kanak, remaja bahkan sampai dewasa. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pendidikan agama islam mutlak harus diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep islam dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Pendidikan Bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling penting untuk dipelajari jika ingin bersaing hingga tingkat internasional (dunia). Karena bahasa inggris merupakan bahasa persatuan internasional. Supaya dapat berkomunikasi dan bekerjasama ditingkat dunia pada zaman global ini, untuk mencapai maksud tersebut sebaiknya sejak SD diajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Sehingga peserta didik terbiasa berbahasa Inggris seperti layaknya berbahasa Indonesia. Tapi yang harus diingat jangan sampai meninggalkan bahasa tanah air. Karena hal itu dpat merugikan diri sendiri. Alangkah baiknya jika bisa mempromosikan atau mengenalkan apa yang dimiliki Indonesia umumnya dan Bener Meriah khususnya kepada masyarakat global untuk kemajuan bangsa dan daerah ini.
Pendidikan Keilmuan agar lulusan mampu meneruskan pendidikannya ke tingkat lebih tinggi, ditingkat perguruan tinggi harus sampai ketingkat ahli yaitu harus mampu mengembangkan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi, disistimatisasi dan diinterpretasi. Seperti pendidikan-pendidikan yang ada diluar Negeri mereka itu hanya mencetak peserta idik yang hanya mempelajari satu bidang keahlian saja. Tidak seperti yang ada di Indonesia yang dapat mempelajari dari beberapa keahlian. Namun hal itu juga terdapat banyak dampak positif dan negatif.
Dampat positifnya jika mempelajari banyak keahlian maka tidak dapat bekerja sesuai dengan semua keahlian tersebut, namun banyak pilihan bekerja pada bidang keahlian lain. Dampak negatif jika hanya mempunyai satu keahlian saja maka ketika tidak ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian tersebut maka tidak dapat bekerja.
Pendidikan ketrampilan sekurang-kurangnya satu macam agar lulusan dapat mencari kehidupan bila tidak bekerja pada sektor formal sesuai keahliannya. Di Indonesia juga sudah didirikan sekolah yang berbasis ketrampilan yang biasa disebut SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sekolah tersebut membuka beberapa jurusan diantaranya: teknik mesin, teknik listrik, teknik elektronika industri, otomotif, vidio audio, komputer, tataboga, menjahit, tata kecantikan, tata busana, dan lain-lain.
Dari ke-empat pendidikan tersebut yang harus dan paling diutamakan adalah pendidikan agama atau keimanan yang berhubungan dengan akhlak tujuanya: Pertama, akan menjadikan peserta didik merasa yakin selalu dilihat oleh Allah, sehingga peserta didik tidak berani melakukan kenakalan. Kedua peserta didik tambah tidak berani melakukan kenakalan, mengingat selalu dilihat dan diawasi Allah melalui malikat-malaikat-Nya. Ketiga agar peserta didik merasa dekat sekali dengan Allah, sehingga peserta didik memiliki sebagian kecil sifat-sifat Allah dan jika ingin melakukan sesutu maka peserta didik akan berfikir-fikir dahulu.
Pendidikan agama (Keimanan dan ketakwaan) menjadi inti pendidikan nasional jika tujuan pendidikan itu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
Pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama, dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama bahkan dapat menghancurkan negara bahkan dunia. Lulusan yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang benar-benar global dikemudian hari.
Oleh karena itu, untuk mampu bersaing hingga tingkat internasional maka tentu membutuhkan bekal pendidikan agama sebagai pengendali segala perbuatan pendidikan bahasa Inggris agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik untuk melakukan kerja sama. Pendidikan keilmuan agar mempunyai suatu keahlian atau spesialis terhadap salah satu bidang. Pendidikan ketrampilan agar lulusan dapat mencari kehidupan bila tidak dapat bekerja pada sektor formal sesuai keahliannya.
E. Membentuk Karakteristik Peserta Didik
Sebagaimana dimaklumi bahwa pendidikan adalah usaha mulia untuk memanusiakan manusia sebagaimana fitrahnya manusia itu sendiri. Sebagaimana Sabda Nabi yang artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tua nyalah yang membuat mereka menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”. Orang tua yang dimaksudkan hadits tersebut termasuk guru didalamnya. Oleh karena itu guru yang merupakan orang tua kedua dari peserta didik sangat berpotensi membentuk karakteristik anak.
Setidaknya ada empat pilar dalam diri peserta didik yang dapat dioalah menjadi pengembangan kefitrahannya, yaitu:
- Olah pikir, yang meliputi fitrah peserta didik menjadi cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analisis, ingin tau, produktif, berorientasi iptek dan reflektif
- Olah hati, yang meliputi fitrah peserta didik menjadi beriman dan bertakwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriot.
- Olahraga, yang meliputi fitrah peserta didik menjadi bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, diterminatif, kompetitif, ceria, ulet dan gigih
- Olahrasa, yang meliputi fitrah peserta didik menjadi ramah, peduli, berani, toleran, nasionalisme, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja.
Empat pilar tersebut dilakukan dengan model, pendekatan dan strategi pembelajaran, yaitu 1. Monolitik (pembelajaran tersendiri), 2. Nilai-nilai agama islam teritegrasi dalam mata pelajaran, 3. Dilakukan diluar pembelajaran, termasuk contoh pada diri guru dan 4. Gabungan. Keempat pilar ini bila dilakukan menggunakan edutaiment sangat membantu peserta didik agar cepat berkembang dan peserta didik akan mudah mengintegrasikan kedalam dirinya, sehingga pada giliranya akan menjadi karakter peserta didik. []