Peran Kader Bangsa Menjaga Eksistensi Bangsa

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Isu Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia terus berlanjut sampai sekarang ini, entah siapa yang menghembuskan isu tersebut (osop-osop teles) atau ada program khusus yang dilancarkan oleh kelompok tertentu dibalik isu PKI di tanah air tercinta ini. Padahal PKI masa Bung Karno telah usai dengan pidatonya yang mengajukan pilihan kepada rakyat: ikut dengan Muso (Tokoh pemberontakan PKI Madiun) atau ikut Soekarno Hatta. Tawaran itu segera disambut dengan sikap mendukung Pemerintah RI.

Kata orang Gayo (osop-osop teles) Kadang hilang dan tiba-tiba muncul kembali itulah isu PKI, namun menariknya isu PKI ini tidak terlepas dari agenda politik yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, kader bangsa harus cerdas melihat fenomena politik yang terjadi di Indonesia apalagi menjelang pemilihan Presiden 2019 pastinya isu PKI tersebut terus digencarkan sebagai isu politik tertentu.

Salah satu kelemahan rakyat Indonesia adalah kurangnya minat membaca yang menyebabkan kurangnya referensi sehingga rakyat Indonesia mudah di provokasi oleh berita-berita hoax. Nah, disinilah peran dari kader-kader bangsa (pelajar, mahasiswa dan pemuda) untuk melawan program-program propaganda dari sekelompok orang yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dan mengancam eksistensi bangsa yang dapat menghambat perkembangan bangsa.

Mochtar Buchori dalam bukunya Indonesia Mencari Demokrasi, ada beberapa masalah dapat mengancam eksitensi bangsa atau menghambat perkembangan bangsa (Profesor Sartono) yaitu: Pertama, kesenjangan antar-golongan bangsa. Kedua, kontras antara golongan kaya dan kaum miskin. Ketiga, proses pendewasaan politik yang mengalami berbagai hambatan. Keempat, keterbelakangan IPTEK. Kelima, belum selesainya transisi dari budaya agraris ke budaya industrial dan yang keenam, pembudayaan Pancasila menjadi etos bangsa.

Point ketiga dan keenam menjadi perhatian khusus buat kader-kader bangsa karena point ini sangat rentan terhadap isu-isu yang dapat mengancam eksistensi bangsa, Indonesia bangsa besar yang mempunyai banyak partai namun amat disayangkan para kader-kader politik (politikus) yang sudah mempunyai jam terbang tinggi namun masih saja tergila dengan jabatan sehingga cara dalam berpolitik menjadi hitam kelabu dengan kejahatan begitu juga dengan rakyat biasa masih minimnya pengetahuan politik menyebabkan rendahnya kedewasaan dalam berpolitik sehingga mudah terporovokasi dengan isu-isu murahan.

Begitu juga dengan point keenam, isu Pancasila tidak sesuai dengan landasan Islam menjadi bahan politik untuk mengancam eksistensi bangsa padahal Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia, tanpa mengenal perbedaan-perbedaan: suku, agama, ras dan golongan. Indonesia mempunnyai kelebihan dan keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh bangsa lain, keunikan tersebutlah yang perlu dijaga oleh kader-kader bangsa agar eksistensi bangsa tetap terjaga. (Baca: Uniknya Bangsa Indonesia).

Politik Abad Kemarahan

Istilah Abad Kemarahan (age of anger) dipopulerkan oleh seorang penulis dari negeri Bollywood Pankaj Mishra akibat dari krisis kemanusiaan, perang di dunia Timur-Tengah menyebabkan orang-orang ketakutan dan lari dari negerinya sendiri menuju negeri orang lain. Akhir-akhir ini Muslim Rohingya di usir dari Myanmar menambah derita terhadap keberadaan manusia di dunia ini.

Krisis kemanusiaan itu berada di luar negari sedangkan di dalam negeri ini sedang mengalami yang namanya krisis politik, krisis politik dapat mengancam eksistensi bangsa dengan manuver-manuver PKI seperti isu sekarang ini, menebar isu politik murahan kepada masyarakat sehingga menyebabkan kegaduhan di dunia maya dengan berita-berita hoax serta menebar berita-berita kebencian. Disini peran kader bangsa untuk mencerdaskan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara selama kader bangsa mempunyai cita-cita menjaga keeksistensian bangsa.

Peran kader bangsa dalam menjaga eksistensi bangsa sangatlah diperlukan oleh bangsa Indonesia, oleh karena itu modal utama yang harus dimiliki oleh seorang kader bangsa adalah wawasan yang luas, mengetahui fenomena yang sedang terjadi serta bisa memahami dan mengnalisisnya dengan cermat dan tajam (begitu juga dengan mahasiswa, bukan hanya berkutat dengan mata kuliahnya tapi bagaimana menambah wawasan dari sekitarnya), atau seorang ativis bukan hanya menghafal doktrin keorganisasiannya, belajar berdebat dan belajar orasi sehingga mampu berorasi ditengah jalan tapi bagaimana mampu mengajak masyarakat luas untuk menangkal setiap ancaman yang ditujukan kepada bangsa atau memecah belah kesatuan bangsa Indonesia.

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.