TAKENGON-Lintasgayo.co : Pesatnya perkembangan industri kopi dunia menjadi tantangan baru bagi petani kopi di Dataran Tinggi Tanoh Gayo. Daerah penghasil kopi arabika yang terbesar di Asia itu.
Agar bisa bersaing dengan penghasil kopi di Indonesia maupun mancanegara. Petani kopi Gayo haruslah punya pengetahuan dari hulu hingga hilir.
Hal-hal kecil yang dilakukan justru besar pengaruhnya terhadap dunia kopi di daerah berjulukan negri di atas awan. Mulai dari kebun, pengolahan pasca panen hingga industri olahan.
Pengolahan kopi setelah panen sangatlah berperan, bahkan bisa memberikan efek kepada hasil akhir kopi yang diseduh. Sehingga proses pengolahan termasuk faktor penting yang tidak boleh dilewatkan dalam industri kopi.
“Akhir-akhir ini, upaya pengeringan biji kopi pasca panen menjadi kendala utama bagi petani di Gayo, sebab curah hujan begitu tinggi,” kata Iwan Juni, Senin (11/9).
“Solusi dalam penangan kopi saat panen raya yang di perlukan adalah ruang penjemuran memakai plastik ukuran 5×5 meter. Dengan demikian hujan tidak lagi menjadi masalah pada saat pengeringan kopi,” jelasnya.

Karena konstruksi ini telah dilengkapi dengan atap plastik transparan sehingga menjamin panas terdistribusi dengan merata.
Panas yang tidak ekstrim yang diterima kopi juga menjamin kesatuan dinding sel endosperm kopi tidak rusak sehingga kualitas biji kopi yang dihasilkan menjadi sangat baik.
Adalah konstruksi penjemuran kopi yang dilengkapi dengan rak para-para (wired drying bed) beratap transparan. Para-para disusun di tiga lantai rak. Rak diatur dengan baris tunggal-ganda-tunggal (2 rak tunggal dan 1 rak ganda) yang masing-masing baris dipisahkan lorong dengan lebar 90 cm.
Lebar tersebut dirasa cukup luas pada saat petugas akan menyusun para-para di atas rak atau membalik kopi yang sedang dijemur.
Disamping itu lanjutnya, konstruksi luar fasilitas ini berukuran 5×5 meter. Rak berukuran panjang 4 meter dengan lebar 40 cm (tunggal) dan 80 cm (ganda). Para-para jemur yang digunakan berukuran 60×80 cm. Rak tunggal dapat menampung 6 para, sementara rak ganda 12 para.
Jadi, setiap lantai dapat menampung 24 para. Sehingga, untuk tiga lantai di dalam konstruksi ini daya tampungnya adalah 72 buah para per batch.
Setiap satu rak tunggal (enam buah para) dapat diisi penuh gabah kopi dari 4 kaleng (1 kaleng = 20 liter) gelondong.
Jika gelondong tersebut adalah hasil dari gelondong dengan tingkat kemerahan yang sempurna, per satu kaleng gelondong akan menghasilkan tidak kurang dari 2 kg biji kopi pasar (green bean) dengan spesifikasi kadar air 12% dan bebas biji cacat. Sehingga dari tiga lantai rak akan dapat mengeringkan 96 kg biji kopi pasar per batch.
Dengan asumsi kopi kering per 10 hari, maka dalam sebulan akan didapat tiga batch. Maka, per bulannya konstruksi ini dapat menghasilkan 288 kg biji kopi pasar.
Andai saja para petani kopi di Gayo memiliki drying station atau rumah pengeringan yang dibuat sedemikian rupa. Maka saat panen raya kopi akan cepat kering. Saat cuaca sedang buruk atau memasuki musim penghujan tidak lagi menjadi kendala bagi petani. [Maharadi]