MAS Pameu Potret Pendidikan Aceh Tengah di Tengah Usulan Kenaikan Gaji Dewan

oleh

*Catatan Feri Yanto

Kita mungkin sudah merdeka secara harfiah, namun hakikatnya dalam berbagai sisi kita belum merasakan kemerdekaan secara hakiki, masih banyak dipelosok negri ini rakyat yang masih belum merasakan hak dasarnya sebagai warga negara yang merdeka, hak untuk mengenyam pendidikan yang layak dengan fasilitas yang memadai misalnya, ataupun hak untuk merasakan infrastruktur jalan dan akses yang dapat menunjang perekonomian, hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.

Kemukiman Pameu contohnya, Saat kami, saya dan beberapa teman lainya tim pendataan potensi kesenian di setiap kampung di Aceh Tengah, kali ini kami melakukan pendataan ke sebuah kemukiman yang berada terpencil di Kecamatan Rusip Antara Kabupaten Aceh Tengah, kemukiman ini terdiri dari lima kampung diantaranya Paya tampu, merandeh paya, kuala rawa, tanjung, Laut Jaya, kemukiman ini beberapa tahun silam merupakan perkampungan yang terisolir, meski kini jalan menuju kemukiman tersebut sudah mudah dilalui karena sudah diaspal sebagian besar jalan menuju kemukiaman tersebut kecuali sekitar 15 Km lagi yang masih pengerasan, namun ini sudah jauh lebih baik bagi masyarakat di kemukiman tersebut, bagi mereka ini merupakan kemerdekaan yang membebaskan dari keterisolasian, meski harapan untuk mendapatkan peningkata jalan menuju kampung mereka tetaplah menjadi sebuah harapan.

Disaat kami sedang menuju kampung paya Tampu, melewati kampung Tanjung, di tengah daerah perkebunan warga, di pinggir jalan, terlihat sebuah bangunan ber-atap seng dan berdinding triplek, di depannya terdapat pamplet  bertuliskan MAS Pameu, saya yang menyetir mobil Avanza langsung menekan rem, dan berhenti pas didepan pamlet tersebut, kemudian kami sepakat untuk turun melihat kondisi sekolah tersebut. Tidak da anak sekolah dan sipapun ka temui karena memag libur dan juga kami tiba di tempat tersebut sudah mendekati waktu Ashar, kami langsung masuk kedalam ruangan untuk melihat, karena memang pitu terbuka begitu saja tanpa tutup.

Ketika kita melihat kondisi pendidikan di daerah ini sungguh memprihatinkan, sekolah yang terbuat dari bangunan darurat dengan fasilitas yang tidak layak jauh berbeda dengan fasilitas pendidikan yang berada di daerah lainya di perkotaan, di Pameu, hanya ada sekolah MAS Pameu, didirikan tiga tahun lalu oleh Rismandi yang juga sebagai kepala Sekolah MAS Pameu saat ini.

MAS Pameu ini memiliki tiga Ruangan Kegiatan Belajar (RKB) tanpa kantor dewan guru, terbuat dari dinding triplek, atap seng lantai tanah dengan fasilitas belajar seadanya, disini sebanyak 40 siswa belajar menimba ilmu, diantaranya 17 siswa Kelas 3, 10 Siswa kelas 2 dan 13 Siswa kelas 1, setiap harinya mereka diajar oleh guru Honorer yang juga kesejahteraannya tidak ada, para guru tersebut mengajar dengan keikhlsan tanpa pamrih.

“Semua guru disini guru bakti, tidak ada di gaji, dulu pernah ada sekali diberikan kepala sekolah, itupun dari gaji kepala sekolah yang dibagi-bagikan, cuma 200 ribu,” ungkap Rospinem, salah seorang guru di MAS Pameu saat kami berkunjung ke rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sekolah tersebut.

Mendengar cerita dari buk Rospinem yang merupakan alumni dari STAI Gajah Putih ini menegaskan bahwa semangat pengabdian yang tinggi untuk membangun karakter dan sumberdaya manusia di daerah pedalaman adalah sebuah kerja kemanusiaan yang luhur, disamping banyaknya prilaku tak terpuji para petinggi negri yang berlomba menggarong uang negara yang disumbang oleh rakyat yang justru tidak menikmati arti kemerdekaan. Pun semangat generasi bangsa yang ingin menikmati pendidikan meski dalam segala keterbatasan, segala kekurangan fasilitas yang dimiliki, meski dilain sisi para wakil rakyat terus berusaha untuk menaikkan gaji dan seolah tak peduli pada nasip mereka.

MAS Pameu, adalah satu dari cerita tentang pendidikan di Aceh Tengah, masih banyak daerah terpencil yang membutuhkan perhatian secara serius, seperti Karang Ampar dan Bergang yang kini banyak anak putus sekolah akibat akses yang terlalu jauh dengan sekolah, rendahnya pendidikan berbasis agama, juga daerah-daerah lain, Kala Wih Ilang, Kemukiman Wihni Dusun Jamat, dan masih banyak lainnya luput dari pantaun dan perhatian kita bersama. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.