Menjadi Pendidik Sejati

oleh

Oleh Johansyah*

Tulisan ini disarikan dari makalah yang saya sampaikan beberapa waktu lalu saat pembekalan mahasiswa PPL STAIN Gajah Putih di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon. Saat itu diminta untuk menyampaikan materi dengan tema ‘kiat dan kisah sukses pendidik dan wirausahawan Islami’. Pada bahasan ini saya batasi hanya pada wilayah pendidik sebagai bidang yang lebih dominan saya geluti. Uraian berikut antara lain menkaji tentang makna pendidik, dan bagaimana menjadi seorang pendidik yang sukses. Di bagian akhir, sedikit saya singgung tentang bagaimana menjadi pendidik yang juga memiliki mental enterpreneur agar mampu mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Siapa Itu Pendidik?

Pendidik adalah sosok yang bertugas dan bertanggungjawab dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik. Seorang pendidik memiliki tugas yang kompleks, bukan hanya mentransformasi pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai serta keterampilan dan kecakapan hidup. Sukses atau tidaknya seseorang guru mendidik diukur dengan sejauh mana dia mampu mengembangkan potensi peserta didik. Dalam Islam pendidik adalah sosok yang dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Maka puncak keberhasilan pendidikan sebanarnya adalah ketika seorang pendidik melahirkan peserta didik yang cerdas, memiliki skill, dan berakhlak mulia.

Pendidik dapat dimaknai dari dua perspektif; luas dan sempit. Guru dalam makna luas terkait dengan fenomena alam (kauniyah). Peristiwa di sekitar kita, makhluk Tuhan yang lain, baik yang bergerak dan berpindah, atau makhluk yang hanya bergerak saja. Kalau mau mengambil pelajaran, orang dapat memperolehnya dari semut, laba-laba, pisang, atau apa saja. Ketika ada pelajaran berharga yang diperoleh dari makhluk dan benda ini, secara tidak langsung mereka sudah menjadi pendidik bagi manusia. Seorang Tarzan (walau hanya kisah fiktif) tidak pernah mendapatkan materi pendidikan dari sang pendidik yang bernama manusia. Dia dididik oleh makhluk lain dan belajar di rimba. Dalam sejarah awal mula manusia, ketika Qabil membunuh saudaranya Habil, lalu dia tidak tau bagaimana caranya mengubur saudaranya tersebut. Lalu di hadapannya dua ekor burung berlaga dan salah satunya mati. Lalu burung yang hidup menggali tanah dan mengubur burung yang mati. Melihat peristiwa itu, Qabil pun akhirnya mengubur saudaranya Habil.

Dalam makna sempit, pendidik adalah mereka yang memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawab kemanusiaan dan mengerti akan makna hidup, lalu mentransformasikan kesadaran tersebut kepada orang lain (untuk tidak menyebut sekedar anak-anak). Dalam keluarga, sosok pendidik itu adalah orangtua, di sekolah, pendidik itu adalah guru, dan di masyarakat pendidik itu adalah semua warga masyarakat yang memiliki kesadaran tadi. Salah satu hal yang dapat membedakan antara pendidik dalam makna luas dan sempit yakni; pendidik dalam makna luas tadi lebih pada pendidik pasif, sedangkan pendidik dalam makna sempit adalah pendidik aktif. Dalam makna yang ringkas, pendidik itu adalah mereka yang mentransformasikan pengetahuan (kognitif), menanamkan dan membentuk sikap dan akhlak mulai (afektif), serta mereka yang mampu memberikan kecakapan hidup bagi peserta didik (psikomotorik).

Bagaimana Menjadi Pendidik Sejati Yang Sukses?

Dalam pandangan al-Ghazali, seorang pendidik itu dapat sukses apabila memiliki karakter kasih sayang, ikhlas, demokratis, memahami karakter dan bakat-minat peserta didik. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, guru sukses adalah guru yang mampu ingngarso suntulodho, ing madio mangun karso, tutwuri handayani.

Dari berbagai referensi, dapat dipahami bahwa untuk menjadi pendidik sukses itu, seseorang harus memiliki karakter utama kemanusiaan, yakni karakter mengabdi. Karakter mengabdi akan melahirkan karakter berikutnya yaitu ikhlas, gigih, sabar, aktif, kreatif, menyenangkan dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik, bukan hanya sekedar memberi teladan. Makanya di Gontor, dikembangkan konsep pendidikan atthariqatu ahammu min al maddah, al mudarrisu ahammu min at thariqah, waruhul taallum nafsuhul mudarris. Pendidik itulah yang menjadi inti pendidikan. Baik-buruknya pendidikan ada pada pendidik.

Belajar Dari Hanan Al-Hrou, Sang Guru Pengungsi

Adalah Hanan Al Hroub, yang besar di sebuah kamp pengungsi Palestina di dekat Bethlehem, sehari-harinya kini menjadi guru untuk para pengungsi mendapat sebuah penghargaan sebagai guru hebat. Pengumuman penghargaan ini berlangsung di Dubai, Minggu 13 Maret, dengan siaran video langsung oleh Paus Fransiskus, yang antara lain mengatakan guru adalah ‘pembangun perdamaian dan persatuan’. Selain itu Pangeran William, pewaris urutan kedua Kerajaan Inggris, juga ikut menyampaikan ucapan selamat lewat pesan video. Paus Fransiskus mengumumkan pemenang lewat siaran video langsung.

Dalam pidato penerimaan hadiah, Hanan Al Hroub mengatakan guru bisa mengubah dunia. ‘Saya bangga menjadi guru perempuan Palestina yang berdiri di atas panggung ini’, katanya. Hanan Al Hroub, yang keahliannya adalah menangani anak-anak yang menderita trauma kekerasan, mengatakan akan menggunakan hadiah uang yang ia terima untuk membantu murid-muridnya. Finalis yang menjadi saingannya untuk mendapat penghargaan antara lain berasal dari Inggris, India, Kenya, Finlandia, dan Amerika Serikat. Global Teacher Prize diberikan oleh Yayasan Varkey yang merupakan yayasan sosial milik perusahaan pendidikan internasional, GEMS antara lain dengan tujuan untuk meningkatkan status profesi guru (Republika Online, 14 Maret 2016).

Untuk sukses dalam profesi apa pun, termasuk pendidik, maka ada modal utama yang harus dimiliki seseorang. 2) karakter pengabdi dengan setulus hati; 2) karakter sabar, agar seseorang kuat dan tangguh menghadapi kegagalan demi kegagalan; 3) Kerja keras. Bahwa seorang pendidikan atau wirausahawan yang ingin sukses itu harus kerja keras; 4) berani menghadapi resiko. Pekerjaan apa pun pasti memiliki resiko, oleh sebab itu apa pun jenis pekerjaan yang ditekuni seseorang harus berani menghadapi resikonya.

Seorang yang berprofesi sebagai pendidik harus menyadari bahwa mereka itu adalah pengabdi tanpa batas dan tidak mengharap tanda jasa. Guru itu adalah estafet kenabian dalam menyampaikan risalahnya. Selain mental pengabdi, seseorang juga harus memiliki karakter kerja keras, sabar, tidak gampang menyerah, dan berani menghadapi resiko.

Di era kemajuan teknologi dengan persaingan yang demikian kuat, plus sulitnya lapangan pekerjaan di wilayah pemerintahan, maka seorang sarjana pendidikan dituntut memiliki mental enterpreneur dan memiliki skill khusus. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah mindset para sarjana calon pendidik bahwa mereka tidak mencari lapangan pekerjaan, tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Walau peluang untuk menjadi bagian dari pegawai pemerintah tetap ada, para sarjana calon pendidik harus yakin dan mampu melakukan pengabdian dengan berdikari dan mandiri.

*Johansyah, adalah Pemerhati Pendidikan. Email; johan.arka@yahoo.co.id

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.