Saman 10001 Penari, Nyatakan Gayo Sebagai Suku Bangsa Berbudaya dan Berperadaban

oleh

*Catatan Feri Yanto

Takjub, mungkin kata yang cocok diungkapkan menggambarkan isi hati tatkala melihat hamparan manusia berpakaian kerawang dengan teleng (Atribut penari Saman di kepala) yang melingkar di kepala para penari  Saman, para kaum adam yang duduk bersimpuh berbaris dan berbanjar rapi laksana parade militer negara adidaya yang siap meluluh lantakkan negara jajahanya.

Siapapun, pasti akan tercengang melihat hamparan manusia ini, belum lagi saat pertunjukan tari Saman dimulai, dengungan suara serentak pembuka yang siap membangkitkan bulu kuduk, semua orang akan merinding mendengarnya, menghipnotis ratusan ribu penonton yang berdesakan disekeliling stadion bola kaki Seribu Bukit tersebut, mendadak diam, hening sejenak sebelum kemudian sorak menghentak memecah sepi menunjukkan ketakjuban para penonton melihat gerakan tari Saman tersebut.

Pertunjukan yang megah ini, melibatkan 12.262 orang penari Saman, diantaranya 12.247 orang penari di lapangan dan 15 orang penari pemandu di atas panggung sebagai acuan gerakan secara serentak, secara keseluruhan jumlah penari saman ini berjumlah genap, tapi secara tampilan tetap saja jumlahnya ganjil, karena mestilah dibedakan antara pemandu dengan penari di lapangan, jadi,  penari di atas panggung berjumlah ganjil dan penari di lapangan juga berjumlah ganjil, angka inipun merupakan angka pasti berdasarkan hitungan yang dilakukan tim Museum Rekor Indonesia (MURI), inilah pagelaran tari Saman massal dengan jumlah penari terbanyak di dunia, memecahkan rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI), Minggu (13/8/2017), di Stadion Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

Penghargaan tersebut langsung diserahkan manajer MURI, Andre Purwandono, kepada Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasyim, didampingi Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, di atas panggung utama pagelaran Saman 10.001 penari.

Ini merupakan sebuah karya spektakuler yang dimotori oleh Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasyim diakhir masa jabatannya sebagai Bupati Negri Seribu Bukit tersebut, meski nyatanya tidak semua orang suka dan banyak juga orang yang nyinyir terhadap kabijakan pemerintah Kabupaten Gayo Lues ini dalam membranding Kabupaten Gayo Lues, tari Saman dan Gayo secara umum.

Kenapa saya katakan tari saman tersebut membranding kabupaten Gayo Lues, Saman dan Gayo secara umum. Percaya atau tidak,  bahwa Kabupaten Gayo Lues bukanlah kabupaten yang cukup dikenal di Indonesia, bagitupun di Aceh,  Gayo Lues  tercatat dan dikenal merupakan kabupaten termiskin, begitupun tari Saman, tidak banyak orang yang tau bahwa tarian ini merupakan milik masyarakat Gayo, justru tari Saman dalam pengetahuan masyarakat umum di Indonesia adalah milik suku Aceh yang biasa dilakoni oleh penari perempuan, meski tari Saman itu sendiri sudah di tetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, dimana penari nerupakan laki-laki dan berjumlah ganjil, tapi ini saja tidak cukup mengubah persepsi masyarakat secara umum mengenai tari Saman yang sudah lama terbranding sebagai tari Aceh yang dilakoni perempuan, bila tidak percaya coba saja searcing di Google dengan kata kunci ‘Tari Saman’ pasti yang muncul pertama bukan tari saman yang di tetapkan UNESCO justru yang muncul gambar para penari perempuan.

Begitupun dengan Gayo, meski suku terbesar ke-dua di provinsi Aceh, namun nyatanya nama Gayo tidaklah begitu dikenal secara luas sebagai nama Suku Bangsa, pun nama wilayah yang meliputi dataran tinggi di Aceh ini, karenanya segala produk yang berasal dari Gayo sulit sekali mendapatkan posisi di masyarakat luas di Indonesia, orang akan lebih mudah mengenal produk Aceh,  misalnya saja, Kopi Gayo lebih di kenal dengan Kopi Aceh,  padahal kopi ini tumbuh dan berkembang di Gayo, karena Gayo merupakan dataran tinggi yang menjadi syarat tumbuh dan berkembangnya kopi terutama jenis Arabika, kecuali kopi Robusta baru kemudian dapat tumbuh di daerah dataran rendah itupun pada ketinggian antara 400-700 Mdpl, tentu di Provinsi Aceh dataran tinggi Gayo lah yang paling ideal untuk segala jenis tanaman Kopi, sementara di daerah lain kalaupun bisa tumbuh tapi tidak optimal baik secara pertumbuhan maupun produktivitas belum lagi soal kualitas.

Lalu,  kaitannya apa dengan tari Saman 10.001 penari yang di lukan oleh pemerintah Gayo Lues?, pertama,  Gayo Lues kini telah di kenal secara luas baik secara Nasional maupun Internasional, bahwa di provinsi Aceh,  ada sebuah kabupaten bernama Gayo Lues dan memiliki kesenian dan kebudayaan sendiri dimana salah satu seni yang di miliki adalah tari Saman, tari Saman ini telah mengenalkan Kabupaten Gayo Lues sebagai kabupaten yang memiliki peradaban dan identitas ke-Gayo-an yang kuat.

Kedua,  Saman yang dulunya dikenal ditarikan oleh perempuan dan milik Aceh kini telah terlegitimasi dengan jelas dan masif di mata masyarakat umum dalam skala nasional dan internasional sebagai kesenian yang penuh filosofi dan merupakan milik masyarakat dari suku Gayo yang berada di Kabupaten Gayo Lues melalui rekor MURI dan pemberitaan yang masif di media-media Nasional dan juga Internasional serta media sosial.

Ketiga, Gayo yang tidak terlalu dikenal sebagai wilayah dan suku bangsa kini telah terangkat identitasnya sebagai suku bangsa yang memiliki seni dan budaya yang khas, bukan hanya melalui kopi Gayo yang justru banyak orang mempersepsikan Gayo disini sebagai brandi produk sperti Starbucks, Tim Hortons, Coffe Beanerry, dll, tapi Gayo pada kopi merupakan identitas wilayah produksi kopi, dimana Gayo sebagai nama wilayah dan suku bangsa yang kaya memiliki peradaban yang luhur, karena itu,  seni dan budaya adalah alat lain yang tepat untuk mengatakan pada dunia bahwa Gayo adalah suku bangsa yang kaya,  berbudaya dan berperadaban.

Selaku orang Gayo, saya mengapresiasi bupati Gayo Lues,  Ibnu Hasyim yang telah berhasil mengenalkan Gayo kepada dunia melalui Saman massal yang telah menarik perhatian masyarakat luas dari berbagai penjuru dunia. Dan saya kira seluruh masyarakat Gayo mestilah mengapresiasi langkah ini dan untuk daerah Gayo lainnya seperti Aceh Tengah dan Bener Meriah bolehlah mencontoh atau meniru apa yang dilakukan oleh pemerintah Gayo Lues,  karena dengan demikian segala potensi wisata yang ada di daerah Gayo akan mudah di publikasikan dan menarik kunjungan wisatawan secara besar-besaran ke Gayo.

Hal itu dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gayo, sebab segala potensi wisata di Gayo dapat di jual dan menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat, juga akan melahirkan lapangan pekerjaan baru di tengah masyarakat, karena laris manisnya usaha jasa, selain itu tentu saja menarik perhatian investor untuk membangun daerah.

Ini dapat terlihat pada pergelaran Saman 10.001 penari di Gayo Lues, dimana hotel-hotel penuh sehingga home stay menjadi pilihan dan strategi menampung tamu yang berkunjung ke Gayo Lues,  bukan hanya di seputaran kota Gayo Lues,  home stay berlaku sampai ke daerah Kuta Panjang,  dimana mobil pengunjung berjejer parkir di depan rumah warga dengan plat nopol daerah luar Gayo Lues menandakan jejeran mobil di rumah warga adalah pendatang dari luar Gayo Lues, ada yang masih dari provinsi  Aceh banyak juga berasal dari luar Aceh.

Karenanya, seni dan budaya mampu mengatarkan masyarakat Gayo pada kejayaan dan kesejahteraan, melalui seni dan budaya kita mampu mengatakan pada dunia bahwa kita ada, bahwa kita adalah suku bangsa yang hebat, aku bangga sebagai urang Gayo, terimaksih pemerintah Gayo Lues,  terimakasih pak Ibnu Hasyim Bupati Gayo Lues, terimakasih untuk 12.262 penari Saman yang telah menunjukkan inilah Gayo. Saya bangga tari Saman 10.001 penari, Saman menyatukan dunia.

Penulis Ketua Umum HMI cabang Takengon juga wartawan Lintasgayo.co.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.