Manusia bukan Hewan, Manusia Makhluk Unik

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Manusia dalam bentuk sebaik-baiknya adalah bagian jiwa manusia yang bersifat spiritual sedangkan manusia dalam tempat yang serendah-rendahnya adalah bagian manusia yang bersifat material. (Filsuf Mulla Sadra).

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk terbaik “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baik pendirian” (at-Tin: 4). Penjelasan ayat ini kalau kita rujuk ke tafsir al-Azhar menegaskan bahwa diantara makhluk Allah diatas permukaan bumi ini manusia lah yang diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan bentuk bathin, bentuk tubuh dan bentuk nyawa.

Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan yang lain, tentang ukuran dirinya, tentang manis air mukanya, sehingga dinamai basyar, artinya wajah yang mengandung gembira, sangat berbeda dengan binatang yang lain. Dan manusia diberi pula akal, bukan semata-mata nafasnya yang turun naik. Maka dengan perseimbangan sebaik-baik tubuh dan pedoman pada akalnya itu dapatlah dia hidup dipermukaan bumi ini menjadi pengatur. Kemudian itu Tuhan pun mengutus pula Rasul-Rasul membawakan petunjuk bagaimana caranya menjalani hidup ini supaya selamat.

Selain dari ayat diatas masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang manusia yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain, manusia makhluk yang paling unik dan sebagai karya Tuhan terbesar, dalam segi penciptaan melalui proses yang begitu rumit dan unik sekali, beberapa ayat yang menjelaskan hal tersebut terdapat dalam QS. an-Naml: 4, al-Kahfi: 37, al-Hajj: 5, al-Mukminun: 13-14, Fathir: 11, Yaasin: 77, al-Mukmin: 67, an-Najm: 46, al-Qiyaamah: 37, al-Ihsaan: 2 dan ‘Abasa: 19.

Manusia mempunyai tiga potensi dasar yang ketiganya mempunyai kebutuhan dan tuntutan tersendiri, tiga potensi yang ada dalam diri manusia tersebut adalah rohani, akal dan jasmani. Oleh karena itu Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ada tiga ilmu yang saling berintegrasi dalam kehidupan manusia yaitu filsafat yang erat kaitannya dengan akal, fiqih dengan jasmani dan tasawuf yang selalu berhubungan dengan masalah rohani.

Telah dijelaskan diatas bahwa manusia adalah makhluk paling unik yang diciptakan Allah swt, namun disisi lain ada satu teori yang mengatakan bahwa susunan manusia mirip dengan hewan. Teori ini merupakan bisikan beracun dan menyesatkan umat manusia yang berasal dari teori kontroversi Charles Darwnin. Orang ateis sekalipun yang secara terang-terangan tidak mengakui adanya eksistensi Tuhan namun mereka menegaskan bahwa manusia adalah makhluk tersendiri, bukan hewan.

Manusia dalam Persfektif Filosof

Objek kajian filsafat tak lepas dari tiga kajian utama yaitu Tuhan, alam dan manusia. Salah satu objek kajian filsafat yang dibahas dalam tulisan ini yaitu manusia, filosof Muslim maupun Barat mengkaji manusia secara mendalam, seperti: Siapa sebenarnya manusia itu, apa makna hidup di dunia ini, apakah esensi manusia itu bersifat materi atau spiritual, apa yang harus dilakukan manusia dan apa tujuan asasi dari manusia itu sendiri dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan manusia secara mendalam dikupas oleh para filosof.

Salah satu filosof yang mengkaji tentang manusia yang pemikirannya khas dengan sebutan manusia ideal yaitu filosof Iran Ali Syariati, beliau mengatakan manusia ideal adalah manusia Theomorfis. Menurut Syariati manusia ideal itu memiliki tiga aspek, yakni kebenaran, kebajikan dan keindahan, dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni dimana semua itu dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan, dan kreativitas.

Sementara Kierkegaard mengatakan bahwa dalam diri manusia itu ada tiga tahap eksistensi manusia yaitu: pertama tahap estetis, tahap ini dimana manusia berorientasi pada kesenangan. Kedua tahap etis, tahap ini merubah dari tahap estetis ketahap etis atau mengubah pola hidup yang sebelumnya berorientasi pada kesenangan kini menerima kebajikan moral dan memilih untuk meningkatkan diri kepadanya. Dan yang ketiga yaitu tahap religius, tahap ini yang hanya diperlukan hanyalah keyakinan subjektif yang berdasarkan pada iman.

Hidup dimasa serba modern ini dipenuhi dengan hedonisme dan materialisme terkadang mengkaburkan makna hakiki dari manusia itu sendiri sehingga jauh dari kehidupan spiritual, kesempurnaan dan keunikan yang terdapat dalam diri manusia kini tak seindah yang ada dalam al-Qur’an dan Hadis maupun dalam konsep para filosof khususnya konsep manusia dalam persfektif filosof Muslim.

Telah disebutkan diatas bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, maksud ayat ini menurut filosof Mulla Sadra adalah bagian jiwa manusia yang bersifat spiritual. Kemudian lanjutan dari ayat tersebut yang berbunyi “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Maksud dari tempat yang serendah-rendahnya menurut Mulla Sadra ialah menunjukkan bagian manusia yang bersifat material

Sebagai penutup dari tulisan ini bisa kita tarik kesimpulan bahwa manusia bukan hewan apalagi mirip karena manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baiknya yang mempunyai keunikan bahkan bisa mencapai kesempurnaan, namun untuk mencapai kesempurnaan tersebut tentulah manusia yang mempunyai jiwa spiritual. Begitu sebaliknya manusia juga bisa jatuh dalam tempat yang serendah-rendahnya yaitu manusia yang berjiwa material seperti dalam pandangan orang-orang Barat yang hanya memahami kehidupan ini secara rasionalistik tanpa ada spiritual.

*Penulis adalah Kolumnis LintasGAYO.co. Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Islam.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.