Gayo Belum Tentu Linge, Linge Sudah Pasti Gayo

oleh
Mubes Genali I tahun 2017 di Takengon
Mubes Genali I tahun 2017 di Takengon
Bardi

TAKENGON-LintasGAYO.co : Berbagai upaya telah ditempuh untuk mengangkat harkat dan martabat Linge yang selama ini masih jauh dari kemajuan. Bahkan sebagai daerah asal Gayo, Linge masih dalam katagori terisolir alias marginal. Demikian pernyataan Ketua Panitia Pelaksana Musyawarah Besar (Mubes) Generasi Asal Linge (GENALI), Bardi dalam pembukaan Mubes Genali yang pertama di hotel Linge Land Takengon, Sabtu (06/5/2017).

“Linge bukan hanya tanggung jawab masyarakat yang berdomisili di kecamatan Linge akan tetapi Linge adalah tanggung jawab kita semua,” ujar Bardi.

Hal ini, lanjutnya, dimungkinkan karena menyangkut identitas, satu sejarah serta kesamaan leluhur. “Gayo belum tentu Linge, tapi jika kita berbicara Linge sudah pasti Gayo,” ucapnya.

Oleh sebab itu, harapnya, krisis identitas yang selama ini mulai terkikis kiranya dapat dikembalikan dan disatukan kembali sebagai mana mestinya dengan menggali dan mengakui kebesaran sejarah serta keberadaan Linge.

Bardi juga menjelaskan bahwa Gerakan Asal Linge yang disingkat dengan Genali merupakan wadah bagi keluarga besar yang berasal dari Linge dan masyarakat luas pada umumnya.

“Kedepan kita harapkan dengan hadirnya wadah Genali kiranya dapat meningkatkan kepedulian kita terhadap tanah leluhur, membangun kebersamaan, serta sebagai laboratorium untuk kaderisasi bagi generasi Linge dan Gayo umumnya,” tegas Bardi.

Selanjutnya pernyataan Sa’id Muslim, salahsatu tokoh yang merupakan inisiator dari Generasi Asal Linge mempertanyakan nawaitu dari pemangku kepentingan, serta upaya yang telah diperbuat untuk mengembangkan Linge sebagai daerah termaginalkan. Sa’id muslim juga berharap dengan terbentuknya pemerintahan yang baru nantinya, semua akan terealisasi.

Dia juga memotivasi generasi Linge dengan mengingatkan pesan serta petuah dari Almarhum Mustapa. M.Tamy, “Bercontohlah kepada orang yang berhasil,” ungkapnya.

Disisi lain Said Muslim juga sangat menyayangkan banyak tokoh dari Linge yang sudah berhasil, tetapi kurang kepeduliannya terhadap negeri asalnya sendiri.

Lewat kesempatan itu Sa’id Muslim mengimbau para generasi muda Linge untuk berbuat dan mampu menciptakan sejarah, bangkit, dan berdiri tegak yang dijiwai semangat leluhur Reje Linge.

“Agar kebesaran dan keagungan sejarah Linge dan Aceh Darussalam akan terulang kembali. Sebuah gagasan yang perlu kita acungi jempol ini merupakan tantangan buat generasi Linge khususnya Gayo secara keseluruhan untuk mampu berbuat,” kata Said.

Disisi lain tokoh senior dari Linge, Ibrahim. SE yang merupakan Kepala SMK 1 Takengon juga memaparkan hal yang sama. “Jauh sebelumnya kami para generasi tua ini sudah memikirkan membentuk suatu wadah namun dengan kesibukan dan rutinitas sebagai pegawai negeri kami belum sempat membentuk wadah ton te morom ton te musyawarah tonte mugali jati dirite,” aku Ibrahim.

Dia menyampaikan tentang fungsi dan makna dari berani, jujur, setie sebagai falsafahnya orang orang berdarah Linge. “Akur-akur seringkel Kampung, lapahni ni Denung sara Ine diri e,” katanya mengutip Peri Mestike Gayo yang bermakna semboyan yang punya nilai filsafat yang begitu dalam akan makna dan arti yang sebenarnya.

Seusai acara pembukaan, agenda Mubes dilanjutkan dengan pembahasan AD/ART dan pembentukan kepengurusan serta ketua Generasi Asal Linge (Genali).

Mubes tersebut dibuka oleh Wakil Bupati Aceh Tengah Drs Khairul Asmara, diikuti sekitar 200 peserta dengan turut dihadiri salah satu keturunan keluarga besar Kerajaan Linge yaitu Kumpu Empun Talib, Gazali Lingga.

Tampak hadir Bupati Aceh Tengah terpilih, Shabela Abu Bakar, anggota DPRK Aceh Tengah Yurmiza Putra, Johansyah, akademisi Dr. Edy Putra Kelana, Camat Lut Tawar, Camat Linge, tokoh masyarakat Linge, Mukim, serta seluruh Reje Kampung dari kecamatan Linge. [Ril/Kh]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.