
BANDA ACEH-LintasGAYO.co : Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah sebagai daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pasar nasional. Padahal, saat ini permintaan kopi cukup tinggi, namun produksi dalam negeri sangat terbatas. Karena itu, presiden meminta para petani untuk terus mengembangkan usaha kopi ini.
Demikian salahsatu penekanan Presiden RI Joko Widodo dalam pidato pembukaan Pekan nasional (penas) Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV di Stadion Harapan Bangsa SHB), Lhong Raya Banda Aceh, Sabtu (6/5/2017).
“Dulu, saya tiap pagi minum kopi arabika di Bener Meriah. Memang sangat nikmat, makanya perlu terus ditingkatkan produksinya dan pemanfaatan lahan yang maksimal,” ujar Jokowi, sapaan akrab Presiden RI yang pernah tinggal dan bekerja di Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah pada tahun 1986-1988.
Bukan saja di Aceh Tengah dan Bener Meriah, namun juga di daerah lain di Indonesia produksi kopi juga sangat baik dan ini harus bisa dikembangkan.
Presiden juga meminta para petani di seluruh Indonesia untuk terus meningkatkan produksi dan pengembangan produksi pertanian. Jangan hanya tertumpu pada satu atau dua jenis tanaman saja, namun semua potensi hasil bisa dimaksimalkan.
Pernyataan Jokowi soal tidak maksimalnya produksi kopi Gayo ini sangat tepat, dari informasi yang dihimpun LintasGAYO.co, memang saat ini produksi hanya berkisar 750 kilogram perhektar pertahun, sementara di daerah lain dan di belahan dunia penghasil kopi lainnya mampu berproduksi lebih dari 1 ton perhektar pertahunnya. (baca : Kopi Gayo Bisa Hasilkan 2 Ton Perhektar/Tahun)
[AZ/Kh]