HEBOH video sosok manusia kerdil yang diduga sebagai makhluk misterius Manti yang diposting oleh Fredo, seorang anggota komunitas motor trail Aceh, disambut dengan gegap gempita yang pada gilirannya melahirkan beberapa narasi.
Dari perkembangan isu ini, 4 April 2017 lalu dalam sebuah wawancara dengan LintasGAYO.co, Putra Gayo Dr. Fikarwin Zuska, Ketua Departeman Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, USU melihat bahwa fenomena ini telah dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk mengecilkan hasil temuan arkeologis di Loyang Mendale, Takengon yang sudah dihuni ribuan tahun silam.
Indikasi ini bisa dilihat dari cara pandang Husaini Ibrahim, antropolog dari Unsyiah yang tanpa basis ilmiah mengarahkan fenomena ini untuk mengklaim bahwa Manti berasal dari pesisir dan merupakan nenek moyang orang Aceh.
Dasar argumennya adalah pernyataan Snouck Hurgronje. Padahal siapapun tahu bahwa Hurgronje adalah seorang peneliti di balik meja, tidak turun ke lapangan dan hanya mendapat data dari informan, sehingga kesimpulannya tentang Manti sangat lemah karena lebih banyak berasal dari imajinasinya sendiri.
Indikasi penggiringan narasi ini semakin jelas, ketika Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh terpilih dalam akun facebook pribadinya terang-terangan mengatakan bahwa Manti yang sama sekali tidak terbukti keberadaannya secara ilmiah ini sebagai “pemilik asli negeri”.
Ketika ditanyakan kira-kira atas dasar apa, pihak-pihak ini berkepentingan untuk mengecilkan hasil temuan ilmiah di Loyang Mendale. Menurut Dr. Fikarwin, itu karena temuan Loyang Mendale yang membuktikan secara empiris bahwa suku Gayo sudah mendiami Sumatera sejak 7500 tahun yang lalu, secara ilmiah telah meruntuhkan semua klaim yang dibuat oleh mayoritas di Aceh bahwa merekalah penduduk asli dan siapapun yang tinggal di Aceh harus menyesuaikan diri dengan cara pandang dan cara hidup mereka. Karena bukti ini tak bisa dibantah, heboh tentang Manti, langsung disambar untuk menegasikan kesimpulan ilmiah Loyang Mendale.
Kalau memang narasi ini dikembangkan untuk mengecilkan hasil temuan Mendale, mengapa pusat juga merespon begitu cepat melalui Menteri Sosial. Apakah pusat juga ikut mengembangkan narasi anti ilmiah ini?
Terkait pertanyaan ini, cucu dari penulis buku “Sejarah Daerah dan Suku Gayo”, Tengku Mudekala ini mengatakan itu adalah sesuatu yang berbeda.
Kementrian sosial memandang persoalan ini dari sisi keberadaan suku tertinggal yang memang merupakan wilayah kewenangan mereka. Dan kebetulan pula sekarang, Kementrian Sosial dipimpin oleh Khofifah Indar Parawansa yang memang dikenal responsif. [Red]