TAKENGON-LintasGAYO.co : Kota tanpa adanya temuan arkeologis berarti kota tersebut tanpa identitas. Karena data arkeologi sangat penting merangkai kebudayaan bangsa.
Demikian disampaikan Kepala Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara, Baskoro Danu Tjahjono, MA, saat Focus Group Discussion (FGD) atas temuan arkeologi yang mengupas jejak nenek moyang Urang Gayo, beberapa waktu lalu di Takengon.
Menurutnya atas temuan di situs Loyang Mendale dan Ujung Karang, masyarakat Gayo patut berbangga diri. Karena punya identitas yang mulai terangkai.
“Untuk itu, situs Loyang Mendale dan Ujung Karang harus dijaga dengan baik. Situs ini, milik semua urang Gayo. Tim peneliti dari Balar Sumatera Utara hanya bisa membantu lewat penelitian, dan kami selalu siap untuk membantu, karena memang sudah tugas kami,” kata Baskoro dihadapan peserta FGD yang digelar dalam serangkaian kegiatan Rumah Peradaban Gayo.
Dikatakan lagi, bahwa menurut data ilmiah saat ini, temuan arkeologis di wilayah Sumatera jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan temuan di Pulau Jawa.
“Karenanya, perlu pengembangan penelitian lebih lanjut, agar kekosongan data-data arkeologis selama ini bisa terangkai,” tandasnya.
Seperti diketahui, Rumah Peradaban Gayo merupakan sebuah kegiatan yang digelar sejak 20-26 Maret 2017, dimana pada acara tersebut membuka seluas-luasnya informasi terkait penemuan sisa peninggalan kehidupan prasejarah Gayo kepada masyarakat.
Para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara, yang diketuai Dr. Ketut Wiradnyana disiapkan di objek Loyang Mendale. Mereka bertugas menjelaskan terkait penemuan arkeologis kepada siswa dan masyarakat yang berkunjung kesana.
(Darmawan Masri)