Catatan : Fathan Muhammad Taufiq*
“Setiap orang punya potensi untuk menjadi motivator, termasuk para penyuluh pertanian, bahkan bagi penyuluh pertanian, menjadi motivator bagi para petani adalah sebuah keharusan karena salah tugas penyuluh pertanian adalah memberikan motivasi kepada petani agar mereka berhasil dalam menjalankan usaha tani mereka” begitu ungkap Syikdam Hasim Gayo ketika berbagi pengalaman dihadapan para penyuluh pertanian dan jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Senin (20/3/2017).
Atas prakarsa dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Drh. Rahmandi, M Si, motivator tuna netra yang sudah sering tampil di berbagai stasiun televisi nasional itu memang khusus dihadirkan di Aula Dinas Pangan untuk memberikan motivasi kepada para penyuluh pertanian dan jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Kebetulan dalam sminggu terakhir, Syikdam yang pernah tampil dalam acara Kick Andy Show itu sedang berada di Dataran Tinggi Gayo atas undangan Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM. Dan berkat bantuan dari pegiat sosial yang juga pemimpin redaksi LintasGayo.co, Khalisuddin, S Pt, akhirnya para penyuluh pertanian yang ada di daerah ini dapat bertatap muka langsung dengan sang motivator luar biasa ini. Dipandu moderator, Fathan Muhammad Taufiq, Syikdam mulai berbagi kisah perjalanan hidupnya sampai menggapai sukses seperti sekarang ini.
Nyaris putus asa dan ingin bunuh diri
Syikdam Hasim Gayo adalah salah seorang penyandang disabilitas tunanetra yang punya sederet prestasi yang sangat membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional. Putra Gayo kelahiran Medan, 5 Juli 1980 ini sudah melanglang buana ke banyak Negara di Eropa, Afrika, Asia dan Amerika, bahkan tahun 2015 lalu dia sempat diundang oleh Pangeran Edward dari Kerajaan Inggris untuk menyampaikan pidato di hadapan keluarga istana Birmingham.
Lahir sebagai buah hati dari sang ayah Muhammad Hasim (almarhum) berasal dari Gelelungi Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah dan ibunya Syamsiah yang berasal dari Desa Daling Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah, Syikdam kecil tumbuh normal seperti anak-anak lainnya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Jakarta, Sikdam kemudian meneruskan kuliah di Nusa Dua Bali hingga meraih gelar Sarjana Bahasa Inggris dalam usia 21 tahun. Dari kecil dia memang sudah bercita-cita ingin menjadi seorang diplomat, itulah sebabnya dia memilih jurusan bahasa Inggris.
Manusia hanya bisa berencana, tapi hanya Allah jualah yang bisa menentukannya, semua cita-cita Syikdam seakan buyar. Tahun 2010 yang lalu, hanya beberapa saat setelah dia berhasil meraih gelar sarjananya, sebuah musibah dahsyat menimpa dirinya, mobil yang dia tumpangi bersama temannya mengalami kecelakaan hebat yang membuat dia kehilangan indera penglihatannya.
“Hampir seluruh saraf mata saya rusak akibat kecelakaan itu dan sejak saat itu semua berubah. Pandangan mata kiri saya gelap total dan sebelah kanan hanya bisa menandai cahaya gelap atau terang, sampai akhirnya saya tidak bisa melihat sama sekali, saya jadi penyandang tuna netra,” kata anak kesembilan dari 13 bersaudara itu.
Hidupnya tiba-tiba berubah kelam, dia terkurung dalam keadaan yang sama sekali tidak pernah dia inginkan dan tak punya daya untuk mengembalikan semua.
Satu setengah tahun dia terkungkung dalam depresi, stres berat, sampai keinginan bunuh diri sempat terlintas di benaknya,. dia merasa hidupnya tidak lagi berguna, masa depan tak berarti tanpa mata.
“Saya sempat syok berat waktu itu, saya berfikir bahwa hidup dan masa depan saya sudah berakhir dengan hilangnya penglihatan saya, bahkan saya nyaris ingin mengakhiri hidup saya dengan bunuh diri” tuturnya dihadapan ratusan penyuluh pertanian dan jajaran Dinas Pertanian. Spontan kisah perjalanan hidup yang diungkapkan Syikdam, memancing keharuan yang mendalam, beberapa penyuluh dan staf Dinas Pertanian yang hadir disitu, tak mampu menahan air mata mereka.
Bangkit berkat motivasi dari Ibu
Hampir setahun Syikdam tenggelam dalam duka dan keputus asaan yang teramat dalam, dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi dan cita-citanya tersa kandas ditengah jalan. Namun beruntung, Syikdam memiliki seorang ibu yang luar biasa, sosok perempuan yang sudah melahirkannya itulah yang kemudian terus memberi semangat kepadanya. Sang ibu mengatakan bahwa kebuaan bukanlah akhir dari segalanya, bahkan awal untuk menuju kesuksesan.
“Lihat Syikdam, kamu sebenarnya beruntung, Tuhan hanya mengambil matamu saja. Bandingkan dengan keadaan para penghuni panti dan penyandang disabilitas lainnya, mereka tidak seberuntung itu” ujar Syikdam menirukan kata-kata ibunya.
Berbekal semangat dan motivasi dari sang ibu, Syikdam mulai bangkit, melakukan apa yang sebelumnya pernah dia lakukan, berorganisasi dan terlibat dalam berbagai forum diskusi. Bergaul dengan banyak orang, membuat Syikdam mulai menemukan jati dirinya, dia mulai merasakan bahwa dalam dirinya ada potensi besar untuk maju.
Musibah yang awalnya dia anggap sebagai bencana, dia jadikan tonggak kebangkitan bagi dirinya. Perlahan, berbagai prestasi mulai dia tunjukkan, dan itu membuat kepercayaan dirinya mulai tumbuh kembali. Berbagai catatan prestasi kemudian mulai “menghisai” hidupnya, bukan hanya di tingkat nasional, bahkan di tingkat internasionalpun, nama Syikdam mulai “berkibar”. Berbagai negara pernah dia jelajahi, mulai dari daratan Eropa sampai Amerika, dari penjuru Asia sampai ke Afrika dan Australia.
Berbagai catatan prestasi telah ditorehkannya, diantaranya tahun 2013 dia mewakili Indonesia di Konferensi Global Pemuda Penyandang Disabilitas di Kenya, Afrika. Tahun itu dia juga membentuk Disabilities Youth Centre Indonesia dan menjadi ketuanya. Lembaga swadaya beranggotakan ribuan penyandang disabilitas usia 12-30 tahun dari Aceh sampai Papua itu dibentuk untuk membela kepentingan kaum difabel.
Tahun 2014, bulan Februari dia mendapat International Award for Young People dari Pangeran Philip dan pada Agustus menjadi salah satu pembicara di International Youth Day Conference, dan pada Oktober menjadi pembicara di Indonesian Youth Conference.
Bulan Juli 2015, dia mengikuti International Study Program 2015 di Korea Selatan dan dua kali berkesempatan menyampaikan pidato tentang disabilitas di hadapan parlemen Korea Selatan.
Pada November 2015, dia berpidato di depan Keluarga Kerajaan Inggris. Tahun ini dia juga mewakili pemuda Indonesia dalam International Conference of Family Planning 2015 di Nusa Dua, Bali.
Selain itu, sampai dengan saat ini, dia juga tercatat sebagai salah seorang pengajar di Sekolah Menengah Atas Adria Pratama Mulya, Tangerang. Namun semua prestasi itu tidak lantas membuat Syikdam lupa diri, disela-sela kesibukannya yang sangat padat, dia masih menyempatkan diri untuk mengajar bahasa Ingrris bagi anak-anak tidak mampu di lingkungan tempat tinggalnya.
Sambil beraktifitas, Syikdam juga tidak pernah berhenti untuk memperjuangkan hak-hak para penyandang disabilitas, dia ingin para difabel juga diberi kesempatan yang sama dengan orang-orang normal lainnya seperti kesempatan untuk berkarir sebagai pegawai negeri, pegawai swasta maupun berkarir di dunia politik. Dia merasa bahwa sampai saat ini diskriminasi terhadap para penyandang difabilitas, masih terlihat kental dimana-mana, dia juga menganggap bahwa pemerintah belum berpihak kepada kaum difabel, ini yang membuat dia mersa prihatin.
Berbagi bagi sesama
Yakin dengan potensi yang ada dalam dirinya, Syikdam mulai sering di undang sebagai motivator di berbagai tempat. Baginya, dengan menjadi motivator seperti inilah, dia bisa berbagi bagi sesame, karena menurutnya hidup seseorang akan bermakna jika mampu memberi manfaat bagia orang lain. Dan itulah yang dia ungkapkan ketika berbicara dihadapan ratusan penyuluh pertanian di daerah asalnya, dia ingin para penyuluh di Gayo juga bisa bangkit sehingga mampu membawa kehidupan petani semakin sejahtera. Untuk bisa menjadi motivator yang baik,menurutnya seorang penyuluh setidaknya harus memiliki lima kemampuan
“Penyuluh pertanian akan bisa menjadi motivator yang baik bagi petani jika dia menguasai materi dan pengetahuan yang mumpuni tentang pertanian, terus belajar meningkatkan kapasitas diri termasuk belajar speak learning, banyak membaca, bersikap santun dan selalu mensyukuri kelebihan yang diberikan Allah” ungkap penerima Anugrah SCTV Award 2016 dan Gantari Award 2017 itu. Selain itu, seorang penyuluh juga harus memiliki semangat tinggi serta keikhlasan untuk berbuat, karena hanya dengan bekerja ikhlas, semua yang kita kerjakan akan berbuah kebaikan, sambungnya.
Pertemuan selama hampir tiga jam itupun berlalu tanpa terasa, karena memang di”setting” dalam suasana santai, apalagi gaya penyampaian Syikdam yang menarik diselingi humor-humor ringan dalam bahasa Gayo, membuat para penyuluh pertanian itu tak ingin beranjak sebelum acara usai. []