Liputan : Fathan Muhammad Taufiq*
SALAH satu destinasi wisata agro yang akan menjadi obyek kunjungan para peserta Pekan Nasional (Penas) XV Petani Nelayan yang akan digelar di provinsi Aceh pada tanggal 5 sampai 11 Maei 2017 yang akan datang adalah Kampung Kopi yang ada di Desa Tebes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.
Sejak beberapa bulan yang lalu, kampung yang hampir 90 persen wilayahnya merupakan kawasan perkebunan kopi arabika Gayo ini, memang sudah di ”setting” menjadi sebuah Kampung Kopi.
Kenapa Tebes Lues
Ada beberapa pertimbangan untuk menjadikan kampung ini sebagai kampung kopi pertama di Aceh yang akan dijadikan destinasi kunjungan peserta Penas.
Pertama karena budidaya kopi arabika Gayo di wilayah ini cukup baik, sehingga bisa dijadikan wahana pembelajaran budidaya kopi bagi peserta Penas yang berasal dari semua provinsi di Indonesia.
Kedua, lokasi kampung ini tidak begitu jauh dari pusat kota, dengan kondisi infrastruktur jalan yang baik, sehingga mudah di akses oleh pengunjung.
Ketiga, masyarakat kampung Tebes Lues yang sebagian besar adalah petani kopi, sangat antusias menyatakan kesiapan mereka untuk menjadi tuan rumah kunjungan para peserta penas dan siap untuk berperan aktif untuk mensuksekan even berskala nasional ini.
Keempat, kampung ini bisa jadi referesentasi pengembangan komoditi kopi arabika Gayo di wilayah kabupaten Aceh Tengah, baik dari segi budidaya, produktivitas maupun penanganan pasca panennya sudah berjalan dengan sangat baik, karena sentuhan teknologi pertanian dari instansi terkait sudah lama masuk ke kampung ini.
Dari segi keindahan alam, kampung kopi ini juga merupakan kawasan yang cukup asri, berada di kaki perbukitan dengan udara sejuk yang menyegarkan, ditambah pemandangan rerimbunan kebun kopi di sepanjang sisi jalan yang melintasi desa ini. Sehingga begitu memasuki kawasan ini, pengunjung akan segera tau bahwa wilayah ini memang sudah lama menjadi perkampungan kopi, begitu juga dengan keramahan masyarakat desa yang siap menerima tamu peserta penas untuk menginap di rumah-rumah mereka, menjadikan kampung kopi ini sebagai kawasan home stay yang nyaman bagi pengunjung.
Pertaruhan Nasional
Meski dari segi fisik lokasi nyaris tidak ada kendala, namun karena even Penas merupakan hajatan akbar berskala nasional, kampung ini masih perlu diberi “polesan” agar bisa tampil lebih “cantik” dan mengundang minat pengunjung untuk datang lagi ke kampung ini.
Itulah sebabnya, sejak bulan Oktober 2016 yang lalu, beberapa infrastruktur pendukung, mulai dibangun di kampung ini. Mulai dari instalasi pembibitan, kebun percontohan, aula pertemuan, saung-saung tani dan villa peristirahatan, sudah mulai dibangun ditempat ini.
Beberapa fasilitas tersebut sudah selesai dibangun, namun beberapa instalasi lainnya seperti instalasi pengolahan pasca panen kopi, masih dalam tahap pengerjaan.
Untuk melihat kondisi riil persiapan kampung kopi ini, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS yang juga salah seorang penanggung jawab Penas di tingkat Provinsi Aceh, Kamis 2 Februari 2017 mengunjungi kampung kopi Tebes Lues ini.
Didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah, Drh. Rahmandi, M Si dan para Kepala Bidang lingkup Dinas Pertanian, Prof. Abu, meninjau semua instalasi pendukung kampung kopi yang sudah selesai dibangun maupun yang masih dalam tahap pengerjaan.
Dalam kesempatan itu, Kadistanbun Aceh memberikan arahan kepada jajarannya untuk memacu pelaksanaan kegiatan di kampung kopi ini.
“Even Penas ini menjadi pertaruhan kita di tingkat nasional, sebagai tuan rumah, kita harus benar-benar mempersiapkan diri sebaik-baiknya agra kita dapat memberikan kepuasan pelayanan kepada tamu-tamu kita yang datang dari semua daerah di Indonesia ” ungkap Prof. Abu dalam arahannya.
Kepada semua pihak yang terkait dengan pembenahan kampung kopi ini, dia memohon bisa bekerja ekstra, karena waktu hanya tersisa dua bulan lagi.
Kadistan Aceh Tengah Optimis
Meski seluruh anggaran untuk pembenahan kampung kopi ini berasal dari provinsi, namun Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah, Rahmandi, menyatakan kesiapannya untuk membantu sepenuhnya agar kampung kopi ini menjadi obyek kunjungan yang bisa memberikan kepuasan kepada para peserta Penas yang akan berkunjung ke tempat ini.
“Secara finansial, mungkin kami punya keterbatasan, tapi kami punya sumberdaya manusia yang handal di bidang perkopian yang siap untuk mensukseskan kunjungan peserta Penas ke kampung kopi ini” ungkap Rahmandi.
Penunjukan kampung Tebes Lues sebagai kampung kopi, diakui Rahmandi merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan, namun juga merupakan tantangan yang harus di jawab dengan kerja keras dan peran aktif semua elemen terkait yang ada di kabupaten Aceh Tengah.
“Pada prinsipnya kami sudah siap mengerahkan semua potensi sumberdaya yang ada seperti penyuluh, kelompok tani, petugas teknis perkebunan dan lain-lainnya untuk mensukseskan program di kampung kopi ini, mereka semua sudah siap untuk menjadi pendamping maupun guide yang dapat memberikan penjelasan detil tentang kopi Gayo kepada para peserta Penas yang akan berkunjung kesini,” tandasnya.
Usai meninjau kesiapan kampung kopi Tebes Lues, rombongan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh itu kemudian melanjutkan kunjungan ke Oro Coffee milik H. Rasyid untuk menikmati kopi specialty arabika Gayo.
Kafe sekaligus pabrik pengolahan kopi terbesar di Aceh Tengah ini, nantinya juga akan disinggahi oleh peserta Penas untuk menikmati harumnya kopi arabika Gayo H. Rasyid sendiri merupakan salah seorang eksportir kopi yang memiliki pabrik dan kafe yang cukup reperesentatif dan sering menjadi obyek kunjungan para penikmat kopi dari dalam maupun luar negeri.
Dan sebelum melanjutkan perjalanannya ke Gayo Lues, Prof. Abu Bakar Kaei, dijamu makan siang oleh Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah di restoran pantai One-One di pinggir Danau Laut Tawar untuk menikmati kuliner khas Gayo berupa ikan panggang dan menu khas Gayo Masam Jing. [Kh]