Saat Para Penyuluh Pertanian Gayo Larut Dalam Lagu Dangdut

oleh

Liputan : Fathan Muhammad Taufiq *)

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah, mengharuskan setiap pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) melakukan penyesuaian nomenklatur dan restrukturisasi instansi pera ngkat daerah. Ada sebagian instansi yang digabungkan, tapi ada juga instansi yang dimekarkan, sesuai dengan urusan atau bidang tugas dari instansi-instansi tersebut. Salah satu unit kerja yang ikut terdampak oleh implementasi peraturan perundang-udangan tersebut, adalah para penyuluh pertanian yang selama ini berada dalam wadah Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh) Kabupaten/Kota maupun Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, penyuluh pertanian merupakan elemen atau unsur manajemen pertanian yang tidak terpisahkan dengan kelembagaan pertanian. Maka sebagai implemntasi dari perubahan struktur organisasi perangkat daerah, pada tahun 2017 ini, para penyuluh harus pindah “rumah” dari Badan Penyuluhan ke Dinas Pertanian. Bagi para penyuluh, perubahan struktur perangkat daerah ini sebenarnya tidak begitu berpengaruh, karena bagi para penyuluh, dimanapun mereka bernaung, tugas dan fungsi mereka tidak berubah, yaitu melakukan pendampingan, pembinaan dan penyuluhan kepada petani.

Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, terbitnya undang-undang dan peraturan pemerintah itu kemudian ditindak lanjuti dengan diterbitkannya Qanun atau Peraturan Daerah tentang Perubahan Struktur Organisasi Perangkat Kabupaten. Dan sesuai dengan fungsinya, para penyuluh pertanian di Dataran Tinggi Gayo ini, terhitung sejak 1 Januari 2017 lalu, resmi bergabung dengan Dinas Pertanian. Dari aspek pembinaan dan koordinasi, penggabungan penyuluh pertanian ke Dinas Pertanian, justru lebih memudahkan koordinasi, karena semua sub sektor pertanian sepeti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan penyuluhan, kini berada dalam satu atap. Karena sebelumnya pun, para penyuluh ini sudah terbiasa bekerjasama dengan instansi teknis lingkup pertanian dalam melakukan pendampingan, pembinaan dan penyuluhan terhadap program=program pertanian yang dikelola oleh dinas teknis terkait. Jadi penggabungan ini tidak lebih dari sekedar menyatukan kembali “anak-anak” yang selama ini tinggal terpisah dalam rumah-rumah yang berbeda, dan kini kembali berkumpul dalam satu rumah yang lebih besar dengan satu tukuan yaiyu membangun pertanian di Dataran Tinggi Gayo..

Drh. Rahmandi, M Si yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan setempat, kemudian dipercayakan untuk “menahkodai” dinas baru hasil “merger” beberapa dinas teknis lingkup pertanian yang kemudian diberi nama Dinas Pertanian.Bagi Rahmanadi sendiri, lingkup pertanian bukanlah hal yang baru, karena sudah lebih dari 20 tahun dia berkecimpung dalam dunia peternakan dan kesehatan hewan yang merupakan bagian dari sector pertanian. Tapi memimpin sebuah instansi “gemuk” seperti Dinas Pertanian baru ini, tentu membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dengan jajarannya.

Begitu juga hubungan relasinya dengan para penyuluh pertanian, juga bukan hal baru bagi Rahmandi, karena selama bertugas di Dinas Peternakan dan Perikanan, dia juga sudah terbiasa berinteraksi dengan para penyuluh ini. Namun menjadi pimpinan bagi para penyuluh pertanian di Aceh Tengah Tengah yang jumlahnya mencapai 153 orang itu, tentu menjadi hal baru baginya. Sebagai seorang pimpinan, dia ingin bisa dekat dengan semua bawahannya, termasuk dengan para penyuluh pertanian, ini tentunya terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai pembina kepegawaian di instansi yang dia pimpin. Cara seperti ini, secara filosofis dan psikologis, tentu sangat efektif untuk lebih memudahkan pembinaan aparatur, karena dengan kedekatan seperti ini justru akan timbul sikap salaing menghormati dan menghargai serta keterbukaan dalam mencari solusi atas permasalahn yang mungkin ditemui dalam menjalankan tugas..

Keinginan untuk bisa lebih akrab dengan para penyuluh ini, kemudian diwujudkan dua hari yang lalu melalui ajang silaturrahmi penyuluh pertanian. Dikoordinir oleh Kepala Bidang Penyuluhan yang juga mantan penyuluh, Juanda, SP, acara “perkenalan” dengan Kepala Dinas baru itu sengaja dikemas dalam suasana non formal agar para penyuluh merasa santai dan nyaman. Di awali dengan seremonial biasa seperti sambutan dan arahan, ajang silaturrahmi itu kemudian lebih banyak berisi acara unjuk kebolehan para penyuluh dibidang tarik suara, karena sang Kapala Dinas memang sudah menyediakan orgen tunggal untuk acara hiburan dalam ajang tersebut. Keakraban begitu terasa antara Rahmandi dengan para penyuluh ketika acara hiburan dimulai, penulis yang juga merupakan bagian dari bidang penyuluhan khusus diminta oleh sang kepala dinas untuk memandu acara hiburan ini. Selingan humor ringan yang penulis sisipkan dalam memandu acara, membuat acara hiburan itu terasa “hidup”

Batas formalitas nyaris lebur dalam acara kemarin, para penyuluh yang selama ini selalu disibukkan dengan aktifitas melelahkan di lapangan, hari itu seakan mendapatkan kesempatan utuk melepas kepenatan mereka. Tanpa sungkan sang kepala dinas ikut bernyanyi dan berjoget bersama dengan para penyuluh, sesekali dia menyelipkan “saweran” kepada penyuluh yang sedang mendendangkan lagu, gelak tawa dan tepukan riuhpun selalu terdengat saat Rahmandi beberapa kali “menyawer” ala pentas Pantura. Ajang silaturrahmi itupun seakan berubah layaknya sebuah panggung hiburan, suasana seperti itu memang yang diinginkan Rahmandi, dia ingin diantara mereka tidak ada “batas”, ini akan memudahkan komunikasi dan pelimpahan tugas selanjutnya.

Semakin sore, acara hiburan ala para penyuluh itupun semakin terasa panas, para penyuluh yang awalnya malu-malu, mulai berani tampil ke panggung, ada yang nimbrung bernyanyi, tapi ada yang sekedar ikutan bergoyang. Suasana makin seru, ketika lagu-lagu dangdut mulai mengalun dari para penyuluh, tanpa sungkan lagi semua yang hadir ikutan bergoyang mengikuti irama musik dari orgen tunggal, tidak terkecuali sang Kepala Dinas dan para Kepala Bidang. Sepertinya “misi” Rahmandi, untuk menghilangkan kepenatan para penyuluh, cukup berhasil, sejenah mereka bisa melupakan kejenuhan dengan aktifitas rutin di lapangan yang banyak menyita waktu dan tenaga mereka.

Kalau dalam keseharian, kita sering melihat para penyuluh berlumpur-lumpur di sawah bersama petani, belepotan tanah dan kotoran saat mendampingi petani mengolah lahan pertanian atau berselemak limbah ternak saat mengajari petani mengolah pupuk organik, tapi hari itu mereka bisa tampil lepas layaknya artis lokal yang sering menyanyi dari panggung ke panggung. Hari itu mejadi hari yang benar-benar berbeda, karena baru kali ini mereka bisa larut bersama pimpinan mereka dalam sebuah ajang yang nyaris tidak membedakan strata.

Dan saat acara bubar menjelang senja, raut kegembiraan dan senyuman di bibir masih terbias di wajah para penyuluh itu, sepertinya mereka begitu menikmati acara yang digagas oleh pimpinan mereka. Sekilas mereka berharap, ajang seperti ini bisa digelar setiap 3 atau 6 bulan sekali, karena selain sebagai ajang melepas kejenuhan, juga bisa menjadi wadah untuk mempererat silaturrahmi sekaligus menambah semangat dan motivasi mereka, Dan sepertinya pak dokter hewan alumni Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini sangat memahami kebutuhan para penyuluhnya. Kalaupun kemudian dia menggagas acara hiburan seperti ini, bukan ingin mengajak para penyuluh berhura-hura, tapi lebih untuk memberikan semangat dan motivasi kepada para penyuluh dengan menghilangkan sejenak kepenetan dan kejenuhan mereka.

*) Fathan Muhammad Taufiq, Kasi Metode dan Informasi Penyuluhan Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.