Liputan : Fathan Muhammad Taufiq *)

Kecamatan Pegasing merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Aceh Tengah yang memiliki potensi lahan sawah terluas kedua setelah kecamatan Linge. Dengan luas baku sawah 933 hektar, kecamatan ini berpotensi menjadi salah satu lumbung pangan di kabupaten yang berada di Dataran Tinggi Gayo ini, apalagi infrastruktur pendukung pertanian di wilayah ini juga sudah cukup baik. Meski belum memiliki jaringan irigasi teknis, namun hampir semua areal persawahan di wilayah ini sudah memilki jaringan irigasi perdesaan dan irigasi tradisional, sehingga sangat dimungkinkan bagi petani untuk menanam padi lebih dari satu kali dalam setahun.
Untuk bisa menanam lebih dari sekali dalam setahun, tentunya petani tidak bisa mengandalkan varietas padi lokal yang umurnya bisa mencapai 7 – 8 bulan dan produktivitasnya juga masih relative rendah. Itulah sebabnya dalam beberapa tahun terakhir, para penyuluh pertanian yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pegasing bersama Dinas Pertanian setempat, mulai memperkenalkan varietas unggul padi yang bisa beradaptasi pada dataran tinggi, karena hampir seluruh areal persawahan di kecamatan Pegasing berada pada ketinggian diatas 1.200 meter di atas permukaan laut.
Tahun 2012 yang lalu, Kepala BPP Pegasing waktu itu, Ir, Abdul Mulqu, mulai meperkenalkan varietas Ciherang kepada para petani di wilayah ini dan para petanipun menyambut dengan cukup antusias. Uji varietas yang dilakukan oleh para kelompok tani dibawah bimbingan para penyuluhpun tergolong sukses, produktivitas bisa ditingkatkan dari rata-rata 4,2 ton per hektar menjadi 6 – 6,5 ton per hektar. Namun pengembangan varietas Ciherang ini hanya berjalan beberapa tahun saja, karena berdasarkan rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, ternyata varietas Ciherang hanya sesuai ditanam pada ketinggian dibawah 800 meter diatas permukaan laut. Jika ditaman pada ketinggian yang tidak sesuai, hasilnya tidak akan optimal.
Beralih ke Vaietas Inpari 28
Terhentinya program pengembangan varietas padi Ciherang, sempat memuat petani di wilayah ini agak kecewa, karena mereka sudah terlanjur “jatuh cinta” kepada padi varietas unggul, karena selain umurnya lebih pendek, yaitu sekitar 105 hari, produktivitasnya pun cukup tinggi dan petani bisa menanam 2 kali dalam setahun. Tapi kekecewaan petani segera terobati, ketika seorang penyuluh pertanian yang sebelumnya bertugas di BPP Bintang, Ir. Masna Manurung, MP, kemudian ditugaskan di sebagai penyuluh di wilayah ini. Masna yang beberapa tahun sebelumnya telah berhasil menginduksi varietas Inpari 28 Kerinci di beberapa wilayah di kecamatan Bintang, kemudian mulai memperkenalkan varietas ini kepada para petani di kecamatan Pegasing.
Dari hasil uji varietas yang pernah dilakukan di kecamatan Bintang dan Lut Tawar, terbukti varietas Inpari 28 ini punya daya adaptasi yang cukup tinggi di dataran tinggi. Ini yang membuat para petani di kecamatan Pegasing kemudian cukup antusias untuk mencoba varietas padi ini di lahan sawah mereka. Pada musim tanam 2016 yang dimulai pada bulan Maret 2016 yang lalu, Masna dan para penyuluh pertanian di BPP Pegasing, berhasil mengajak petani untuk menanam padi varietas Inpari 28 ini seluas kurang lebih 100 hektar.
Dari hasil ubinan yang dilakukan oleh para penyuluh pada saat panen pada bulan Agustus 2016 yang lalu, varietas Inpari 28 yang ditanam oleh para petani dan kelompok tani di Pegasing menunjukkan hasil yang cukup signifikan yaitu antara 6 – 7 ton per hektar. Belum optimal memang, tapi ini sudah membuat para petani di wilayah ini semakin antusias untuk mengembangkan varietas ini. Namun antusias petani kemudian terkendala dengan langkanya benih padi varietas Inpari 28 ini, karena varietas ini belum ada di pasaran kabupaten Aceh Tengah karena memang belum ada penangkar benih padi di daerah ini.
Memasuki musim tanam 2016/2017 yang dimulai pada bulan September 2016, Dinas Pertanian setempat kemudian mejawab kesulitan petani tersebut dengan membagikan varietas padi Inpari 28 kepada petani. Jumlah areal sawah untuk pengembangan varietas Impari 28 inipun melonjak 100 persen menjadi sekitar 200 hektar, sebagian besar vpadi yang ditanam petani, kemungkinan akan memasuki masa panen pada awal bulan Pebruari 2017 ini. Supaya produksinya bisa optimal, para penyuluhpun mengajak petani untuk menerapakan pola tanam jajar legowo disertai pemupukan berimbang yang tepat waktu dan tepat dosis, sehingga diharapkan dalam panen yang akan datang, produktivitasnya bisa meningkat.
Ditinjau Kepala Dinas Pertanian
Keinginan yang menggebu dari para petani di kecamatan Pegasing untuk mengembangkan varietas Inpari 28, mendapat respon positif dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Drh. Rahmandi, M Si. Kepala dinas yang baru menempati pos barunya sejak 3 Januari 2017 yang lalu itu, langsung melakukan peninjauan ke beberapa titik pengembangan varietas Inpari 28 di kecamatan Pegasing beberapa hari yang lalu. Didampingi Kabid Pangan, Ali Akbar Harahap dan Kepala BPP Pegasing, Ismail, SP serta beberapa orang penyuluh pertanian, termasuk Masna Manurung, Kadistan sempat berdialog dengan beberapa orang petani yang dietmuinya di lahan sawah mereka.
Riswandika, seorang petani yang selama ini eksis mengembangkan padi varietas unggul berharap kepada Kepala Dinas, agar diberi kemudahan untuk memperoleh benih padi varietas inpari 28 ini.
“Kami para petani di kecamatan Pegasing sudah siap untuk menanam Inpari 28 ini pada semua lahan sawah kami, tapi tolong pak, kami diberikan bantuan benih berkualitas, karena kami sangat sulit untuk mendapatkan benih tersebut di pasaran” uncap Riswandi.
Menjawab permintaan Riswandi, Rahmandi segera memerintahkan Kabid Pangan untuk segera memfasilitasi pengadaan benih yang dibutuhkan petani. Namun meskipun sifatnya mendesak, benih padi yang yang akan diberikan kepada petani, harus dipastikan memiliki kualitas baik dan berasal dari penangkar benih yang sudah bersertifikat, sehingga tidak merugikan petani di kemudian hari, pinta Rahmandi. Menjawab permintaan Kadistan, Kabid. Pangan, Ali Akbar yang mendampingi kunjungan Kadistan itupun menyampaikan bahwa pada tahun 2017 ini, sudah ada alokasi pengadaan benih padi Inpari 28 sebanyak 35 ton, jumlah tersebut mencukupi untuk kebutuhan tanam seluas 1.400 hektar.
“Setiap hektar sawah membutuhkan benih sebanyak 25 kilogram, jadi untuk pengadaan benih tahun ini, cukup untuk ditanam pada lahan sawah seluas 1.400 hektar, jadi selain di kecamatan Pegasing, juga bisa dikembangkan di kecamatan lainnya, mudah-mudahan pengadaan benih ini sudah bisa kita realisasikan sebelum musim tanam tiba,” jelas Ali Akbar.
Dalam kesempatan tersebut, Rahmandi juga meminta kepada para penyuluh agar segera melakukan inventarisasi luas lahan sawah dan kelompok tani yang akan menanam padi Inpari 28 pada musim tanam 2017 ini,
“Saya berharap teman-teman penyuluh bisa segera melakukan inventarisasi luas tanam dan jumlah kelompk tani yang akan menanam padi Inpari 28 pada musim tanam ini, data ini sangat penting untuk menyesuaikan kebutuhan benih yang harus kita adakan,” ungkap Rahmandi.
Sementara, dari hasil inventarisasi sementara yang telah dilakukan oleh para penyuluh di BPP Pegasing, setidaknya sudah ada sekitar 400 hektar yang terdaftar untuk penanaman padi Inpari 28 pada musim tanam 2017 ini,
“Data ini masih bersifat sementara, bisa jadi ada penambahan luas areal dalam beberapa hari mendatang, karena kami terus melakukan inventarisasi di lapangan,” ungkap Kepala BPP, Ismail dalam laporannya kepada Kepala Dinas Pertanian.
Melihat antusias petani di kecamatan Pegasing untuk mengembangkan varietas Inpari 28 ini, harapan semua pihak untuk menjadikan kecamatan Pegasing sebagai lumbung pangan di kabupaten Aceh Tengah, bukanlah sesuatu yang mustahil. Pembinaan secara berkesinambungan dari penyuluh pertanian dan dukungan dari dinas teknis terkait, serta keseriusan para petani, akan mencadi kunci keberhasilan program ini.
*) Fathan Muhammad Taufiq, Kasi Metode dan Informasi Penyulhan Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah.