Keluh Siswa Samar Kilang

oleh

Oleh : Kadri (Ketum Mapesga) dan Muhammadinsyah (Ketum HPBM)

Terpinggirkan, itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan betapa mirisnya dunia pendidikan di bumi Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah. Sekolah yang sejatinya menjadi tempat menuntut ilmu bagi anak didaerah itu, tidak memenuhi standar sekolah pada umumnya. Jangankan dibandingkan dengan sekolah yang ada di Ibu Kota negara ini, dengan sekolah yang ada di ibu kota Kabupaten Bener Meriah saja tempat pendidikan ini sangat jauh tertinggal.

SMAN 1 Syiah Utama, begitulah sekolah ini dikenal, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Sekolah ini menjadi tempat menuntut ilmu bagi 62 siswa/i calon penerus bangsa. Mereka dididik oleh 17 tenaga pengajar dan hanya memiliki 4 ruangan belajar dengan status sekolah terakreditasi C. begitulah data Kemendikbud mendeskripsikan sekolah yang berada di pinggiran Kabupaten Bener Meriah ini jika anda berkunjung ke www.sekolah/kita.com.

Dalam situs tersebut juga dijelaskan bahwa, sekolah ini mengajukan diri untuk mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada bulan Aril 2017 mendatang. Yang cukup menarik dari hal ini adalah, bagaimana SMAN 1 Syiah Utama dapat mengikuti UNBK, sementara fasilitas yang ada berbanding terbalik dengan standar fasilitas yang dibutuhkan.

Jangankan fasilitas jaringan internet, aliran listrik saja masih belum ada. Belum lagi komputer yang seharusnya menjadi kebutuhan utama dalam proses ini, sama sekali tidak dapat difungsikan. Ditambah lagi kemampuan peserta didik dalam mengoperasikan komputer sangat minim. Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa SMAN 1 Syiah Utama Kabupaten Bener Meriah tidaklah siap untuk mengikuti proses Ujian Nasional Berbasis Komputer.

Tertarik untuk memastikan hal ini, beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 18 Januari 2017 kami bersama Mahasiswa Peduli Sejarah Gayo (MAPESGA) melakukan ekspedisi ke Bumi Samar Kilang. Sesampainya disana, ekspektasi kami terhadap proses belajar mengajar di sekolah tersebut terbantahkan oleh realita dilapangan. Data yang saya lihat di website resmi Kemendikbud sama sekali tidak sesuai, hanya 25 siswa dan 4 guru yang mengikuti proses belajar mengajar di hari itu.

Kondisi kelas juga sangat memprihatinkan hanya beberapa bangku yang sudah kelihatan usang diduduki oleh siswa. Mirisnya, menurut pendapat guru proses belajar mengajar juga tidak efektif akibat dari kurangnya minat siswa untuk belajar. ketika itu, kami melakukan sosialisasi tentang pentingnya belajar bagi masa depan, ketika proses tanya jawab yang kami dengar hanyalah keluh kesah dari siswa/I tentang ketidakpedulian Pemerintah Kabupaten Bener Meriah kepada mereka. Mulai dari pembangunan sarana prasarana sekolah, buku bahkan tenaga pengajar.

Salah satu siswi sekolah itu sampai berlinang air mata saat menyampaikan harapan dan keinginannya untuk disamakan dengan siswa/i lain di kabupaten Bener Meriah.

Sepenggal kalimat yang paling menyentuh hati darinya kala itu adalah “Lami pun siswa kak, sama kayak siswa yang lain diluar sana. Tapi kenapa kami seperti tidak terurus, kami pun kan mau punya komputer, ada listrik terus ada beasiswa, kami pun pingin maju kak.” Begitulah kalimat tersebut terlontarkan darinya sembari mengucurkan air mata.

Beginilah gambaran kondisi SMAN 1 Syiah Utama, dimana Pemerintah Kabupaten Bener Meriah khususnya Dinas Pendidikan setempat, sudahkah mereka memnunaikan kewajibannya untuk menyamaratakan kualitas pendidikan di kabupaten ini?. Semoga pemerintah semakin meningkatkan kinerjanya, agar semua generasi tanah surga ini mampu memperoleh hak untuk menuntut ilmu dalam kondisi yang sama. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.