Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
DUNIA kampus telah sepi, Kota Pelajar Darussalam Banda Aceh sudah mulai susut dari lalu-lalang mahasiswa karena liburan telah tiba bagi mahasiswa dan saatnya pulang kampung halaman tercinta. Sebelum menutup semester ini dan bersiap-siap menyambut semester depan dengan lebih semangat lagi disini penulis ingin menulis sedikit uraian dari salah satu disiplin ilmu yang sangat menarik untuk dikaji yaitu FILSAFAT.
Filsafat adalah bagian dari peradaban Islam, yang paling mulia kedudukan dan martabatnya diantara segala aktivitas manusia adalah aktivitas filsafat karena filsafat merupakan usaha mengetahui hakikat sesuatu sejauh batas kemampuan manusia begitulah kata filsuf muslim yang pertama muncul dari kalangan Islam yang terkenal dengan panggilan Filsuf Al-Kindi. Beliau juga yang mengatakan bahwa filsafat dan agama merupakan dua aktivitas intelektual yang bisa serasi.
Orang sering mengatakan bahwa filsafat itu berbahaya dan jangan belajar filsafat nanti kamu bisa terjerumus, itulah yang sering penulis dengar dari orang-orang yang mungkin belum meraba, melihat, mempelajari secara mendalam tentang filsafat. Begitu juga dengan penulis sendiri, ketika dulu kuliah di Fakultas Tarbiyah Prodi Bahasa Arab pikiran penulis sama dengan yang diatas bahwa penulis cenderung memandang bahwa filsafat itu sangat berbahaya karena mengajarkan hal-hal yang aneh dalam bidang pemikiran.
Filsafat itu memang aneh dan penuh dengan keragu-raguan serta dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan yang ada di alam pikiran. Sebenarnnya dari keragu-raguan tersebutlah filsafat berangkat dan mencari jawaban dengan benar karena filsafat sangat erat kaitannya dengan pertanyaan dan rasa ingin tahu.
Belajar filsafat adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan penuh dengan tantangan karena belajar filsafat sangat mempengaruhi paradigma cara berpikir dan juga bisa mempengaruhi keimanan. Namun hal yang perlu ditekankan disini ialah sebelum belajar filsafat harus terlebih dahulu menguatkan ketauhidan dan pemahaman tentang agama Islam secara kuat agar ketika belajar filsafat tidak melenceng karena walau bagaimanapun tujuan dari filsafat adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis sehingga meraih rasa cinta dan kebijaksanaan sesuai dengan asal kata dari filsafat itu yaitu Philosophia (cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan).
Filsafat itu Bertanya
Telah dijelaskan diatas bahwa filsafat berangkat dari sebuah pertanyaan, kini mari kita lihat tokoh filsuf dari awal munculnya filsafat, lahirnya filsafat di awali pada abad ke-6 SM. Dimana Periode pertama ialah periode Filsafat Yunani Kuno, yang mana masa ini terbagai lagi dalam beberapa tahap. Zaman pra-Sokrates atau disebut dengan filsuf alam tokohnya filsafatnya seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras dan lain-lain yang mengajukan pertanyaan tentang pertanyaan asal-muasal.
Kemudian berlanjut pada zaman Sokrates yang mengajukan pertanyaan tentang pertanyaan yang melahirkan kesadaran, Plato yang mengajukan pertanyaan tentang pertanyaan untuk menemukan dunia ide dan Aristoteles yang bertanya berdasar pada yang konkret.
“Hidup yang tidak pernah direfleksikan adalah hidup yang tak pantas dijalani.” Dengan kata-kata tersebut salah seorang Philosofos yang terkenal bernama Socrates pergi keberbagai macam tempat dan bertanya kepada orang untuk menemukan kebenaran sejati, kebenaran yang dapat ditemukan oleh setiap orang asal ia mau bertanya dan bertanya.
Disela-sela pengajian bersama seorang Syeikh dari Timur-Tengah, penulis menyimak dengan seksama dan beliau mengatakan bahwa orang tidak pernah berhasil dalam belajar ialah orang yang malu dan orang yang sombong. Malu disinilah ialah malu bertanya tentang pelajaran sehingga wawasan pengetahuan itu tidak bertambah karena malu bertanya.
Masih adakah mahasiswa yang malu bertanya dalam hal pelajaran, jika masih malu lepaskanlah baju malu itu dan jadilah seorang pemikir yang kritis dengan mengajukan berbagai macam pertanyaan, dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Filsafat Itu Ngeri-Ngeri Sedap
Secara umum yang dikaji dalam filsafat itu adalah masalah yang berkenaan dengan Tuhan, Alam dan Manusia, ketiga objek inilah yang dibahas dalam kajian filsafat. Berkenaan dengan manusia maka kita mengetahui hakikat dari manusia itu sendiri, siapa sebenarnya manusia itu ? karena ada sebagian manusia tidak mengetahui tentang dirinya sendiri dan untuk apa dia hidup didunia ini. Kemudian dalam ranah alam; kita bisa mengetahui asal-muasal alam ini, apakah alam ini sudah ada dari awalnya bersifat qadim atau alam ini diciptakan dari tiada menjadi ada bersifat baharu. Dalam kejadian alam ini, para filsuf khususnya para filsuf Muslim mempunyai pandangan yang berbeda. Kajian yang menarik dalam kajian alam ini ialah berasal dari filsuf Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Kemudian pembahasan yang lebih menarik lagi bahkan ngeri-ngeri sedap dalam kajian filsafat ini ialah masalah eksistensi Tuhan (Filsafat Ketuhanan), disini berbicara apakah Tuhan itu ada atau tidak ada; maka lahirlah berbagai macam argumen-argumen tentang Tuhan dari para-para filosof. Masalah Tuhan ini, ada yang mempercayainya dan ada yang tidak mempercayainya seperti para filosof Barat bahwa mereka tidak mempercayai adanya Tuhan karena memang tidak mempercayai adanya metafisika yang disebut dengan Atheis. Model pemikiran ketuhanan Atheis ini mempunyai berbagai macam aliran dan tokoh-tokohya dari setiap aliran Aheis ini. Selain dari model pemikiran ketuhanan Atheis ada model lain seperti model pemikiran ketuhanan Patristik, Mistikus dan Modernis. Dalam model ketuhanan modernis inilah dalam memahami Tuhan maupun keagamaan itu lahir dengan istilah Pluralisme Agama yaitu menyamakan semua agama (semua agama adalah benar), pembahasan tentang Pluralisme Agama merupakan pembahasan yang sangat menarik dalam ranah pemikiran Islam, disini sekali lagi perlu pemahaman yang sangat mendalam tentang kajian ini.
Ketika belajar filsafat maka cara berpikir kita tidak mudah jatuh kepada pemikiran yang ekstrim, taqlid maupun sikap yang jumud karena jika berfilsafat maka adanya sikap kritik, berpikir terbuka, toleran dan mau melihat dari sisi yang lain. Karena filsafat itu ialah cinta kepada kebijaksanaan.
Salah satu kelemahan perguruan tinggi ialah lemahnya dalam kajian filsafat sehingga para mahasiswa maupun sarjana-sarjana yang lulus dari perguruan tinggi jika ada permasalahan yang terjadi khususnya dalam bidang agama maka cenderung saling menyalahkan dan memprovokasi suasana tanpa berpikir secara jernih dan kritis. Oleh karena itu filsafat itu harus ada dalam ranah kehidupan manusia, Kata Ibnu Khaldun bahwa ada tiga bidang yang saling berkaitan dalam kehidupan manusia dan ini tidak bisa dilepaskan yaitu bidang filsafat, fiqih dan tasawuf; ketiga bidang ilmu ini harus dipahami dan dimiliki oleh manusia.
Belajar filsafat itu memang ngeri-ngeri sedap, materi yang disiapkan dalam kajian filsafat jika tidak dibarengi dengan pemahaman agama yang kuat maka bisa jatuh dalam pemikiran yang salah. Oleh karena itu, filsafat dan agama harus sejalan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh filsuf Al-Kindi diatas. Khusunya mahasiswa mestilah belajar filsafat agar wawasan, pandangan dan pengetahun terbuka secara luas sehingga tidak berpikir sempit, karena manfaat belajar filsafat ini dapat membantu mahasiswa belajar berpikir kritis dan menganalisis masalah-masalah yang tajam, berpikir strategis, sistematis, ilmiah dan berpikir memberikan solusi bukan berpikir memberikan kehancuran. Peribahasa Prancis mengatakan “qui se comprend beins explique” yang artinya “yang mengerti dengan baik dapat mengungkapkan pemikirannya dengan baik.”
*Penulis: Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. UIN Ar-Raniry Banda Aceh.