
Takengon-LintasGayo.co : Awal tahun baru Masehi 2017 turut disertai cuaca kurang bersahabat di Tanoh Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Beberapa hari ini angin kencang disertai hujan serta suhu udara lebih rendah dari biasanya, hingga 15°Celcius.
Di Aceh Tengah, cuaca seperti ini lazim disebut musim Depik. Biasanya disertai dengan meningkatkan hasil tangkapan ikan Depik oleh nelayan danau Lut Tawar.
“Sepertinya sudah masuk musim Depik, setelah lebih sebulan ikan Depik kosong dan hari ini sudah mulai diantar oleh pemilik nelayan kesini,” ungkap Inen Dika, pedagang ikan dan sayuran di pasar Bukit Kebayakan Takengon, Sabtu 7 Januari 2017.
Ikan Depik yang dijualnya berasal dari pemilik Didisen (perangkap ikan Depik di sumber air yang masuk ke danau Lut Tawar) dari Otong-Otong dan Kelitu.
Lain itu ada juga Depik yang ditangkap dengan Doran (jaring) oleh nelayan.
“Harga Depik Didisen lebih mahal karena pisik ikan tidak rusak dibanding Depik doran,” timpalnya.
Depik Didisen dijual Inen Dika Rp.120 ribu perbambu (setara 4 liter). Sementara Depik doran hanya Rp.100 ribu perbambunya.
“Untuk Depik kering kami jual hingga Rp.160 ribu perbambu,” ungkap Inen Dika.
Terpisah, salah seorang nelayan di Nosar Kecamatan Bintang menyatakan ikan Depik yang dibeli pedagang pengumpul dari nelayan berkisar di harga Rp.60 ribu perkilogramnya.
Ikan Depik adalah endemik atau ikan asli danau Lut Tawar, tidak ada di tempat lain. Ikan ini sejak beberapa tahun lalu sudah ditetapkan oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai ikan yang terancam punah atau IUCN Red List. (Khalis)