Sediakan Kebun Induk, Selamatkan Petani Kopi!

oleh
*Catatan Feri Yanto

KOPI (Coffea sp) merupakan tanaman yang menghasilkan sejenis minuman, minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk bubuk. Kopi memiliki banyak jenis dan variatas, diantaranya adalah kopi Arabika, kopi jenis ini yang banyak di tanam masyarakat Gayo yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues, dengan luas lahan perkebunan kopi arabika Tahun 2015 seluas 95.514 ha, dan total produksi 44.423 ton (Ditjenbun 2015).

Sebagian besar masyarakat Gayo menggantungkan hidupnya terhadap kopi dan hampir semua masyarakat Gayo memiliki kebun kopi, kecuali di Gayo Lues, hanya sebagian kecil saja yang berkebun kopi, sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah lebih dari 80% masyarakatnya mengantungkan hidup pada kopi, tercatat pada tahun 2015 petani kopi di Aceh Tengah sebanyak 36.684 petani dan di Bener Meriah sebanyak 33.939 petani dan Gayo Lues 6.358 petani kopi Arabika.

Hingga saat ini, petani kopi Gayo belum dapat dikatakan sejahtera karena pendapatan petani kopi tidak sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, pasalnya produktivitas kopi Arabika Gayo hanya berkisar diantara 700 Kg/ha/tahun, sementara di sana masyarakat Gayo mengharapkan hidup, menempuh pendidikan, kesehatan, acara adat hingga upacara kematian.

Sedangkan, produktivitas kopi Arabika bisa mencapai 2 ton/ha/tahun, lalu kenapa masyarakat Gayo hanya mampu pada produktivitas 700 Kg/ha/tahun, apa masalahnya?, Hal ini patut dipertanyakan dan harus dijawab bersama.

Dalam sebuah kesempatan seminar dan diskusi kopi yang digelar oleh Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf), 22 Oktober yang lalu, Ir. Khalid, seorang pakar kopi Gayo mengatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi arabika Gayo adalah karena kebanyakan pohon kopi yang ada di Gayo merupakan kopi yang sudah tua, yang sudah tidak produktif lagi, sehingga tidak dapat dipaksa lagi untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal.

Lalu, bagaimana caranya untuk bisa meningkatkan produktivitas kopi Arabika di Gayo?, tentunya perlu peremajaan kopi dengan mengganti yang tua dengan pohon kopi yang baru, untuk menanam kopi yang baru tentu saja perlu bibit kopi, dan tentunya varietas kopi yang direkomendasikan, yaitu Kopi Arabika Varietas Gayo 1 dan 2.

Sampai disini, timbul lagi dalam benak kita, dimanakah kita dapat menemukan bibit kopi Arabika Gayo 1 dan 2 yang bisa dijamin originalitasnya?, Belum adanya kebun Induk kopi Arabika Gayo 1 dan 2 di Gayo adalah sebagai bukti bahwa kecintaan kita terhadap kopi Gayo patut dipertanyakan, meski kopi telah memberikan kontribusi yang besar dan bahkan tanpa kopi, saat ini pemerintah kedua kabupaten di Aceh ini yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah bisa kolep, sebab kopi merupakan penyumbang utama Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Ironisnya, saat ini bibit kopi malah didatangkan dari luar daerah, yaitu dari Binjai sebuah kabupaten di luar provinsi Aceh, dan samasekali bukan daerah yang rekomended untuk kopi Arabika, yang kini menjadi polemik di tengah masyarakat, bagaimana tidak, anggaran sebesar 4 milyar digelontor untuk bibit kopi yang tidak bisa dijamin originalitasnya, dan konyolnya untuk dapat membuktikan bahwa itu kopi varietas Arabika Gayo 2 membutuhkan waktu sekitar 3 tahunan atau kopi itu sampai berbuah, karena itu, bibit kopi itupun mendapat penolakan dari kelompok tani di Bener Meriah.

Pertanyaan dan pertanyaan pun semakin bertambah, dan semua pertanyaan itu harus dijawab dalam bentuk realisasi kerja, kini nasi sudah menjadi bubur, dan masyarakat terpaksa menanggungnya, cukuplah ini menjadi pelajaran, kedepan dan seterusnya, pemerintah harus sudah mampu menyiapkan penangkaran bibit di dalam daerah, daerah yang menjadi syarat Indikasi Geografisnya (IG) kopi Arabika Gayo, dan tentunya kebun Induk kopi Arabika Gayo adalah wajib dan harus di prioritaskan bila kita mengaku cinta kopi Arabika Gayo, dan bila kita mengaku mencintai rakyat (petani kopi).

Sebagai harapan, siapapun nanti akan menjadi pemimpin di dua Kabupaten ini, haruslah pembangunan perekonomian rakyat melalui perkebunan rakyat yaitu perkebunan kopi harus menjadi pusat perhatian, dari sana semua bisa di raih, kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, kualitas sosial masyarakat, maupun kualitas politik di Gayo tercinta ini, jangan bicara apapun kalau bukan untuk mensejahterakan rakyat. Save petani kopi, save kopi Arabika Gayo.[]
*Penulis adalah ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.