Ichlasul Amal
ACEH merupakan sebuah kesultanan yang telah lama berdiri jauh sebelum Indonesia berdiri sebagai sebuah negara yang merdeka. Daerah yang terletak di ujung paling barat dari Indonesia ini merupakan suatu daerah yang telah masyur namanya keseluruh dunia jauh sebelum Indonesia merdeka.
Aceh sudah berdiri tegak sebagai negara yang berdaulat dan merdeka serta megah sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara pada masa itu. Islam merupakan ajaran yang kental yang telah ada sejak dahulu di Aceh, dalam literatur Islam hal-hal dalam pengaturan pemerintahan telah ada di singgung dalam surah Al-Baqarah, ayat 213 yang artinya “tidak ada agama tanpa kelompok, tidak ada kelompok tanpa pemimpin dan tidak ada pimpinan tanpa seseorang pemimpin”.
Namun pada dewasa ini kita dapat melihat konsep-konsep pemerintahan Islam yang telah lama berdaulat masih bisa terus eksis seperti halnya dimasa dahulu? Apakah ada yang telah merubah sistem politik? Atau apakah ini merupakan perjalanan bagi kita semua mengikuti perkembangan zaman?
Pertanyaan-pertanyaan yang lain juga akan terus bermunculan tak ada yang berubah antara dahulu dengan sekarang rakyat aceh masih terus menjunjung sangat tinggi nilai-nilai keislaman yang merupakan suatu ideologi dalam kehidupan. Mengatakan sistem tak ada yang harus berubah namun inilah era yang harus kita ikuti dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada dan kita tentu harus sangat bijak dalam menyikapinya.
Penentuan akan seorang pemimpin akan dilangsungkan dengan sistem demokrasi yang telah berjalan dengan cukup baik, masyarakat sebagai penentu untuk seorang pemimpin mempunyai peran yang cukup penting didalam penentu keputusan tersebut.
Pesta demokrasi untuk pemilihan kepala daerah kurang lebih akan berlangsung sekitar 2 bulan lagi, hiruk pikuk politik telah terasa jauh sebelum hari-hari pemilihan, para kandidat akan bersaing menarik simpati masyarakat, berorasi dengan lantang, mengatakan hal-hal yang membuat masyarakat percaya dialah seorang pemimpin yang bisa menjadi penampung aspirasi kita, lalu sampai lah di tahap pemilihan dan masyarakat akan menentukan sikap apakah ini yang benar dan apakah ini yang pantas. Dilema akan kembali terjadi masyarakat akan bingung semua kandidat semua calon akan terlihat bak pahlawan dengan segala program-programnya dan disini kita sebagai pemilih dituntut untuk harus cerdas dalam menentukan sikap.
Lihatlah jati diri kita, lihatlah apa yang telah selama ini kita lewatkan, kita sebagai penentu sikap untuk pemimpin kedepannya harus dapat lebih cerdas harus mengingat didaerah kita untuk seorang pemimpin merupakan seorang yang memang bisa memimpin dan memberikan teladan yang baik dengan akhlakul karimahnya, jangan hanya datang untuk melepaskan pilihan dan bebanpun akan hilang karena telah memilih. Namun kita semua harus melihat sosok pemimpin yang mampu membangun kembali jati diri Aceh yang terkenal akan keislamananya dengan pemimpin yang memang menjadi simbol dari masyarakatnya.
Bukan karena uang, bukan karena intimidasi atau pun paksaan tapi ini lah kesempatan penentuan akan sikap kita demi terwujudnya Aceh yang kembali masyur akan keislamanannya, dengan segala kekuatan dari beragam etnis yang harus bersama untuk membangun daerah yang kita banggakan ini, perlu perubahan perlu pergerakan untuk menjadi daerah yang hebat akan segala nilai-nilai luhur yang kuat.
Proses yang terjadi sekarang di negeri ini seolah menunjukan betapa antusiasnya para pemimpin ini untuk menjadi seorang yang bisa kita percaya, namun disinilah kita berdiri sebagai masyarakat yang ingin untuk perubahan yang ingin pemimpin hebat maka kita juga harus hebat dalam menentukan sikap. Sesuai dengan hati nurani kita dalam menentukan pilihan atau kita hanya menjadi pengikut akan ketidak pastian iming-iming untuk perubahan.[]
*Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Syiah Kuala, asal Takengon Aceh Tengah.