Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Seorang wanita yang indah bukan hanya merupakan wanita yang dapat menyenangkan mata, melainkan seorang wanita yang mampu mengungkapkan suatu makna.

INDAH atau keindahan kita sering mendengar kata tersebut setiap hari bahkan setiap menit karena selama telinga bisa mendengar maka yang terdengar adalah kata-kata yang indah yang terucap dari bibir. Begitu juga dengan mata, selama mata bisa memandang maka yang terlihat adalah sesuatu yang indah didunia ini baik itu keindahan panorama alam, keindahan bangunan, keindahan wajah dan lain sebagainya sadar atau tidak kita terus mengatakan kata indah setiap hari baik itu dari ucapan maupun lewat perasaan. Namun apa sebenarnya makna dari sebuah keindahan dalam kehidupan ini, apakah ia hanya sebagai menyenangkan mata dan perasaan semata atau ada hal yang lain dibalik dari kata indah ini.
Dalam masalah etika manusia dituntut untuk berbuat baik kemudian kebaikan itulah yang disebut dengan estetika (keindahan). Misalnya, ada seorang pejabat yang mencuri uang rakyat alias korupsi, walaupun ia memakai jas dengan style ala korea ia dipandang bukan sesuatu yang indah lantaran ia berbuat kejahatan tapi sebaliknya jika pejabat tersebut melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang diamanahkan barulah disebut dengan keindahan karena ia berbuat kebaikan walaupun ia hanya memakai pakaian yang sederhana.
Misalnya lagi, ada seorang wanita yang mempunyai wajah cantik nan ayu maka sorot mata laki-laki tak pernah berkedip ibarat senter ditengah kegelapan malam yang tak akan pernah mati. Pertanyaannya ialah, apakah wanita tersebut indah walaupun ia mempunyai wajah yang cantik ?, memang ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Mengenai masalah selera tidaklah perlu ada pertentangan.” Karena setiap orang dalam memandang suatu hal mempunyai sudut pandang yang berbeda, ada melihatnya secara subjektif atau objetif. Namun yang perlu ditekankan dalam masalah keindahan ini ialah bahwa keindahan itu bukan hanya semata-mata yang nampak didepan mata atau yang berbentuk materi saja tetapi yang paling urgen adalah masalah kepribadian. Seorang wanita yang indah bukan hanya merupakan wanita yang dapat menyenangkan mata, melainkan seorang wanita yang mampu mengungkapkan suatu makna. Jadi wanita yang indah itu sudah tentu cantik sementara wanita yang cantik belum tentu indah karena tidak mampu mengungkapkan suatu makna.” Seperti pejabat diatas walaupun ia memakai jas ala korea namun ia belum tentu indah karena kepribadiannya yang suka mencuri uang rakyat membuat ia tidak indah dalam kehidupan ini, sekali lagi bahwa keindahan itu adalah kebaikan; kebaikan yang berasal dari kepribadian.
Keindahan dimanipulasi oleh Hedonisme
Dari berbagai penjuru bidang bahwa kehidupan manusia saat sekarang ini telah terbawa kedalam kehidupan hedonisme, yaitu sebuah kehidupan yang mementingkan kenikmatan. Dalam bidang politik misalnya, para politikus kita lebih cenderung mementingkan trik-trik politik yang pragmatis yang mana mereka lebih mementingkan pangkat, jabatan, kekayaan serta uang yang melimpah. Sungguh mengenaskan bukan, masyarakat awam memandang bahwa para pejabat serta para politisi itu dipandang sebagai seorang yang terhormat namun dalam prakteknya mereka banyak yang berada dalam jeruji besi akibat korupsi yang mereka lakukan.
Masyarakat pada umumnya telah diracuni dengan kehidupan mewah, kekayaan serta hura-hura dalam menjalani kehidupan. Mereka memandang bahwa kebaikan itu diperoleh jika mendapatkan kenikmatan dan kesenangan melalui kemewahan serta kekayaan. Untuk meraih kekayaan tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara dan menghalalkan segala cara demi meraih kekayaan serta kemewahan tanpa mengindahkan norma moral.
Filosof Yunani bernama Socrates, seorang Filosof yang meletakkan batu pertama bagi fundamen estetika mengatakan bahwa keindahan yang sejati itu ada dalam jiwa. Kemudian Filosof Yunani setelahnya yaitu Plato mengatakan bahwa kesenangan pada bentuk keindahan yang berbentuk benda/tubuh tidak dapat membawa kepuasaan pada jiwa kita, keindahan dalam bentuk benda/tubuh hanyalah sebagai pembungkus yang bersifat lahiriah saja. Ketika manusia menyadari bahwa kenikmatan dan kesenangan hanyalah sebagai pembungkus lahiriah saja ia meningkatkan perhatiannya pada tingkah laku hal yang dicintai, yaitu pada norma-norma kesusilaan (norma moral), karena keindahan ialah keindahan pada norma moral, menjunjung pada nilai-nilai kebaikan serta bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku yang baik dalam kehidupan ini
Oleh karena itu, makna Estetika (Keindahan) dalam kehidupan ini bukanlah ketika seseorang mempunyai pangkat dan jabatan, mempunyai wajah cantik, mempunyai kekayaan, rumah mewah dan lain sebagainya akan tetapi keindahan itu ialah mempunyai kepribadian yang baik serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam kehidupan; itulah keindahan yang sebenarnya. Akhir kata dalam tulisan ini dari kata Pujangga yang sering mengatakan bahwa “Kebahagiaan tertinggi adalah dengan membuat orang lain bahagia. Materi bukan lagi menjadi tolak ukur untuk mendapatkan kebahagiaan.”
Semoga bermanfaat untuk kita semua dan bagi penulis sendiri.
*Penulis: Alumni Ponpes Nurul Islam Belang Rakal, Bener Meriah. Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.