
MENJADI pengusaha bukanlah suatu pekerjaan sulit, juga tidak mudah, sangat tergantung kemauan seseorang. Juga butuh modal, keseriusan yang tinggi, penuh penghayatan dan perjuangan, serta keyakinan.
Sering kita mendengar bahwa pemuda adalah tiang negara. Pemuda juga merupakan generasi yang akan datang, mengantikan yang sudah senior. Wajar saja banyak para remaja dan anak muda dengan berkeyakinan penuh dalam mekakukan sesuatu hal yang baru. Apalagi pendalaman tentang bercita-cita menjadi pengusaha muda.
Dalam ilmu sosial, manusia memiliki suatu kedudukan yang berbeda-beda, apalagi dalam tataran negara. Namun tidak menutup kemungkinan bahwasanya pengusaha menjadi bagian dari stratifikasi sosial, yang dipandang dari segi cendikiawan pengusaha dibidang bisnis.
Pengusaha muda, itulah yang barang kali layak dikatakan kepada seorang sosok remaja dengan kegemaran usahanya yang sangat strategis. Mengolah sesuatu diumurnya yang masih remaja, dan berusia muda. Sehingga sering para pembisnis menyebutnya dengan pengusaha muda. Apalagi ia merupakan seorang mahasiswa yang merobah karya menjadi wirausaha.
Luar biasa menarik, disambangi dengan perkuliahan, ia bisa menjalankan suatu usaha yang tidak membuatnya merasa susah untuk menjadi seorang pengusaha. Tidak meninggalkan tugas utama juga sebagai mahaiswa. Tidak berat dalam melaksanakan kuliah, juga pun mudah membarengi usaha mesti kuliah adalah bagian dari tujuan utamanya.
Dia adalah Zikra Juni Nawan, akrab disapa Zikra. Mahasiswa jurusan Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry Banda Aceh yang merupakan salah satu yang bercita-cita menjadi seorang pengusaha muda. Dan ternyata ia bisa menjalankannya dengan seorang pamannya Irham, yang mengajari dan mengajaknya untuk menjadi pengusaha muda.
Zikra anak dari Tgk Juwandi dan ibu Asnaini mengaku sangat bangga menjadi pengusaha muda, padahal waktunya belum seusia para wirausahawan.
“Sungguh bangga dapat berkarya sebelum waktunya Selaku anak muda yang bertanggung jawab untuk negeri dan tanah asal kami sudah sekiranya kami dapat membawa nama baik dengan menjadi pengusaha kopi di tanah rantau tidak lagi menyusahkan keluarga bahkan dapat membantu (berbakti) kepada mereka,” tegasnya.
Akan tetapi dalam pernyataannya ia merupakan salah satu pemuda yang menjadi owner di cofe suatu saat nanti. Hari ini ia menjadi salah satu karyawan diperpustakaan dan juga karyawan di cafe Coffe Cho Lamyong.
Zikra kelahiran Cekal, Kabupaten Bener Meriah, 24 Juni 1997 ini menjual minuman kopi disebuah tempat yang sangat strategis, tepatnya diperpustakaan. Merelasikan membaca dan mengopi. Disamping itu pihak perpustakaan sangat menganjurkan dan menyarankan untuk mengisi sesuatu yang menarik tempat tersebut. Yang bisa membuat pustaka itu lebih ramai dan menarik, menarik tempatnya yaitu tempatnya diperpustakaan Universitas Syiah Kuala, kampus tetangga UIN Ar-Raniry.
Menurutnya menjual minuman kopi diperpustakaan sangat menjadi kesempatan baik bagi para mahasiswa yang menjadi kegiatan sekaligus kepentingan mahasiswa dalam belajar dan berkunjung keperpustakaan.
“Bagaimana kami mengajarkan dan mengajak bahwa, kopi itu bukan hanya bisa di nikmati di kalangan orang-orang yang nongkrong di warung kopi (Warkop) saja,” ungkapnya.
Kehadiran kopi diperpustakan bukanlah sekedar hanya menarik perhatian untuk orang-orang berkunjung saja. Akan tetapi ia merelasikan bagaimana tidak hanya dengan hak tersebut, akan tetapi ia mencoba mengubah pola pikir manusia khususnya mahasiswa yang sebelumnya minum kopi diwarung kopi dengan membaca koran.
Dengan kehadiran Coffee Cho, ia mencoba menerobos pemikiran seseorang yang biasa membaca diwarung yang kemudian dipadukan dengan membaca diperpustakaan.
Coffee Cho, sebuah jamuan yang hanya modal cokelat dan kopi, itu yang menjadi filosofi dari Coffee Cho.
“Malah kopi itu cocok di minum ketika membaca di perpustakaan, dan merubah pemikiran mahasiswa membaca di warung kopi. artinya Coffee Cho hadir merubah mindset pemikiran negatif tentang kopi, baik itu khasiat maupun ikon untuk minum kopi,” katanya.
Menarik apa yang ia pikirkan dalam kehidupan masa depan dan yang akan datang. Dalam pernyataannya menyampaikan.
“Kita lahir dan dibesarkan dari tanaman pohon Kopi, kenapa kita tidak memanfaatkannya dengan menghasilkan kopi yang luar biasa” ungkap Zikra.
Dari hal tersebut ia menyempatkan diri untuk berjualan di perpustakaan bersama pamannya Ilham pemilik cafe kecil-kecilan itu.
Semoga mahasiswa Gayo khususnya, dapat mampir mencicipi hidangan kopi seduhan sehat ala Gayo dari Gayo, dan sejenak duduk di cafe kecil-kecilan kepunyaan Ilham ini.
(Junaidi)