Oleh : Shella Oetharry Gunawan*
Tetaplah tersenyum walaupun beban begitu berat, teruslah melangkah maju dalam menata kehidupan menjadi lebih berarti
KALIMAT motivasi yang menurut saya luar biasa ini dilontarkan wanita yang dilahirkan di Tan Saril Kecamatan Bebesen Aceh Tengah, 3 Desember 1983. Putri sulung dari pasangan Muhammad Nur dan Raimah.
Sosok guru seperti guru-guruku yang lain, dia mengabdi di Sekolah Menengah Atas (SMA) di lintasan jalan Gayo, Takengon-Bireuen, kabupaten Bener Meriah yang selama ini dia menjadi inspirasiku,
Semasa menempuh pendidikan, ibu guru ini memiliki hobi renang dan sangat suka olahraga, terlebih voly ball. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Geografi di Universitas Negeri Medan ini pernah tercatat sebagai siswa berprestasi yang memperoleh juara umum. Bercita-cita menjadi guru. Baginya, seorang guru adalah sebuah pekerjaan yang sangat mulia.
Dalam perjalanan karirnya, sebelum menjadi seorang guru, alumni dari Sekolah Dasar Negeri Kebet Takengon ini juga pernah menjadi Dosen di Universitas Alwasliyah, Takengon, Aceh Tengah. Dua kali sebagai tutor di pelatihan keguruan.

Auliani, itulah panggilannya. Sosok guru Geografi dan sesekali juga mengajar Sosiologi di SMA Negeri 2 Timang Gajah yang dikepalai Drs. Badrun. Dia memutuskan menjadi seorang guru karena baginya guru adalah sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang tugasnya pun sangat menarik. Bukan hanya mengajar saja tetapi juga harus mendidik akhlak generasi penerus dan masih banyak yang lain lagi.
Guru adalah profesi yang menyenangkan, karena dapat berinteraksi langsung dengan siswa-siswi dengan berbagai jenis tingkah laku yang dapat menciptakan kebahagiaan. Begitulah pandangannya soal profesi guru.
Tak kenal putus asa, walaupun tanpa dorongan khusus dari orang-orang terdekatnya, dia tetap dengan tekad untuk menjadi guru yang dapat membahagiakan orang tua. “Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya, dan harus sukses,” tegasnya dalam sebuah kesempatan.
Semangat inilah yang mengiring langkahnya hingga berhasil menjadi seorang guru.

Baginya, mengajar adalah sesuatu yang mengasyikkan, apalagi saat ia masuk kelas selalu saja dibuat tersenyum dengan segala tingkah laku siswa-siswinya.
Sangat senang apabila ada siswa-siswi yang mau berbagi cerita seputar masalah yang sedang dihadapi dan merasa bersyukur apabila bisa memberikan solusi dari masalah yang sedang dihadapi.
Tidak jarang juga Auliani merasa sedih apabila ada siswa-siswa yang memiliki sifat kurang menghargai satu sama lain. “Satu-satunya yang bisa membuat saya bersedih ketika melihat siswa-siswi yang kurang menghargai”, aku Auliani miris.
Setiap kendala dalam proses mengajar dijadikan sebagai motivasi sehingga dapat berkarya dan bisa menjadi guru terbaik bagi siswa-siswinya sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang berprestasi.

Tekad Auliani sebagai seorang guru adalah tidak akan pernah berhenti mengajar dan terus mencetak genarasi sampai nanti tiba saatnya tidak punya kesempatan lagi untuk bisa mengajar.
“Saya merasa banyak kekurangan saat bertugas sebagai guru, namun itulah kekurangan saya yang akan saya perbaiki kedepan, semampu saya akan berusaha menjadi guru terbaik bagi seluruh siswa-siswi saya”, begitulah harapan terbesar sosok Auliani.
Satu hal lagi yang menarik, setelah menikah sosok istri Kepala Sekolah SMP 3 Pintu Rime Gayo bernama Wahyudi Safutra yang dikaruniai sepasang putra dan putri ini. tentu tanggung jawabnya telah bertambah lagi. Tanggung jawab sebagai guru sekaligus ibu bagi anak-anaknya, Iqbal Khairi (8) dan Aira Syajira (5)
Namun hal tersebut tidak menjadi beban, ia mampu menjadi ibu rumah tangga yang baik, guru yang baik serta Istri yang baik bagi keluarganya tercinta.
“Sebisa mungkin saya akan fokus untuk mengurusi semuanya sekaligus, inilah keuntungannya sebagai seorang guru dapat belajar serta menjadi tenaga pengajar, bagi keluarga, siswa-siswi dan orang-orang terdekat saya”, ucap bu guru Auliani.[]

*Siswi SMA Negeri 2 Timang Gajah, peserta pelatihan jurnalistik dan menulis Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Aceh, Balai PWI Bener Meriah, Dinas Pendidikan Aceh dan Dinas Pendidikan Bener Meriah, 17-20 Nopember 2016.
—
(Ed. Diana Seprika)