Radikalisme Agama

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Agama Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan, pemeluknya lah yang menyalahi ajaran agama Islam dengan jalan kekerasan.”

HusainiKekerasan dan pemberontakan atas nama agama telah menyelimuti fenomena yang terjadi sekarang ini, mereka membawa nama agama; khususnya agama Islam. Tujuan dari kekerasan dan pemberontakan tersebut adalah untuk menegakkan Khilafah Islamiyyah dipermukaan bumi ini, namun cara yang mereka lakukan telah keluar dari ajaran Islam itu sendiri. Kelompok radikal seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syuriah) yang menjadi isu dunia sekarang ini serta kelompok-kelompok radikal lainnya menjadikan Islam sebagai alat untuk memberontak pemerintah yang sah bahkan mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang yang tidak bersalah baik itu dari kalangan Muslim maupun non-Muslim dengan cara bom bunuh diri atau dengan serangan lewat senjata dihadapan publik.

Kekerasan dan pemberontakan tersebut jelas telah menyalahi ajaran agama Islam bahkan telah keluar dari aqidah yang sebenarnya, yang mana agama Islam tidak mengajarkan kekerasan kepada pihak lain bahkan kepada yang bukan Muslim. Islam diajarkan untuk saling rukun dalam kehidupan beragama agar kehidupan sosial antar pemeluk agama bisa saling menghargai antar sesama.

Kelompok radikal dalam memahami agama sangat berlebihan sehingga syaithan begitu mudah menggoda manusia untuk merusak agamanya. Salah satu penyebab radikal ini ialah apa yang disebut dengan Mughalah atau ghuluw (sikap berlebih-lebihan) berarti tambahan dan melebih-lebihkan. Mughalah dalam beragama adalah sikap keras dan kaku dalam melewati batasan yang diperintahkan dan ditentukan dalam syari’at.

Sikap berlebih-lebihan dalam hal aqidah muncul firqah-firqah (kelompok-kelompok), sebagian dari firqah-firqah ini bersembunyi di bawah syiar Islam, ayat-ayat al-Qur’an dan mazhab-mazhab yang benar. Oleh karena itu muncullah aliran-aliran yang dibahas khusus dalam Ilmu Kalam (Theology), salah satu dari aliran tersebut adalah Khawarij (Komunitas Islam menghadapi pemberontakan dan perang sipil, kekerasan dan terorisme dilambangkan dengan kelompok Khawarij. Khawarij adalah kelompok eksteremis yang saleh tapi puritan dan militan yang memisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib). kelompok ini berlebih-lebihan dalam komitmen mutlak terhadap amalan-amalan dan perilaku lalu mereka mengkafirkan kaum muslimin pada umumnya.

Pada dasarnya Syaithan merasuki kedalam diri kaum Muslimin melalui dua pintu dengan maksud membujuk dan menyesatkan mereka. Pintu pertama: apabila seorang muslim tersebut termasuk kelompok orang yang sering melalaikan dan berbuat maksiat, syaithan memperindah kemaksiatan dans yahwat itu agar muslim tersebut semakin jauh dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

SesuaidengansabdaRasulullah saw:
حُفَّةِ الْجَنَّةُ بِاالْمَكَارِهِوَحُفَّةِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci sedangkan neraka dikelilingi oleh segala sesuatu yang menyenangkan.”(Diriwayatkan al-Bukharidan Muslim).

Pintu kedua: jika seorang muslim tersebut termasuk kelompok orang yang taat lagi ahli ibadah, syaithan akan menghiasinya agar melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam melaksanakan agama dengan tujuan merusak agamanya.

Allah Ta’alabrfirman:
يَاأَهْلُ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوْا فِي دِيْنِكُمْ وَلَاتَقُلُوْا عَلَى اللهِ إِلَّا الْحَقَّ

“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar.”(QS. 004. 171);

Rasulullah saw bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّفِي الدِّيْنِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّفِي الدِّيْنِ
“Jauhilah oleh kalian berlebih-lebihan dalam hal agama karena hancurnya umat sebelum kalian penyebabnya berlebih-lebihan dalam beragama.”

Syaithan menggoda ahli ibadah untuk merusak agamanya, baik dengan bermalas-malasan atau pun bersungguh-sungguh secara berlebihan dalam agamanya, sebagaimana yang terjadi pada golongan Khawarij maupun sekelompok orang yang ta’ajub dengan Pendapat khawarij.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa berlebih-lebihan dalam hal agama maka akan membawa kepada sikap radikal, Khawarij salah satu aliran dalam Teologi Islam mempunyai kepercayaan yang amat kuat terhadap agama yang dipeluknya sehingga menolak mentah-mentah terhadap segala bentuk perbuatan dosa kendati amat sepele. Sikap itu melahirkan dogma-dogmanya yang lain seperti keyakinan bahwa setiap perbuatan merupakan bagian penting dari iman.

Satu ajaran dari fundamental dari kaum Khawarij yang timbul dari mereka yaitu, penolakan mereka atas pandangan bahwa iman semata-mata sudah mencukupi serta pandangan mereka bahwa amal adalah bagian esensi dari iman. Kemudian Komaruddin Hidayat juga mengatakan, wadah identitas kelompok ini vis a vis dunia sekitarnya yang dianggap dekaden, sebuah dunia iblis yang harus dimusnahkan. Mereka meyakini dirinya yang paling benar, paling dekat ambang pintu Tuhan (Kompas, 13 Desember 2002).

Fazlur Rahman dalam bukunya “Islam” bahwa Aliran Khwarij tak mempunyai implikasi doktrinal menyeleweng, tapi hanya berarti seorang ‘pemberontak’ atau ‘aktivis revolusi’, begitu juga dengan gerakan radikalisme sekarang ini bahwa radikalisme sendiri sebenarnya tidak merupakan masalah sejauh ia hanya bersarang dalam pemikiran (ideologis) para penganutnya.

Tetapi, ketika radikalisme pemikiran bergeser menjadi gerakan-gerakan radikal maka ia mulai menimbulkan masalah, terutama ketika harapan mereka untuk merealisir fundamentalisme (Radikalisme sangat berkaitan dengan fundamentalisme, yang ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar agama. Fundamentalisme adalah semacam ideologi yang menjadikan agama sebagai pegangan hidup oleh masyarakat maupun individu). dihalangi oleh kekuatan politik lain karena dalam situasi itu radikalisme akan diiringi oleh kekerasan.

Fenomena ini biasanya lantas menimbulkan konflik terbuka atau bahkan kekerasan antara dua kelompok yang berhadapan. Untuk lebih memahami aliran-aliran dalam agama Islam, bisa buka kembali buku-buku dalam Ilmu Kalam.

Sikap radikalisme akibat berlebih-lebihan dalam memahami agama bisa menjadikan persatuan antar bangsa bisa pecah sehingga kekerasan dan pemberontakan mewarnai kehidupan bangsa, seperti yang telah digambarkan masa silam dari kelompok Khawarij yang keluar dari pasukan Ali bin Abi Thalib sehingga menyebabkan umat Islam terpecah kepada beberapa kelompok.

Oleh karena itu kiranya kita dalam memahami agama harus mempunyai pondasi yang kuat sehingga tidak mudah goyah dan terjerumus dalam pemikiran radikal, dengan memahami agama yang benar maka rasa persatuan akan terjalin dengan baik.

*Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam dan Alumni Pondok Pesantren Nurul Islam Belang Rakal, Bener Meriah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.