Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
“Buku adalah kekasih yang sangat setia karena tidak pernah meninggalkan kita dan saat terjatuh dalam keterpurukan yang membangkitkan juga adalah buku” (Husaini Algayoni).
PAGI dini hari adalah saat-saat orang sibuk dengan mimpi-mimpinya yang indah (sweet dream), sementara seorang anak muda sedang merenung ditengah sepinya malam; ia berada dalam kegelisahan, sosok perempuan itu yang menjadi pengganjal waktu malamnya. Bayangannya terus menghantui pikirannya, hati tak tenang dan rasa rindupun semakin dahsyat mewarnai malam yang indah saat terang bulan dimalam hari. Secangkir cappuccino panas di aduk untuk menemani malam yang penuh dengan kegelisahan serta menarik beberapa buku yang berantakan diruang kamarnya itu untuk dibaca, lembaran satu kelembaran lain ia baca dengan menikmati kata-kata yang ada dalam buku tersebut sehingga rasa kegelisahan yang dari tadi mengganjal waktu malamnya kini telah terobati dengan buku-buku yang ia baca.
Dengan membaca bisa mengobati berbagai macam problematika yang sedang dilanda anak muda seperti rasa gelisah, galau, sakit hati bahkan sampai pada hati yang luka. Seperti yang dialami anak muda diatas bisa teratasi dengan membaca buku dan tidak lupa juga dengan secangkir cappuccino panas. Dr. Aidh al-Qarni dalam bukunya La Tahzan mengatakan “Membaca bukub itu adalah hiburan bagi orang yang menyendiri, munajat bagi jiwa, dialog bagi orang yang suka mengobrol, kenikmatan bagi orang yang merenung dan pelita bagi yang berjalan ditengah malam. Kenapa kita diharuskan untuk membaca ?. Karena buku itu selalu mengandung faedah, tamsil kebijaksanaan, cerita dan hikayat yang sangat unik.”
Ternyata, betapa pentingnya buku bagi kehidupan kita, buku bisa dijadikan sebagai sahabat bahkan teman terbaik kita sepanjang masa sebagaimana pepatah Arab mengatakan “khairu jalisin fij jamaani kitaabun” (the book is the good friend) sebaik-baik teman adalah buku, sebagai teman dan tentu saja buku bisa memberikan kita wawasan yang lebih luas.
Buku sebagai kekasih, sahabat, teman kenapa tidak bisa kawan ?, karena buku itu bukanlah benda mati tapi seperti makhluk hidup yang bisa membuat sedih, semangat, tertawa atau merenung. Ketika membaca novel misalnya, kisah-kisah sedih ceritakan maka deraian air mata akan mengalir atau ketika membaca buku yang sifatnya komedi maka tentu saja kita tidak menangis; pastilah tertawa dan membaca buku itu juga seperti menyindir kita ternyata betapa banyak yang belum kita ketahui. Seolah-olah ketika membaca buku, buku itu teman bicara kita, sahabat kita atau bahkan kekasih yang sedang memberikan nasihat dan lain sebagainya. Apalagi kalau kita membaca buku-buku yang bisa membangkitkan semangat, kata Andrea Hirata penulis Novel BestSeller Laskar Pelangi mengatakan bahwa “buku yang bergizi adalah buku yang mampu menggerakkan pikiran.”
Disisi lain membaca juga mempunyai peran sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Mengapa membaca mempunyai peran sosial yang sangat penting?. Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan dalam bukunya “Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa” menjelaskan ada tiga alasan kenapa membaca mempunyai peran sosial yang sangat penting.
Pertama, membaca itu merupakan suatu alat komunikasi yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat berbudaya.
Kedua, bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun zaman dalam sejarah sebagian besar dipengaruhi oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang itu.
Ketiga, sepanjang masa sejarah yang terekam, membaca telah membuahkan kutub yang amat berbeda yaitu dengan membaca juga telah membuahkan kutub-kutub yang konstruktif (membina, memperbaik) maupun destruktif (merusak, memusnahkan). Oleh karena itu menentukan cara-cara agar membaca itu dapat dengan baik mempromosikan kesejahteraan pribadi dan kemajuan kelompok. (Grey. 1957: 1099).
Tujuan dari membaca itu ialah supaya kita mendapat berbagai macam informasi, pengetahuan dan banyak lagi, manfaat untuk diri sendiri telah dijelaskan diatas tadi dan begitu juga peranannya terhadap kehidupan sosial. Membaca juga mempunyai tekhnik ibarat seseorang mendekati sosok yang disukainya maka cara mendekatinya pasti dong dengan menggunakkan tekhnik yang paling ampuh jika tekhnik itu gagal maka pupuslah harapannya begitu juga dengan membaca sehingga apa yang kita baca tidak sia-sia dan mendapatkan hasil dari apa yang kita baca.
Sebagai penutup dalam tulisan ini, karena buku itu ibarat seorang teman, kekasih yang selalu menemani hari-hari yang tak pernah meninggalkan kita maka melatih diri untuk selalu betah membaca perlu dipersiapkan yaitu dengan mengerjakan kegiatan pikir, dengan kegiatan pikir ini ketika tidak membaca maka akan menimbulkan sakit kepala. Yang jelas, membaca itu menyenangkan dan siapa saja yang pernah membaca tentu merasakan perubahan setelah membaca itu.
*Penulis: The Student of Theology and Fhilosophy