Bahagia ‘Wisudawan’ Hanya Simbul Sesaat?

oleh

Oleh Junaidi A.D

img-20161006-wa0000BERTAHUN sudah menempuh jenjang menuntu-n ilmu dalam sebuah lembaga pendidikan di Universitas. Mulai dari semester pertama, dua, hingga pada tahap terakhirnya delapan. Sekurang-kurangnya bisa dikatakan 3 tahun setengah yang (cumlaude).

Disamping itu, Mengerjakan tugas, bergabung dengan teman-teman, tampil kedepan presentasi dan lain sebagainya adalah dilukis dalam sebuah memori yang membentuk kenangan terindah dalam hati dan jiwa manusia, apalagi seorang sarjana muda.

Mamahami hal tersebut, suatu hari nanti akan hadir sebuah senyuman, kebahagiaan, dan keindahan dalam hidup. Rasa itu diyakini betul dengan rasa kemakmuran hati dan batin seseorang.

Ia adalah “wisudawan/i” hari dimana semua orang mengeluarkan tangisan, kesedihan akan kebahagiaan pada waktu itu karena dengan segala hal penuh perjuangan yang dicapai ulakhirnya bisa dipetik akan makna dan buahnya.

Wisuda sangat di tunggu-tunggu memang ketika sesudah selesainya sebuah persiadangan, yudisium dan lain sebagainya yang tergabung dalam akademika kampus. Bajunya yang khas (toga) menandakan bahwa ada yang “wisuda”. Kehadirannya membuat orang banyak berhura-hura, tawa sana-sini dan mengambil kenagan terindah dari moment sakeral yang istikahnya berada dalam dunia pendidikan tingkat tinggi.

“Wisudawan/i”, akan menjadi sangat istimewa bagi seseorang, karna ia sudah mendapatkan cita-cita, baik gelar, dan lain sebagainya. Dihari itu juga di nobatkan menjadi hari yang penuh istimewa dari seorang sarjana yang akan bergelar dan jabatan.

Tawa, bahagia, berpose dengan teman-teman dan sanak saudara sangat menjadi utama. Namun semua itu hanya sejenak saja, dan hanya beberapa saja. Karna ia bersifat pemberitahuan dan sekedar mimpi yang menjadi kenyataan.

Keindahan itu akan lenyap dengan segenap mata melihat dan hati merasakan, yang kemudian ia akan lelap jauh pergi menelusuri dan menjumpai kebahagiaan selanjutnya yang lain.

Momen terindah telah pergi, ia hanya sehari saja menemani diri manusia untuk memberikan suatu motivasi dan kebahagian saat itu. Sebagai simbolik telah menaruh perjuangan dijalan yang sangat sengit dan berperang melawan sulitnya tuntunan zaman.

Namun demikian, sangatlah indah walau bersifat sementara saja, yang mesti menjadi pelajarannya ialah bagaimana menghadirkan keindahan dan ketenangan dalam berinteraksi sesama dalam memperebut suatu kemenangan, yang di kerumuni oleh besarnya kobaran semangat yang melanda jiwa.

Meski bersifat sementara, kebahagiaan sementara, namun ilmu dan nilainya tidak akan mempengaruhi untuk pergi, namun ia akan datang kembali dengan kebahagiaan dan keindahan. Karena ilmu adalah bagian dari cahaya. Ia akan tetap berada pada diri manusia, kebahagiaan selama ia masih dalam keadaan suci hati dan batin.[]

*Mahasiswa semester 7 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.