Gayo, Model Biologis dan Gayo Idiologis

oleh
Jokowi saat berpidato di Bandara Rembele, Rabu 2 Maret 2016 tampak memegang Opoh Ulen-Ulen Kerawang Gayo. (LGco_Surya)
Presiden RI Soeharto dengan Upuh Ulen-Ulen bermotif Kerawang Gayo di Ketol Aceh Tengah tahun 1983. (foto : LK Ara)
Presiden RI Soeharto dengan Upuh Ulen-Ulen bermotif Kerawang Gayo di Ketol Aceh Tengah tahun 1983. (foto : LK Ara)

GAYO, salahsatu suku bangsa yang mendiami wilayah tengah provinsi Aceh, wilayah pegunungan yang di sebut dataran tinggi Gayo. Banyak juga yang menjuluki sebagai negeri di atas awan, negeri serpihan tanah syurga, negeri kopi, dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, kesuburan tanahnya dan ekosistem dari berbagai aspek sangat di akui banyak orang bahkan dunia, apalagi dalam aspek pertanian, baik kopi, budaya, seni, bahasa dan lain sebagainya.

Dalam pemahaman sisokultural Gayo adalah bagian dari masyarakat yang cenderung kekeluargaan, atau gemasih (Gayo: pengasih) dan penyayang, terlebih pada zaman dahulu yang serba hidup dalam konteks lingkup keluarga pengasih.

Dari sifat, bisa di lihat dari Kebaikan dan budi pekertinya sangat banyak disenangi dan didengar banyak orang yang datang kesana. Pasalnya, datang orang dari luar Aceh, masyarakat Gayo sangat antusias dalam menjamu tamunya dan tentunya menerima baik tamu-tamu yang datang dari luar Gayo itu sendiri.

Dari segi keramahtamahannya memberikan gaya tersendiri bagi masyarakatnya dalam segi apapun. Hal itu menanamkan suatu budaya dan agama yang sangat mendalam.

Dari sifat yang dimiliki itu sangat membuat orang lain betah tinggal di Gayo dan bahkan orang Gayo itu rela memberikan sebahagian hartanya untuk orang yang sudah bersusah payah dalam membantunya dari segi apapun terlebih kepada pendatang yang menetap didalam masyarakat Gayo.

Secara umum, sehingga banyak masyarakat luar keturunan Gayo yang tinggal disana apalagi didaerah perkotaan.

Ikhwanul Fitri
Ikhwanul Fitri

Ikhwanul Fitri sebagai Sekretaris Keluarga Negeri Antara (KNA) dalam pidatonya sekaligus sambutan pembina di pelantikan IPPEMATA (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Aceh Tengah) Banda Aceh, Sabtu (01/09/2016) mengungkapkan, bahwa Gayo itu dibagi atas 2 model, yaitu Gayo Biologis dan Gayo Idiologis.

Gayo biologis yakni masyarakat Gayo yang memiliki potensi asli kelahiran Gayo atau keturunan asli darah Gayo itu sendiri. Kepunyaan bahasa Gayo, tempat, kedudukan dan lain sebagainya.

Sedangkan masyarakat idiologis ialah masyarakat yang tergabung ke dalam lingkup kehidupan orang keturunan darah Gayo itu sendiri, atau diluar etnis Gayo itu sepenuhnya, namun ia berada dekat dengan masyarakat asli keturunan darah Gayo atau hidup dalam satu kedudukan.

Misalnya orang Cina yang hidup di Takengon, orang Aceh, Jawa, dan lain sebagainya. Yang tergabung, namun tidak menjadi darah Gayo, akan tetapi di luar darah keturunan Gayo.

Secara kultural, Gayo adalah negeri yang patut di acip jempol, dan apresiasi tinggi, apalagi dalam kebudayaan, karena kejeniusan dan kepintaran akan cagar budaya, pengetahuan, ilmu, alam, dan lain sebagainya yang sangat kurang didapati di negeri-negeri lain apalagi Indonesia.

Jokowi saat berpidato di Bandara Rembele, Rabu 2 Maret 2016 tampak memegang Opoh Ulen-Ulen Kerawang Gayo. (LGco_Surya)
Jokowi saat berpidato di Bandara Rembele, Rabu 2 Maret 2016 tampak memegang Opoh Ulen-Ulen Kerawang Gayo. (LGco_Surya)

Banyak adat dan budaya yang terlahir dinegeri ini, dari Sabang hingga Merauke memiliki karakter dan budaya tersendiri, tapi pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.

Akan tetapi berbicara masalah Gayo biologis dan Gayo idiologis juga ada pada rakyat-rakyat yang lain, namun hanya namanya saja yang berbeda seperti halnya kata “Gayo”.

Karena diluar Gayo sendiri pasti ada juga yang disebut dengan biologis dan idiologis, seperti Aceh Biologis, dan Aceh Idiologis, bahkan negara juga bisa dinamakan dengan kata tersebut. (Junaidi)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.