Takengon-LintasGayo.co : Tingkat kesadaran masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah untuk mendonorkan darahnya masih tergolong rendah, hal tersebut dibuktikan dengan masih sulitnya keluarga pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Beru, Takengon mendapatkan darah untuk kebutuhan medis.
Demikian dikatakan Sekretaris umum Dewan Pengurus Daerah (DPD) II Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh Tengah Zikrullah, dalam program dialog interaktif Indonesia berdonor dengan tema ‘Saatnya pemuda dan pengusaha berdonor untuk Indonesia’ yang berlangsung di studio programa 1 RRI Takengon, Rabu (07/09/2016).
Menurutnya, untuk menanggulangi masalah itu berbagai pihak terkait harus mampu mengubah pola pikir masyarakat setempat, terkait berbagai manfaat yang didapatkan jika rutin mendonorkan darahnya, baik bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang membutuhkan.
“Jadi kalau kita lihat di Aceh Tengah hari ini jika ada pasien yang membutuhkan darah itu didapatkan dari keluarga-keluarganya, hal ini harus kita kembangkan lagi bahwasanya berdonor itu bagus, jadi stok darah di rumah sakit tidak kurang lagi,” katanya.
Sementara itu, ketua umum Badan Pengurus Cabang (BPC) HIPMI Aceh Tengah Eryani Maharona sangat menyayangkan kondisi yang terjadi pada masyarakat di daerah berhawa sejuk itu, yang baru rela mendonorkan darahnya jika mendapatkan imbalan berupa uang dengan nominal tertentu dari keluarga pasien.
“Kita sebetulnya punya Muspida plus seperti majelis adat, Majelis Pendidikan Daerah (MPD) dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), jadi kita ingin tahu bagaimana hukumnya dari segi adat maupun agama, jika ada seseorang yang memperjualbelikan darahnya,” sebut Eryani.
Kebutuhan darah di RSU Datu Beru Takengon hingga saat ini mencapai 7 hingga 10 kantung perhari atau dengan total jumlah 235 hingga 300 kantung darah setiap bulannya. Namun akibat keterbatasan stok darah yang dimiliki Unit Transfusi Darah (UTD) di rumah sakit itu, terpaksa meminta bantuan dari UTD Bireuen, Lhokseumawe bahkan ke Banda Aceh.
(SP)





