
SATU lagi sosok yang sangat penting dalam keberhasilan pengembangan bandara udara Rembele kabupaten Bener Meriah adalah Khairul Iman. Sosok yang dikenal low profile tersebut, merupakan anak pertama dari keluarga Bapak Sulaiman dan Ibu Fatimah Sahim, yang beralamat di Asir-Asir, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah. Lahir pada 19 Agustus 1968. Sebelum memulai karir do Departemen Perhubungan, Khairul Iman sempat mengenyam pemdidikan di TL Bhayangkara Takengon 1975, SDN 1 Takengon 1981, SMPN 1 Takengon 1984, SMAN 2 Rakengpn 1987.
Usai menamatkan pendidikannya di Kota kelahiran, Khairul Iman memilih merantau dengan berkualiah di Universitas Eka Sakti Padang Fakultas Hukum, beliau tamat pada tahun 1992. Pada tahun 1995, istri dari Yurdanila ini diangkat menjadi PNS di Departemen Perhubungan ditempatkan pada Biro Hukum dan KSLN Sekjen Departemen Perhubungan.
Mantan Kepala Sub bagian Tata Usaha Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VII Balikpapan tersebut kepada LintasGayo.co Rabu, 20 Juli 2016 menceritakan pengalamannya pada saat ditugaskan sampai pada akhirnya dipercaya menjadi menjadi Kepala Satuan Kerja dan Kepala UPBU (Unit Pelayanan Bandar Udara) kelas III Rembele, Kabupaten Bener Meriah tersebut.
“Saat itu sekitar tahun 2004 sampai 2005 saya ditugaskan sebagai staf satuan kerja Bandar Udara Rembele, dimana pada saat itu bandara tersebut masih diterbangi dengan penerbangan pesawat perintis dengan rute Medan ke Rembele dan Rembele ke Banda Aceh,” ujar Khairul mengenang.
Ia melanjutkan pesawat yang diterbangkan pada saat itu masih tipe pesawat kecil yang mampu mengangkut penumpang sekitar 20 orang dengan operator SMAC (Sabang Merauke Air Charter).
“Fasilitas terminal juga pada saat itu masih menggunakan rumah kayu yang terletak di sebelah utara runway, parkir pesawat juga masih di runway, sebenarnya gedung terminal dan apron sudah ada, namun masih belum bisa dimanfaatkan karena akses jalan menuju terminal tidak ada dan masih dalam kondisi semak belukar,” jelas ayah dari Nadya Khairumi, Delano Ibtanola dan Charissa Paramesti ini.
Kemudian pada tahun 2006 sampai dengan 2007 khairul Iman dipercaya sebagai Pejabat Pembuat SPM (Surat Perintah Membayar) satuan kerja Bandar udara Rembele merangkap pejabat SPM pada satuan kerja BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi ) Aceh-Nias.
“Anggaran dari BRR Aceh-Nias kita gunakan untuk pengembangan bandara meliputi pembukaan akses jalan menuju terminal, tembok penahan tanah, rumah dinas, perpanjangan landasan sepanjang 200 meter yang semula 1200 meter menjadi 1400 meter, jalan lingkungan, tempat parkir kendaraan serta drainase dilingkungan terminal”, ungkapnya.
“Penerbangan perintis yang dimulai pada tahun 2003 dengan operator PT. SMAC yang menggunakan pesawat jenis Cassa-200 kemudian tahun 2010 berganti operator PT NBA masih dengan jenis pesawat yang sama, dan pada tahun 2011 kembali berganti operator PT Susi Air dengan pesawat Cessna Grand Caravan, sehingga dengan diperpanjangnya landasan pacu, sampai sekarang semua pesawat dapat mendarat dengan mulus”, paparnya.
Khairul menambahkan biaya penerbangan perintis tersebut disubsidi oleh pemerintah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara Kementerian Perhubungan.
Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 Khairul Iman diangkat sebagai Kepala Satuan Kerja Bandar Udara Rembele, kabupaten Bener Meriah.
Dimasa kepemimpinannya pula pemerintah mengucurkan anggaran secara bertahap untuk membangun beberapa fasilitas bandara seperti pemagaran batas bandara, pembuatan Drainase, pembuatan Box Culvert, serta penataan lingkungan terminal.
Setelah terjadi Gempa Gayo 2013 selaku Kepala satuan Kerja bandara, Khairul Iman berkoordinasi dengan bupati Ruslan Abdul Gani sebagai orang nomor satu di Pemerintah Daerah Kabupaten Bener Meriah untuk meminta kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono agar Pemerintah Pusat menyetujui kucuran anggaran guna pengembangan bandara Rembele.
“Ini penting, sebab bandara Rembele dapat diperuntukkan bandara mitigasi bencana gempa, permintaan tersebut akhirnya terwujud dan disetujui presiden sewaktu berkunjung ke Gayo,” kata Khairul.
Dikatakan melalui Kementerian Perhubungan di tahun anggaran 2014 dikucurkan anggaran sekitar 286 miliar untuk pengembangan bandara Rembele, dan anggaran tersebut dipergunakan untuk perpanjangan landasan pacu, dari 1400 meter menjadi 2250 meter.
“Kita juga melakukan rehab terminal penumpang, penataan lingkungan terminal, rumah dinas, galian tanah untuk penimbunan Alur Percos serta saluran airnya, OverLay landasan, AFL dan Papi ( lampu landasan) pembuatan Tower ( ATC Tower), jalan lingkungan, pagar pengaman, pembuatan gedung kantor, penataan parkir dan Landscap (taman),” rinci Khairul.
Dengan dilakukannya pengembangan tersebut, Bandara Rembele naik kelas dari Satuan Kerja menjadi Bandar Udara Kelas III menjadi UPBU (Unit Pelayanan Bandar Udara) Kelas III dan khairul Iman kembali dipercayakan menjadi kepala UPBU Kelas III Rembele, dan terus melanjutkan pengembangan bandara yang belum terselesaikan pada tahun yang sama.
“Bulan April tahun 2015, saya pindah tugas ke Balikpapan sebagai kepala sub bagian Tata Usaha Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VII Balikpapan, kemudian pada bulan Agustus pada tahun yang sama, saya diangkat menjadi Kepala UPBU Lasondre-pulau, Pulau Batu Nias Selatan dan masih saya jalani sampai sekarang”, ujar Khairul Iman.
Ketika dimintai tanggapannya bahwa bandara Rembele akan di darati Wings Air, Khairul mengaku bangga, karena sudah bisa didarati pesawat besar, baginya yang penting rakyat dan daerah Gayo bisa setara dengan daerah lain di Indonesia.
“Dengan adanya pesawat yang mampu mengangkut penumpang lebih banyak tentunya ini suatu kebanggaan, itu pertanda kemajuan daerah Gayo,” jelasnya.
Khairul juga berharap pimpinan bandara Rembele yang sekarang dapat melanjutkan pengelolaan bandara dengan baik.
“Alhamdulilah dengan segala keterbatasan saya waktu itu dan atas dukungan semua pihak serta Pemerintah Daerah Bener Meriah dan Aceh Tengah, tugas yang diberikan sudah saya selesaikan, dan semoga pimpinan bandara yang sekarang dapat melakukan pengelolaan bandara dengan baik dan maksimal,” katanya Khairul Iman.
“Sementara ini mungkin, hanya ini yang bisa saya persembahkan untuk tanoh tembuni, semoga mendapat ridho Allah SWT,” demikian Khairul Iman menimpali.
(A.Keniko)