Ada Apa Dengan Khalisuddin?

oleh

Muhamad Hamka*

Khalisuddin-ijo-warnaDARI sekian putra terbaik Gayo yang “akan” bertarung pada Pilkada Aceh Tengah Februari tahun depan, salah satunya adalah Khalisuddin yang dikenal luas sebagai wartawan dan pegiat lingkungan. Saat ini ia menggawangi redaksi portal berita, www.lintasgayo.co sebagai pemimpin redaksi. Lantas menyeruak pertanyaan, ada apa dengan Khalisuddin yang tiba-tiba banting stir mengarungi kerasnya jagad politik?

Sebagai seorang pegiat demokrasi, saya termasuk yang menghendaki orang muda idealis untuk mengambil peran dan terlibat aktif dalam kontestasi Pilkada Aceh Tengah Februari 2017 mendatang. Namun nyatanya, keterlibatan orang muda dengan idealisme yang belum tercemar oleh derasnya polusi politik transaksional masih sebatas diskursus di dunia maya. Kegelisahan sejumlah orang muda Gayo terhadap kualitas dan masa depan demokrasi Aceh Tengah ditumpahkan hingga tandas di dinding Facebook. Tapi belum ada yang serius untuk memulai mengambil peran menjadi bakal calon (balon) bupati.

Maka ketika Khalisuddin diberitakan sebagai salah satu balon bupati Aceh Tengah, saya langsung dikerubungi dentuman optimisme, bahwa masa depan demokrasi negeri kopi ini bakal memancarkan wajah yang cerah dan produktif bagi hadirnya kemaslahatan umum (bonum comunie). Khalisuddin memang tidak begitu saya kenal secara pribadi, namun lewat sejumlah karya dan pikiranya yang mengemuka di ruang publik, saya percaya bahwa orang ini bisa menjadi gerbong orang muda idealis dalam membangun tradisi politik yang cerdas, elegan dan manusiawi. Dari gugusan pemikiranya tersebut, saya menilai bahwa Khalisuddin adalah sosok yang bersahaja, idealis, cerdas dan berbudaya.

Politik kita selama ini yang cenderung transaksional menjadikan demokrasi terpasung dalam kehendak privat (res-privata) sejumlah elit politik dan kroninya. Demokrasi yang meniscayakan kesejahteraan rakyat sebagai hukum tertinggi (salus populi suprema lex), justru megap-megap dalam tikaman ‘perselingkuhan’ penuh intim penguasa, birokrat korup, dan pemodal (kontraktor) pemburu rente. Maka kehadiran bakal calon alternatif seperti Khalisuddin patut diapresiasi. Majunya Khalisuddin tidak hanya menjadi tradisi politik yang baik bagi orang muda idealis, namun juga hendak menunjukan kepada masyarakat luas bahwa perubahan itu bisa dimulai oleh siapa saja dengan cara-cara yang cerdas, bermartabat dan manusiawi.

Khalisuddin yang maju lewat jalur independen, dikabarkan ditopang oleh sejumlah anak muda idealis yang tergabung dalam Relawan Khalisuddin. Ini merupakan starting point yang baik, dalam artian Khalisuddin berkompetensi dalam kontestasi Pilkada Aceh Tengah Februari tahun depan dialas-tumpui oleh spirit dan jiwa yang merdeka, tanpa dibebani oleh kewajiban transaksional kepada partai politik ataupun pemodal.

Pada titik inilah, sebagai orang muda kita punya beban dan tanggung jawab moral untuk mengendorse dan mendukung perjuangan Khalisuddin. Sebagai orang muda, diskursus politik kita saat ini tidak lagi sekadar ‘bersolek’ dalam riuh-rendah dunia maya. Namun, kita harus mulai mempraksiskanya dengan mengawal secara serius perjuangan pria yang disapa Khalis ini. Keberanian moral Khalisuddin yang telah membuka jalan bagi orang muda idealis, sekali lagi layak diapresiasi.

Momentum

Pilkada Aceh Tengah Februari 2017 mendatang merupakan momentum sekaligus pertaruhan yang sangat penting bagi orang muda dalam mewujudkan idealisme politiknya. Sehingga substansi perjuangan Khalisuddin tidak sekadar soal kalah-menang, namun lebih dari itu adalah soal pendidikan politik (political education), soal membangun tradisi politik yang cerdas, elegan dan bermartabat. Tanpa terkontaminasi oleh pengapnya transaksi dan ‘perselingkuhan’ politik khas elit politik tamak, birokrasi korup, dan pemodal serakah.

Politik orang muda adalah politik akal sehat yang dialas-tumpui oleh idealisme dan pengetahuan yang kokoh. Karena kekuasaan yang dibangun diatas pondasi pengetahuan yang kuat, jauh lebih demokratis dan manusiawi. Kehadiran Khalis dengan spirit intelektualisme  dan idealisme orang muda, menandakan era baru demokrasi di Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo secara luas. Demokrasi yang menjunjung tinggi partisipasi publik. Demokrasi yang meniscayakan akal sehat dalam gerak dan aktus politiknya. Demokrasi yang menghadirkan paradigma baru kekuasaan dan pemerintahan yang berorientasi pada kehendak publik (res-publica). Demokrasi yang bersenyawa dengan kearifan lokal.

Setiap permulaan sudah pasti sukar. Namun lebih sukar lagi ketika kita hanya diam, lalu merutuki keadaan. Untuk itu, apreasiasi yang tinggi kepada Khalisuddin yang berani memulai, sekaligus meretas jalan politik orang muda idealis dalam kontestasi Pilkada.[]

*Pengamat politik, tinggal di Takengon Aceh Tengah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.