(Sebuah Pergulatan Politik Mantan Aktifis Mahasiswa)
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” (Tan)
FUNGSI sosial kontrol, selalu kita dengar sebagai salahsatu peran mahasiswa dan ini terbukti bahwa kekuatan mahasiswa layak di perhitungkan dalam kehidupan demokrasi di negeri yang kita cintai ini Republik Indonesia. Reformasi 1998 adalah bukti nyata bahwa kekuatan mahasiswa harus diperhitungkan.
Menjelang Pilkada banyak corak dan ragam cerita politik sebagai bukti bahwa demokrasi berdiri tegak di negeri kita Gayo Lues yang berjuluk Seribu Bukit yang masih terhitung anak-anak jika kita bandingkan dengan umur manusia, di setiap ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mahasiswa masih bisa kita bilang ikut mewarnai dalam berbagai bentuk konsep perpolitikan dalam berbagai isu.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang kita harapkan dapat memberikan warna politik ke arah positif demi kehidupan rakyat jelata yang masih jauh dari harapan, seperti pangang jauh dari api.
Pendidkan politik yang masih minim di negeri kita yang berumur masih sekelas anak-anak sekolah dasar, dan juga disebabkan besarnya biaya ajang pesta demokrasi yang seyogianya sebuah pesta dari rakyat, demi dan untuk rakyat Seribu Bukit, hanya bisa dinikmati oleh kaum elit pemilik modal memperjualbelikan suara rakyat yang katanya suara Tuhan dalam negara demokrasi ini.
Pesta akbar demokrasi 2017 kini sudah di depan mata, siapapun layak ikut pesta ini tanpa terkecuali yang tentunya harus bercita-cita luhur demi masa depan Negeri Seribu Bukit yang lebih baik, adil dan makmur tanpa menampik praktik lacur yang memperjualbelikan harga diri demi sebuah suara masih menjadi warna yang mencolok dalam pesta kita ini.
Mahasiswa sebagai harapan dari kaum kelas bawah tak berpendidikan jika ikut memperjualbelikan harga diri juga berarti memperjualbelikan harga diri kaum tak berpunya.
Biaya demokrasi yang mahal, dengan suara anda mahasiswa sebagai pemilih tetap yang jauh di rantau tak bisa menghadiri pesta di tempat pemungutan suara, bukan berarti fungsi dan peranan anda tidak diharapkan dalam ajang menentukan masa depan Negeri Seribu Bukit yang kita cintai. Kecerdasan anda mahasiswa untuk berani bersuara lantang demi kehidupan yang adil dan merata sangat dibutuhkan untuk di dengar oleh rakyat, bukan sebaliknya anda Mahasiswa menjadi bagian penting dalam transaksi ilegal memperjualbelikan suara demi satu kepentingan dan kompromi kejahatan politik.
Alasan tekanan ekonomi, minimnya lowongan pekerjaan kelak nanti kalian menjadi sarjana, tertutupnya akses koneksi ke birokrasi pemerintahan, tidak cukup menjadi alasan kalian harus menjadi pelacur intelektual yang akan memakan korban kaum tak berdaya.
Rahasia umum, secerdas apapun anda tanpa ada kaitan famili dan sanak saudara di jajaran pemerintahan Gayo Lues mustahil anda bisa menjadi bagian dari pemerintahan ini. Hanya kekuatan melawan demi tegaknya demokrasi, demi kehidupan yang layak dan adil bagi segenap rakyat Seribu Bukit adalan pilihan terbaik.
Berangkat dari pengalaman sejarah Pikada Gayo Lues masa lalu jika harga serangan fajar berkisar sekitar Rp.200 ribu persuara, di setiap daerah pemilihan.
Mahasiswa adalah penyerap serangan fajar terbanyak jika kita bandingkan dengan kalkulasi biaya transfortasi yang harus di tangung oleh setiap kandidat yang ingin meraba tubuh dan menikmati indahnya satu suara mahasiswa dan juga mahasiswi, bayangkan berapa ongkos pulang dan balik mahasiswa dari kota Banda Aceh, Medan dan sekitarnya ditambah lagi uang makan dan saku, belum lagi tim sukses dari kalangan mahasiswa yang siap menjilat pantat jagoan calon kandidatnya demi sedikit uang tambahan di tambah janji politik yang bohong dan menyesatkan.
Demokrasi menjamin setiap elemen komponen masyarakatnya terlibat aktif di ajang Pilkada ini tanpa terkecuali kalangan Mahasiswa. Saya tidak punya hak mengharamkan anda ikut dalam permainan ini, tapi anda juga tidak berhak untuk melarang saya mengungkapkan praktek politik yang sesat ini.
Pulanglah kawan-kawan dengan segudang ilmu yang telah kalian capai demi mewujudkan tatanan demokrasi Gayo Lues yang adil, merata dan makmur bagi seluruh rakyat Gayo Lues yang kita cintai ini.[]
*Alumni IAIN Medan Sumatera Utara






