Catatan : Fathan Muhammad Taufiq
Bulan Ramadhan benar-benar merupakan bulan penuh berkah bagi siapa saja, bukan hanya bagi ummat Islam saja tapi non Muslim pun bisa ikut menikmati keberkahan bulan suci ini. Lihat saja para penjual pakaian dan barang elektronik, tidak semuanya Muslim, tapi mereka juga kecipratan rejeki saat bulan puasa tiba, tingginya permintaan barang elektronik dan pakaian pada bulan puasa, apalagi menjelang lebaran, menjadi berkah bagi para pedagang tersebut. Sebenarnya antara ibadah puasa dengan pola konsumtif terhadap barang elektronik dan pakaian, sama sekali nggak ada hubungan, tapi mungkin karena ini erat kaitannya dengan kultur dan tradisi masyarakat Indonesia, maka membeli barang elaktronik dan pakaian baru pada bulan puasa sudah seperti sebuah keniscayaan.
Bulan Ramadhan, juga menjadi berkah bagi pedagang “musiman”, khususnya penjual penganan berbuka, yang hanya menggelar lapak dagangannya pada bulan Ramadhan. Kesibukan bekerja atau aktifitas lainnya, sering menyebabkan banyak keluarga yang memilih cara praktis, yaitu membeli makanan matang untuk kebutuhan berbuka puasa keluarga, tanpa harus repot-repot memasak sendiri, toh semua jenis masakan mulai dari masakan sayur, ikan, daging, ayam, kue-kue sampai berbagai minuman segar sudah banyak yang menjajakannya di pasar “kaget” atau lapak tempat berjualan bukaan puasa.
Aneka pangan olahan yang sepertinya khusus dijajakan pada bulan puasa, sekilas memang sangat menggugah selera, apalagi setelah seharian menahan lapar. Para pedagang pun memang menjajakan dagangan mereka dengan sangat menarik, sehingga mengundang mereka yang ingin serba praktis untuk lebih mengandalkan jajanan tersebut daripada harus direpotkan dengan segala pernik memasak di dapur.
Kebereadaan para penjual jajanan bukaan puasa itu, sejatinya sangat membantu keluarga-keluarga untuk menyiapkan hidangan berbuka secara mudah, praktis dan murah. Kalau kepingin makan ayam goreng, nggak perlu potong ayam sendiri atau membeli daging ayam sendiri, cukup membeli sepotong dua potong ayam goreng sesuai kebutuhan. Begitu juga kalau ada anggota keluarga yang kepingin penganan seperti lupis, kelepon, bakwan, lumpia dan lain-lainnya, nggak perlu lagi repot mebuatnya di dapur, karena deretan lapak jualan jajanan bukaan sudah menunggu dengan harga yang terjangkau. Untuk urusan minuman segar seperti es campur, es kelapa muda atau es cendol, orang juga nggak perlu repot mebuatnya sendiri, sederet angkringan sudah menunggu.
Tapi meski keberadaan para pedagang jajanan puasa itu sangat membantu keluarga-keluarga yang sibuk atau tidak inging direpotkan dengan urusan bukaan puasa, tetap saja ada hal-hal yang mesti diwaspadai, terkait dengan keberadaan jajanan puasa ini. Faktor keamanan pangan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan, jangan sampai karena ingin yang praktis-praktis, tapi akhirnya malah merugikan diri sendiri, karena penganan yang dibeli justru tidak aman bagi kesehatan, karena setiap kita pasti menginginkan pangan olahan yang kta peroleh dengan cara membeli atau mengolahnya sendiri, harus benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan.
Ada beberapa hal penting terkait dengan keamanan pangan, ketika kita membeli jajanan bukaan puasa di luar, setidaknya ada 3 point yang perlu kita perhatikan atau kita waspadai saat membeli bukaan puasa di luar ;
Pertama, kebersihan makanan
Jajanan puasa biasanya dijajakan di pasar dadakan atau dipinggir-pinggir jalan, sebagian pedagang membiarkan daganagan mereka dalam keadaan terbuka tanpa penutup apapun, ini sangat rentan terhadap debu yang beterbangan dan lalat serta hewan-hewan lain yang merugikan kesehatan. Pastikan jajanan yang akan kita beli dalam kondisi tertutup dalam lemari kaca atau plastik, atau setidaknya dalam kotak yang tertutup kain atau kawat kasa, sehingga debu dan lalat dipastikan tidak akan hinggap d atas makan tersebut.Begitu juga ketika pedagang mengambila makanan tersebut dari tempatnya, pastikan dia menggunakan alat penjepit, dana kalaupun dia menggunakan tangan langsung, pastikan tangannya terbungkus plastik atau sarung tangan. Yang jelas, kita harus measikan bahwa makanan yang akan kita beli itu benar-benar terjaga kebersihannya.
Kedua, penggunaan zat pewarna dan bahan pengawet makanan
Penganan yang tampil dengan warna warni mencolok, biasanya menarik perhatian dan menggugah selera, apalagi bagi anak-anak, tapi justru disitulah kita harus selalu waspada. Banyak pedagang yang entah sengaja atau tidak, masih menggunakan zat pewarna berbahaya untuk makanan yang mereka jual, masaih banyak ditengarai penggunaan zat pewarna yang mestinya bukan untuk pewrana makanan, tapi digunakan untuk pewrana makanan, karena mungkin harganya lebih murah dan lebih mudah mendapatkannya. Bayangkan saja, kalau dalam makanan yang kita beli itu mengandung zat pewarna tekstil misalnya, tentu akan sangat membahayakan kesejatan kita dan tentunya sangat tidak aman untuk dikonsumsi.
Masih ada juga jajanan puasa yang ditengarai menggunakan bahan pengawet berbahaya seperti formalin dan borax, banyak diantara kita belum begitu paham membedakan makanan berpengawet berbahaya dengan makanan berpengawet alami, karena kita sering terkecoh dengan penampilan fisik luarnya saja. Jadi, pastikan bahwa makanan yang kita beli untuk bukaan puasa keluarga kita benra-benar bebas dari zat pewarna berbahaya, baca referensi dan teliti kondisi fisik makanan tersebut sebelum membeli.
Ketiga, kehalalan makanan
Bagi ummat Islam yang menjadi konsumen jajanan bukaan puasa, masalah kehalalan makanan tentuk menjadi pertimbangan utama ketika memilih dan membeli makanan. Sekilas, jajanan puasa yang dijual di pasar atau pinggir jalan itu semuanya halal, karena semua penjualnya memang Muslim. Tapi ada juga yang mesti diwaspadai, meski produk yang dijual itu produk halal, tapi ketika proses pengolahnaannya mengunakan cara atau bahan-bahan yang diragukan kehalalannya, tentu saja makanan itu juga kemudian diragukan kehalalannya. Contohnya, ayam pada dasarnya adalah hewan halan, tapi ketika proses penyembelihannya tidak memenuhi kaidah syariat, seperti dicekit, dipukul, atau dipatahkan lehernya, maka ayam tersebut menjadi tidak halal, karena statusnya menjadi seperti bangkai, begitu juga ayam “Tiren” atau ayam yang sudah mati sebelum dipotong, tentu sangat jelas ketidak halalannya.
Harus cermat dan teliti mengamati makanan olahan yang berasal dari hewan seperti ayam ini, karena sangat rentan terhadap perilaku tidak halal dalam proses pengolahannya. Begitu juga proses memasak daging atau ayam yang dicampur dengan benda-benda haram seperti ganja dan sejenisnya, sekilas itu hanya untuk membuat masakan menjadi lebih sedap, tapi kandungan haram dari “bumbu tambahan” tersebut, tanpa kita sadari akan membuat makannan yang kita beli lalu kita santap menjadi haram. Bukan untuk mempermasalkan permainan kotor para pedagang, tapi demi kenyamanan kita, pastikan bahwa makanan olahan yang akan kita bawa kerumah untuk keluarga, jelas kehalalannya, baik dari proses maupun materinya.
Itulah sekelumit bagi pengalaman yang dapat saya sampaikan, terkait dengan masalah keamanan pangan pada saat kita menghadapi bulan suci Ramadhan. Jangan sampai kesucian bulan penuh berkah ini, justru ternodai akibat kita salah dalam meilih makanan baik untuk menu berbuka maupun sahur, semoga bermanfaat.





