Khalisuddin
DANAU Lut Tawar sebagai landasan pesawat, kenapa tidak. untuk melayani kebutuhan di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini dan kedepan juga untuk mengatasi kurangnya infrastruktur transportasi.
Menurut Endryss Diodena, seorang penerbang pesawat berdarah Gayo yang sejak tahun 2012 sebagai pilot charter flight di perusahan PT. Travira Air, danau Lut Tawar sangat ideal dilandasi pesawat amfibi baik untuk pemenuhan permintaan transportasi udara maupun untuk pariwisata.
“Memungkinkan banget danau Lut Tawar dilandasi pesawat, karena pesawat caravan amphibi itu kecil dan bisa mendarat dilandasan dan air, saya sendiri ingin menerbangkan pesawat kesana, pasti mengesankan dan panoramanya indah banget” ungkap putra Erwin Kurniadi, warga Tangerang yang berasal dari Kenawat Lut Takengon Aceh Tengah, Senin 16 Mei 2016.
Luas landasan yang diperlukan untuk take off pesawat, lanjut Endryss, hanya sekitar 600 meter, sementara buat landing 300 meter.
“Ini tentu sangat mendukung kemajuan pariwisata Gayo. Proses ijin perairan mudah dibuat di Kementrian Perhubungan Udara dengan ketentuan tanda-tanda buat pesawat landing dilokasi danau memenuhi persyaratan,” ungkap adik pilot Garuda Indonesia Erwinda Sara Kenasih ini. (baca : Putri Gayo ini Pilot Garuda).

Sepengetahuan Endryss yang terakhir pulang kampung ke Gayo tahun 2008 ini, harga caravan amphibi berkisar US$ 1.800.000 – US$ 2.500.000.
“Kapasitas penumbang caravan amphibi 10 orang berikut 2 pilot. Kalau dash 8 Q 300 berpenumpang 55 berikut 2 pilot,” ungkap Dena sapaan akrab Endryss.
Danau Lut Tawar dikabarkan pernah dilandasi pesawat amphibi puluhan tahun silam, namun belum diperoleh informasi detailnya.
Pilot yang sudah mengantongi 1000 jam terbang ini dilahirkan di Tangerang 03 Juli 1990. Beristrikan mantan pramugari bernama Valentina Koesrini. Pasangan muda ini masih berstatus Aman Mayak dan Inen Mayak (pengantin baru), menikah 7 Februari 2016 lalu.
Seperti kakaknya, dia juga alumnus Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug Jurusan Penerbang. Sejak tahun 2012 hingga 2014, Dena menerbangkan pesawat amphibi jenis caravan C 208A yang berlokasi base di Bali. Dalam profesinya terbang dari Bali-Lombok-Sumbawa-Pulau Moyo.
Selanjutnya di tahun 2014 akhir hingga sekarang 2016, dia menerbangkan pesawat dash 8 Q 300 (multi engine propeller) yang base di Ambon, terbang dari Ambon-Babo (Papua)-Manado-Saumlaki.
Win Gayo yang masih kerabat tokoh pejuang Kemerdekaan RI sekaligus tokoh DI/TII Aman Mastani (Alm) ini punya pengalaman menegangkan sekaligus mengasyikkan pada saat menerbangkan pesawat caravan amphibi.
“Sungguh mengasyikkan dan seru banget. Saya pernah pada saat take off terpental-pental di laut, saya tidak berhasil menerbangkan pesawatnya dikarenakan ombak yang terlalu besar. Dicoba 3 kali gak bisa-bisa, akhirnya penerbangan itu di cancel,” kenang Dena.
Ditanya tentang bagaimana peluang anak Gayo bisa berkiprah di berbagai bidang profesi, termasuk pilot. Menurut Dena siapapun itu entah anak-anak Gayo, Aceh ataupun dari daerah manapun mempunyai peluang untuk menjadi apapun yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.
“Yang pasti saran saya hanya anak yang memiliki keinginan kuatlah yang mampu meraih cita-citanya,” demikian Endryss yang juga alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten (STIABAN) jurusan Admintrasi Publik ini.[]