Oleh : Armi Arija (Abiarmi)
MAHASISWA, sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Selain itu “muda” itulah yang yang terbesit dipikiran kita jika membayangkan mereka,
Masa muda adalah masa-masa dimana seseorang berada dalam masa produktif, memiliki potensi yang besar dibanding kelompok usia yang lain, seperti kondisi fisik yang masih energik ,memiliki pemikiran yang jernih, keingintahuan yang besar, kemauan untuk terus bergerak dan berkarya, serta yang terpenting lagi pemuda itu sangat tajam dan kritis, terutama mahasiswa serta pergerakanya melalui organisasi kemahasiswaan itu sendiri, mulai di masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, orde baru serta masa reformasi, mahasiswa tidak bisa diragukan lagi peran serta eksistensinya diwaktu itu bahkan bisa dikatakan itulah masa-masa keemasan dari mahasiswa itu sendiri.
Kalau kita mau jujur terkadang memang pergerakan mahasiswa sangat agresif dan responsif untuk mengawal pemerintah, terlebih jika suatu kebijakan (produk hukum) yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak menggambarkan keberpihakan kepada rakyat, begitu juga ketika proses jalanya pemerintahan yang dinilai lamban dalam mengambil sikap serta tindakan mengenai suatu permasalahan ummat, atau mungkin lamban dalam menata serta menjalankan roda pemerintahan maka pemuda akan mendorong pemerintah untuk bergerak.
Meskipun demikian hal yang dilakukan adalah wajar sesuai dengan peran dan fungsi dari mereka sendiri yakni mahasiswa sebagai agen of control, agen of control, serta agen fo stock. Mahasiswa itu seharusnya sadar betul bahwa mereka ini berbeda bahwa dunia kampus memiliki kondisi yang berbeda dengan jenjang pendidikan yang ada di bawahnya.
Mahasiswa tidak hanya dijejali dengan berbagai teori tapi juga harus mengembangkan kemampuannya untuk mempraktekkan teori yang diperolehnya di masyarakat. Hal ini diwujudkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan penelitian) . Dengan Tridharma Perguruan Tinggi, kampus sebagai tempat seorang mahasiswa menuntut ilmu merupakan kawah candradimuka yang akan ‘menggodog’nya menjadi individu yang lebih memahami dunia di sekitarnya secara nyata.
Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat merupakan pedoman dalam menjalankan keseluruhan aktivitasnya. Pedoman tersebut menuntut setiap mahasiswa untuk mengembangkan dirinya tidak hanya pada sisi teori tetapi praksis juga menjadi tekanan yang tidak bisa diabaikan. Jika seminsalnya mahasiswa mampu memahami dan menjelankan Tridharma Perguruan Tinggi dengan baik, mahasiswa harus paham bahwa hal itu tri dharma pertama yakni pendidikan, hal ini membekali mahasiswa dengan teori yang mumpuni sehingga kelak akan menjadi ilmuwan yang tangguh. Kedua pengabdian, melakukan pengabdian pada masyarakat memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan praktik pada diri mereka sehingga menjadi dekat dengan masyarakatnya.
Kedekatan dengan masyarakat yang menciptakan mahasiswa yang cepat tanggap dalam merespon permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan dilandasi oleh kemampuan teori di kampus, mahasiswa diharapkan mampu membantu masyarakat memecahkan permasalahan tersebut, tentu setiap masalah yang dihadapi solusinya hanya bias didapatkan jika dilakukan observasi atau penelitian dengan metode serta cara tersendiri sehingga mendapatkan solusi.
Disisi lain mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan serta kemampuannya sendiri, selain berkutat dibidang akademis, berorganisasi dapat mulai melatih kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama dan saling menghargai dengan mahasiswa lain. Apabila sudah terlibat penuh dalam organisasi, mahasiswa secara lebih jauh dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa untuk melakuka pengembangan diri dan bisa mengantarkannya menjadi mahasiswa yang yang memiliki kemampuan double track yakni track akademik dan track kepemimpinan.
Masalahnya adalah situasi mahasiswa sekarang ini sedikit bergeser dalam menempatkan diri serta dalam bergerak, demikian juga mentalitasnya sehingga tantangan saat ini dan tantangan untuk yang akan datang baik bagi mahahasiswa itu sendiri khususnya, daerah dan bangsa ini pada umumnya. Dari akademik tantangannya adalah ketika sumber daya tidak dapat bersaing maka, mestinya mereka yang diharapkan bias diandalnya ternyata hanya bisa berdiam besar kemungkinan bisa menjadi penonton dinegeri sendiri, ini suatu contoh yang sederhana mugkin, namun dampaknya sangat nyata.
Dari bentang sejarah yang panjang mengenai pergerakan mahasiswa tentu setiap generasi menghadapi situasi serta tantangan masa depan yang berbeda-beda. Tantangan tersebut merupakan peluang bagi setiap manusia untuk menghadapinya. Sama halnya dengan mahasiswa, setiap generasi menghadapi tantangan yang berbeda-beda pula. Sejak sebelum kemerdekaan hingga reformasi tantangannya sangat bervariasi. Namun satu hal khusus yang ada pada setiap generasi mahasiswa adalah konsistensi untuk selalu memiliki sikap. Adapun sikap-sikap tersebut diantaranya sikap idealis dimana mahasiswa adalah kelompok intelek yang mengetahui salah dan benar sehingga selalu berusaha untuk memperjuangkan kebenaran bagi masyarakatnya, mereka harus mampu menempatkan diri dalam garda depan adalah salah satu hal yang selama ini dilakukan oleh pemuda (mahasiswa), mereka berjuang dalam segala sisi, baik itu sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Dalam hal politik minsalnya, pemuda akan menjadi garda terdepan dalan menyuarakan gerakan politik santun, penjaga moral dan etika politik dalam setiap proses demokrasi sehingga terhindar dari praktik politik kotor, menghalalkan segala cara dan menggunakan kekerasan atau premanisme politik, tidak terjebak dalam pragmatisme politik, menghormati hak dan kewajiban orang lain serta menghargai perbedaan di masyarakat. Lebih salutnya lagi hal-hal ini lah yang menjadi keteladan mereka dalam bertindak.
Sikap Kritis yang selalu resah untuk mempertanyakan ketidakadilan yang terjadi di masyarakatnya, pada dasarnya, sikap kritis dimunculkan karena ada suatu penyimpangan. dan layaknya sebuah masalah, pastilah ada solusi. kritis itu solutif, jadi jangan hanya melemparkan argumen tanpa solusi yang konkrit. sikap kritis bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk membangun.
Sikap visioner, sebagai Mahasiswadan kelompok intelek mahasiswa harus bergerak berdasarkan pemikiran yang matang dan menjangkau masa depan yang jauh ke depan, namun ketika visi tidak ada aksi maka itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Dan terakhir sikap Peduli Rakyat Kecil mahasiswa yang hatinya selalu bersama rakyat. Ketidakadilan pada rakyat akan menggerakkan mahasiswa untuk meluruskan ketidakadilan tersebut.
Pertanyaan sekarang adalah apakah potret mahasiswa masa kini merupakan cermin indonesia masa depan. keberadaan, kemampuan, dan peran pemuda sangat menentukan masa depan daerah dan bangsa ?, apakah potret mahasiswa masa kini akan mencerminkan wajah cemerlang Indonesia masa depan?, biar waktu yang menjawab.[]
*Mahasiswa Gayo, Ilmu Adm Negara Universitas Malikussaleh, Kader HMI Lhokseumawe






