Oleh : Linasari Binti Zakaria*

ALERGI dengan remaja yang ada di masjid?, itulah yang mungkin membuat kebanyakan remaja di Aceh Tengah, khususnya, malah lebih suka nongkrong mengisi waktu luang di pinggiran danau Lut Tawar, atau di café-café dan tempat-tempat nongkrong lainnya. Dengan orang-orang yang tentu saja, sebagian besar melakukan hal-hal yang tidak membangun kearah yang lebih baik dan tidak menjadi remaja yang berguna untuk bangsa dan agamanya.
Remaja yang “alergi atau anti” dengan masjid ini, cenderung melakukan kesenangan yang menuruti nafsu mereka, sehingga remaja sebagai “agen of change” atau sebagai pengganti di masa depan ini malah dapat di katakan hanya ada di “alam mimpi”.
Tidak bermaksud buruk sangka, namun kata “sok alim!” itulah kata-kata yang mungkin terlontar dari orang yang sebenarnya dalam hatinya juga tidak suka dengan kebathilan atau keburukan. Akan tetapi mereka tidak mendengarkan jeritan hati mereka yang sangat menolak perbuatan buruk mereka. Karena fitrahnya manusia itu adalah berbuat baik dan menerima kebaikan. Beberapa orang menyalahkan “ini karena godaan setan!” padahal syaitan saja mengadu pada Allah “Ya Allah……….. sekarang apa lagi yang harus kami lakukan?, sebelum kami mengoda manusia, mereka sudah lebih dahulu melakukan perbuatan keji itu”.
Syaitan memang sudah melakukan pekerjaanya itu selama beribu-ribu tahun yang lalu, sejak Adam diturunkan ke bumi, tentu saja mereka sudah memiliki trik-trik yang jitu untuk menggoda manusia. Akan tetapi, sebagai manusia yang sudah di beri petunjuk oleh Allah tentu kita juga bisa menjadi sosok yang di jauhi oleh setan. Seperti sahabat Rasul Umar bin khatab yang ditakuti oleh setan, mendengar langkah kakinya saja setan sudah lari terbirit-birit.
Remaja Masjid Agung Ruhama’ (RMJ MAR) Takengon, Aceh Tengah yang sudah berdiri sejak 10 tahun sebelum peresmian Masjid Agung Ruhama’ ini sudah banyak melahirkan remaja-remaja yang saat ini sudah menjadi salah satu orang yang dapat menjadi teladan di Aceh Tengah, bahkan sampai keluar Aceh.
Alangkah meruginya sebenarnya, mereka-mereka yang “anti” dengan masjid ini, karena ternyata sebagian besar mereka belum mengerti tentang, apa, siapa, dan bagaimana sebenarnya remaja-remaja yang ada di masjid ini.
Rujak party (pesta rujak), out bond, (BarKan) bakar ikan, Rihlah (jalan-jalan), NoBar (nonton bareng) dan sebagainya, yang tentunya masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan oleh remaja masjid raya ini, yang juga dilakukan oleh remaja-remaja yang tidak berada dalam lingkungan masjid. Dan di sinilah perbedaanya, remaja yang ada di masjid tentu masih dalam linkup yang terjaga pergaulannya, karena seiring diingatkan oleh teman-teman yang juga takut tidak bisa mempertanggungjawabkan atas nikmat yang salah mereka gunakan. Dan remaja yang berada di luar lingkup masjid, mereka cenderung lupa akan setiap perbuatan mereka, karena tidak ada yang mengingatkan perbuatan salah mereka.
Namun, bukan berarti remaja masjid ini adalah orang sempurna, suci, tanpa dosa, dan tidak melakukan kesalahan dan tidak boleh melakukan kekhilafan. Itu tidak mungkin, karena manusia adalah tempat salah dan khilaf, manusia bukan malaikat, akan tetapi manusia bisa lebih mulia dari malaikat apabila dapat menggunakan akalnya dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk Rabbinya, Al-Qur’an dan Hadits. Remaja yang ada di masjid adalah orang-orang yang ingin memperbaiki diri dan membuat diri mereka berharga di hadapan Rabbinya.[Kh]
*Pengurus Remaja Masjid Agung Ruhama’ Takengon