Selamatkan Lingkungan Dataran Tinggi Gayo!

oleh

Catatan : Diana Syahputri*

Diana1“Jangan ambil selain gambar, jangan tinggalkan selain jejak.” Kalimat sakti diatas kerap digunakan oleh para traveler ketika mengunjungi tempat-tempat menarik diberbagai daerah. Makna yang terdapat dalam kalimat tersebut juga bukanlah suatu hal yang main-main, lho.

Cukup ambil foto saja dan jangan ambil selain daripada itu, baik tumbuhan atau barang-barang yang terdapat ditempat tersebut, kemudian cukup tinggalkan jejak, jejak yang dimaksud adalah jejak telapak kaki dan bukanlah jejak sebagai bentuk penanda kedatangan seorang traveler ketempat tersebut. Uniknya, siapapun yang menggunakan kalimat tersebut dalam catatan foto-fotonya ketika melancong kesuatu tempat, traveler tersebut dinobatkan otomatis oleh peselancar dunia maya sebagai agen-agen yang peka terhadap lingkungan.

Namun agaknya saat ini kalimat sakti tersebut sedang mengalami masa mati suri atau telah ‘meh tuah’. Bukan karena kesaktian kalimat ini menurun namun dikarenakan meningkatnya perasaan masa bodoh terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini karena kita termasuk orang-orang yang belum keluar dari urutan generasi ketujuh dari para leluhur yang punya sifat melestarikan “kegemaran”, contohnya seperti hobi menjelajah tapi masih gemar meninggalkan sampah dilokasi penjelajahan. Penjelajah atau tukang nyampah?.

Tidak cukup sampai disitu saja, banyak tempat yang langsung terlihat jauh perbedaannya, mirisnya perbedaan ini bukan kearah yang lebih baik namun justru lebih buruk. hal ini dikarenakan banyaknya pengunjung masa bodoh yang datang namun sedikit sekali pengawasan yang dilakukan oleh pengelola lokasi wisata bahkan ada lokasi wisata yang tidak diawasi sama sekali. Hal ini mengakibatkan dalam hitungan bulan saja tempat wisata yang awalnya menarik berubah menjadi mengerikan, karena sudah kotor, rusak dan tidak lagi sedap dipandang mata.

Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)

Di dataran tinggi Gayo khususnya kabupaten Aceh Tengah, tidak sedikit tempat yang sudah diubah menjadi lokasi wisata terbuka untuk umum namun saat ini sudah tidak menarik untuk dikunjungi, seperti misalnya lokasi wisata Patan Terong, gunung Gayo High Land dan tugu Rimba Raya dikabupaten Bener Meriah. Banyak bagian dari properti bangunan yang sudah rusak serta tidak lagi terawat, seperti rusaknya pagar-pagar pembatas jarak aman pengunjung, coretan-coretan disegala tempat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab menggunakan cat kaleng semprot, serta hiasan sampah yang berserakan dimana-mana.

Kebanyakan sampah-sampah ini berupa kertas berisi tulisan-tulisan “salam sayang dari Gayo” yang ditujukan untuk seseorang dan kemudian diekspos ke media jejaring sosial. Entah siapa yang memulai tradisi ini, namun saat ini Sembilan puluh Sembilan persen menggunakan gaya kertas berisikan tulisan sebagai bukti ‘kekiniannya’. Mirisnya lagi setelah pengambilan gambar, kertas-kertas ini dibuang sembarangan dan mengakibatkan kotornya lingkungan tersebut.

Malu, cukup satu kata itu saja yang mewakili semua perasaan. Apalagi ketika saya pribadi menjadi tour guide beberapa waktu lalu bagi wisatawan luar daerah yang datang ke Takengon, tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan nada kecewa “Ini tempatnya? Dimana indahnya? Kok media sosial heboh banget, kenyataannya malah nggak sesuai”. Nada-nada kecewa ini tidak hanya terjadi didunia nyata saja, bahkan didunia maya juga banyak terdapat komentar tidak setuju dengan kemegahan pengekspor wisata di Gayo dimedia jejaring sosial. Rata-rata mereka yang berkomentar merupakan orang-orang yang sudah pernah mengunjungi tanoh Gayo langsung.

Sampah Danau Lut TawarLokasi wisata strategis merupakan suatu aset penting yang dapat menjadi pemasukan bagi suatu daerah terlebih lagi jika kelestarian lokasi wisata tersebut dijaga dan diperhatikan oleh semua pihak baik pengelola maupun pengunjung. Tidak ada salahnya jika disetiap tempat wisata disediakan tempat sampah yang tersebar dibeberapa titik, bahkan jika perlu beri himbauan yang disertai ancaman denda jika ada pengunjung yang ketahuan nyampah, sehingga selain memudahkan pengunjung dalam membuang sampah, solusi ini juga bertujuan untuk mendidik pengunjung dalam menanamkan sikap disiplin terhadap diri sendiri. Karena budaya orang-orang kita, harus diancam dulu baru mau menaati peraturan.

Selain itu pihak pengelola wisata diharapkan bisa mengawasi lokasi wisata secara estapet, berganti-gantian dalam mengawasi para pengunjung. Pengawasan secara estapet ini selain bertujuan untuk menjaga kebersihan, kenyamanan serta segala sesuatu demi semakin apik nya lokasi wisata tersebut juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai bukti bergeraknya kinerja pengelola tempat wisata dalam segala bidang demi menjaga. Jadi pengelola lokasi wisata benar-benar berkerja, bukan hanya sekedar duduk ongkang-ongkang kaki minta biaya tiket masuk dan uang parkir tok!.

Tidak cukup sampai disitu, tentu pemerintah dibidang ini juga tidak bisa bersikap seolah amnesia setelah memberikan pengarahan kepada para pengelola lokasi wisata. Tentu mereka juga butuh bimbingan serta pengawasan secara terus menerus demi kinerja dan hasil yang lebih baik seperti yang diharapkan bersama. Selamatkan lingkungan dataran tinggi Gayo. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.