(Pemilukada) Semoga Tidak Ada Janji Sambalado

oleh
Husaini Muzakir Algayoni

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Husaini Muzakir Algayoni
Husaini Muzakir Algayoni

“Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil dan Tri Rismaharani telah membuktikan menjadi sosok pemimpin yang suka bekerja, bekerja dan bekerja. Semoga lahir pemimpin baru di dataran tanah tinggi Gayo yang suka bekerja, bekerja dan bekerja untuk rakyat”

Sebuah ungkapan lagu dari Ayu Ting-Ting yang berjudul “Janjimu Sambalado”. Sebuah ungkapan yang mungkin cocok disematkan kepada para calon pimpinan kepala daerah di provinsi Aceh tercinta ini yang akan bertarung dalam menghadapai Pemilukada 2017 baik ditingkat kota/kabupaten ataupun provinsi, karena para calon kepala daerah akan memberikan janji-janji yang membuat siapa saja mendengarnya bak jatuh cinta saat pandangan pertama, janji yang dapat menyentuh hati masyarakat ketika mendengar janji itu.

Pemilukada 2017 masih lama dalam kacamata masyarakat awam namun dalam dunia politik apa yang dikatakan oleh Thomas Jefferson “para politikus selalu menunggu dan memikirkan kapan waktu pemilihan akan datang.” Kini tiba saatnya para politisi bermain janji dalam pertarungan untuk memperebutkan kursi empuk di kantor gubernur maupun di kantor tingkat kabupaten/walikota. Mereka mempersiapkan janji-janji manis namun janji seperti apa yang akan ditawarkan ?, atau apakah janji seperti lagu Ayu ting-ting berikut ini:

“Janjimu seperti sambalado, enaknya cuma di lidah saja, di dalam lidahmu itu, mengandung bara api yang membakar hati, di dalam lidahmu itu mengandung racun tikus yang mematikannya, di saat ada maunya, lagi ada maunya, baik-baik saja, setelah hilang rasanya, hilang pula cintanya dan melupakannya.”

Sebentar lagi baliho-baliho di pinggir jalan mulai berserakan serta iklan melalui koran maupun media online terus menggeliat dengan nada-nada menuju perubahan, melanjutkan perjuangan, pilihan rakyat, berkorban untuk rakyat, mensejahterakan rakyat dan masih banyak lagi dengan nada-nada aduhai membuat kita terkesima dengan janji-janji para calon pemimpin tersebut. Namun manusia dengan gampangnya memberikan janji dan begitu mudahnya melupakan janji yang pernah mereka ucapkan saat kampanye, sebegitukah teganya sampai melupakan janjinya ketika sudah berada dalam kekuasaan.

Mengejar Jabatan

Mengejar suatu jabatan terkadang dengan jalan apapun bisa dilakukan, salah satunya dengan janji manis dengan berbagai macam janji-janji dilontarkan kepada rakyat. Jika niat itu hanyalah untuk mengejar jabatan maka janji itu dilupakan dan rakyat kembali menjadi korban. Penulis mengutip perkataan KH. Imam Zarkasyi (Perintis Pondok Modern Gontor Ponorogo), beliau mengatakan bahwa “banyak orang berkhianat kepada kawan dan masyarakat karena mengejar sesuatu.” Jika niat kita dalam berkarya hanya sekedar untuk mendapatkan uang maka kita akan lupa dengan semua etika dan aturan. Jika demi mengejar kebutuhan, maka keserakahan akan mudah menguasai kita sehingga kita dengan mudah mengkhianati teman atau membohongi masyarakat. Petuah orang jawa berpesan, “Melik nggendong lali” artinya: keinginan yang kuat (iri) akan selalu membuat orang lupa diri.

Hal yang pertama ditekankan adalah masalah niat, jika hanya ingin mengejar harta dan tahta maka janji itu akan dilupakan dan telah berkhianat kepada rakyat dan jika niat itu tulus dalam hati sanubari untuk memperjuangkan nasib rakyat agar lebih sejahtera maka selamatlah.

Menata Niat dalam Berjanji

Telah disebutkan di atas tadi bahwa kalau calon kepala daerah niatnya hanya mengejar jabatan maka janji-janji manis yang pernah ia ucapkan dulu maka ia akan melupakannya dengan seketika, jika ia berjanji kepada rakyat dengan niat yang tulus untuk merubah daerahnya menjadi lebih baik sehingga bernilai ibadah di sisi Allah swt. Para calon kepala daerah dan para politisi yang merupakan unsur pendukungnya sepertinya tidak usah lagi mempermainkan janji yang diberikan kepada rakyat karena dengan janji itu bisa meruntuhkan kehormatan seseorang jika mendustakan janjinya dan segala ucapannya tidak lagi didengar dan dipercaya. Oleh karena itu perlunya berpikir sebelum mengutarakan janji-janji manis dalam kampanye nanti, dikatakan oleh sebagian orang bijak ‘Orang yang takut jatuh dalam dusta tidak akan banyak mengobral janji.’ Dan yang lain mengatakan: “Dua perkara yang tidak akan lepas dari dusta; mudah mengobral janji dan banyak mencari alasan.’ (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, Ibnu Muflih).

Setiap lima tahun sekali, rakyat rmemilih pemimpinya yang mengharapkan bisa membawa rakyat maupun daerahnya kepada ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat pun melihat misi dan visi dari bakal calon pemimpin saat kampanye. Sebagai masyarakat agar nantinya misi dan visi yang telah di berikan kepada rakyat oleh balon pemimpin yang terpilih semoga bukan hanya sekedar janji pedas alias sambalado supaya terpilih namun rakyat mengharapkan kepada pemimpin baru membawa keadilan, perubahan yang nyata dan kedamaian antar masyarakat dan melaksanakan segala janji-janji yang telah di umbar kepada rakyat saat kampanye.

*The Student of Theology and Fhilosophy

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.