Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Kemajuan teknologi sekarang ini terasa lebih cepat dari kedipan mata, betapa tidak belum selesai satu informasi tentang kemajuan teknologi diketahui telah muncul informasi yang lain dan terus muncul tanpa hentinya. Demikian juga dengan pasilitas teknologi yang sebenarnya bertujuan untuk mempermudah manusia dalam melaksanakan aktifitasnya, teknologi juga melengkapi kebutuhan hidup manusia dalam wujud kebutuhan primer, sekunder dan tertier. Kebutuhan primer yang dimaksudkan adalah kebutuhan terhadap teknologi yang melekat kepada kebutuhan primer seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal, sedangkan kebutuhan skunder adalah kebutuhan terhadap teknologi itu sendiri dan kebutuhan lain yang melekat pada teknologi tersebut.
Sudah menjadi janji dari teknologi, kalau dengan adanya maka kehidupan menjadi mudah dan lebih cepat sehingga tidak lagi ada kata jauh yang banyak menghabiskan waktu untuk menempuhnya, seperti pengalaman orang yang dulunya harus menempuh empat hari perjalanan dari Aceh ke Jakarta atau sebaliknya kini menjadi kurang dari tiga jam, juga bagi para petani yang dahulu memakan waktu seminggu untuk membersikan kebunya kini cukup memakan waktu satu hari atau paling lama dua hari. Sangat banyak waktu yang tersisa dalam perbandingan perjalanan dan perbuatan yang dilakukan pada masa yang tidak terjamah oleh majunya teknologi dengan masa yang telah dijamah oleh teknologi yang lebih maju. Lebih tidak bisa kita bayangkan lagi bagaimana keadaan masyarakat ketika belum dijamah oleh teknologi yang maju (masyarakat tradisional), yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Mereka hanya menggunakan apa yang ada disekitar mereka, komunikasi diantara mereka hanya berjalan disekitar mereka yang saling mengenal, pengalaman hidup masing-masing mereka tidak ada yang tidak yang tidak tau, karena mereka hidup berdekatan ditempat dan waktu yang sama.
Perkembangan teknologi yang sangat dahsyat dan cepat sudah merasuk ke semua tempat tanpa kecuali di tempat terbuka atau tempat tertutup, dunia nyata atau dunia khayal. Kontrol terhadap kemajuan teknologi di tempat terbuka dan di dunia nyata sangat mudah dilakukan karena kita tau dimana dan kapan seseorang memanfaatkan teknologi apakah untuk hal-hal yang baik atau hak-hal yang tidak baik. Namun sangat sulit untuk mengontrol pemanfaatan teknologi di tempat-tempat tertutup dan dalam dunia khayal, karena hal ini sangat abstrak. Dalam hal yang abstrak bila mempengaruhi pimikiran orang mempunyai dua efek. Pertama pengaruh positif, pengaruh ini dapat membuat orang memiliki inovasi yang luar biasa dan berguna untuk masa depan semua orang. Kedua sebaliknya, dapan menjadikan orang yang menggunakannya menjadi orang jahat yang merugikan dirinya dan orang lain.
Memperhatikan realita kehidupan masyarakat sekarang dalam kaitannya dengan pemanfaatan teknologi yang positif dan negative sebagaimana disebutkan, kita menduga mereka yang memanfaatkan teknologi secara positif sangat banyak, sehingga terlihat secara nyata arah kemajuan sekarang ini dapat berjalan secara cepat dan memberi manfaat kepada semua orang. Tetapi tidak sedikit adanya pemanfaatan secara negative yang berakibat buruk kepada kehidupan masyarakat era sekarang ini, utamanya generasi muda. Dikalangan generasi muda saat ini hampir tidak ada lagi pemisahan waktu, malam ke siang atau selanjutnya siang ke malam bahkan tidak ada lagi batasan dan jumlah jam dalam kehidupan mereka.
Ketika mereka memegang alat atau karya teknologi mereka lupa segalanya, mereka seolah hidup bukan di alam nyata karena mereka hidup dalam alam imajinasi yang idak mengenal adanya pergantian waktu, mereka tidak mengenal kata kalah, karena mereka yang kalah bisa bangkit kembali dengan kekuatan dan strategi yang baru dan selalu ingin mengalahkan orang lain. Pertandingan seperti ini berjalan terus dengan tidak ada batasan waktu.
Tidak ada orang yang bisa mengingatkan mereka yang sudah masuk kedalam dunia imajinasi tersebut, kalaupun kita berusaha mengajaknya keluar, mereka tetap merasa dirinya ada dalam dunia khayal tersebut. Sampai-sampai banyak diantara mereka yang selalu bermain dengan permainan teknologi tersebut, menjadikan dunia nyata sebagai dunia igauan pada hal sebenarnya duania permainan yang dianggap sebagai dunia nyata itulah dunia igauan.
Sampai kapan mereka yang terbiasa (kecanduan) dengan permainan ini akan terbangun dari igauannya, tentu kita bisa menjawabnya dengan sepanjang kita yang tidak hidup dalam igauan tersebut menyadarkan mereka kalau kehidupan igauan tersebut tidak bermanfaat dan merugikan diri mereka. Diantara upaya yang harus dilakukan adalah menyadarkan kembali kepada mereka bahwa dalam alam nyata ini ada batasan waktu yang harus diketahui dan dipatuhi.
Agama membuat batasan dengan tanda-tanda alam, seperti terbitnya fajar yang diikuti oleh terbitnya matahari, meninggi dan condongnya mata hari ke Barat yang dibuat tanda oleh manusia dengan panjangnya banyangan setengah dari panjangnya galah, dan kecondongan dengan panjangnya bayangan sama dengan panjangnya galah, selanjutnya terbenamnya matahari sampai dengan hilangnya tanda mereh dan kemudian masuk waktu baru yang disebut dengan malam.
Batasan dan perubahan waktu tersebut tidak hanya dipadai dengan berlalunya waktu, tetapi harus disikapi dengan adanya ritual keagamaan dan dijadikan sebagai rutunitas ibadah yang dalam agama Islam disebut dengan waktu beribadah shalat. Demikian juga dengan perubahan hari untuk setiap minggunya ditetapkan hari beribadah yaitu pada hari jum’at dan untuk tahunan juga ditandai dengan ibadah tahunan untuk setiap umat muslim.
Banyak karya teknologi sebagaimana disebutkan telah menghilangkan batasa waktu dan bahkan menghilangkan batasa etika dan moral. Sehingga tidak ada lagi batasan siapa yang harus mengormati dan siapa yang harus dihormati dan kapan harus bekerja dan kapan juga harus istirahat. Ini semua hamper tidak ada lagi, karena batasan-batasa tersebut kini mulai roboh.
*Pemerhati Masalah Sosial