Oleh : Muhammad Syukri*
Setelah 28 tahun meninggalkan Dataran Tinggi Gayo, hari ini, Rabu [2 Maret 2016], Jokowi kembali mengunjungi “kampung keduanya.” Sekitar pukul 10.00 WIB, pesawat yang ditumpangi Jokowi mendarat di Bandara Rembele Kabupaten Bener Meriah, bandara yang terletak sekitar 1 Km dari tempat tinggalnya dahulu. Joko Widodo [sahabatnya memanggil lelaki ini dengan Pak Joko] memang pernah tercatat sebagai karyawan PT Kertas Kraft Aceh [PT KKA], terhitung sejak tahun 1986-1988 dengan jabatan Kepala Divisi Konstruksi Perumahan.
Kehadiran Jokowi ke Dataran Tinggi Gayo bukan kunjungan mantan karyawan PT KKA, tetapi dalam kapasitasnya sebagai Presiden Republik Indonesia. Makanya pengamanan sangat ketat dan berlapis. Dia hadir ke daerah penghasil kopi Gayo itu didampingi oleh sejumlah menteri dan pejabat penting lainnya.
Sebenarnya, agenda Presiden Jokowi untuk meresmikan Bandara Rembele, yang terletak dikaki gunung Burni Telong, Kabupaten Bener Meriah. Oleh karena itu, para undangan menyemut ke komplek Bandara Rembele yang terletak sekitar 3 KM arah Barat kota Simpang Tiga Redelong [ibukota Kabupaten Bener Meriah].
Banyak orang yang tidak tahu, sesungguhnya ada satu agenda lagi yang dihadiri oleh Presiden Jokowi selama kunjungan kerjanya ke Dataran Tinggi Gayo. Acara itu adalah temu kangen dengan para sahabatnya semasa bekerja pada PT KKA. Saya memilih untuk hadir ke lokasi acara kedua ini, di Restoran Puteri [sekitar 1 Km ke arah Barat Bandara Rembele].
Disana, saya melihat eks karyawan PT KKA yang duduk dibawah tenda putih, disisi kiri Restoran Puteri. Jumlahnya lumayan banyak, lebih dari 50 orang. Di dada mereka tersandang tanda pengenal merah putih yang dicap resmi oleh tim pengamanan, bertuliskan Sahabat. Dibawah tenda putih sederhana, sahabat Jokowi duduk diatas kursi plastik berwarna biru. Suasananya seperti pada acara mantenan biasa, tidak ada yang istimewa.
Hanya beberapa petugas Paspampres berjaga-jaga disana, serta sejumlah aparat keamanan. Sebab, sesaat lagi restoran itu akan menjadi tempat makan siang orang nomor satu di Indonesia beserta seluruh anggota rombongannya. Kehadiran Presiden Jokowi ke bekas lokasi Vila Merah [eks mess karyawan PT KKA] itu tidak terlepas dari sebuah buku yang ditulis oleh Kompasianer Khalisuddin yang juga sebagai Pemimpin Redaksi LintasGayo,co dan jurnalis Murizal Hamzah. Buku itu berjudul “Jejak Jokowi di Gayo.” Isinya tentang gaya hidup Jokowi muda yang sederhana.
Ulasan dan hasil wawancara dengan sahabat Jokowi semasa bekerja di PT KKA, jelas menggambarkan tentang kesederhanaan, kesopanan dan kelurusan seorang Jokowi muda selama bergaul dengan sahabat-sahabatnya. Kamaruddin AR [54], Jokowi sering memanggil anak buahnya itu dengan Ahmad Albar karena berambut kribo dan berhidung mancung, banyak menjelaskan kiprah Jokowi selama berada di Dataran Tinggi Gayo. Salah satunya tentang cara Jokowi memerintah bawahannya.
Dalam halaman 59 buku Jejak Jokowi Di Gayo, Kamaruddin menuturkan: pembawaannya lemah lembut, kita senang. “Mas atau Pak, tolong kerjakan ini ya,” begitu cara dia memerintah. Hal paling menarik, ternyata Jokowi pernah menjadi Tim Manajer Kesebelasan sepak bola PT KKA. Baharuddin [64], karyawan PT KKA pada halaman 147 buku Jejak Jokowi di Gayo menceritakan: “Pak Joko manajer tim bola kaki. Mengatur pemain serta meminta kami bermain bola secara sportif.
Kadangkala Pak Joko ikut bermain dalam turnaman, membawa kami main sepak bola ke Lhokseumawe, dan pernah jadi juara.” Lantas, benarkah kehadiran Presiden Jokowi ke restoran sederhana itu terkait dengan buku yang ditulis oleh Khalisuddin dan Murizal Hamzah? Sekitar pukul 11.45 WIB, rombongan Presiden Jokowi meluncur dari Bandara Rembele menuju ke Restoran Puteri yang terletak disisi kiri Jalan Simpang Tiga-Pante Raya.
Sayangnya, karena keterbatasan tempat, dari 50 orang lebih sahabat Jokowi yang hadir ke sana, hanya 27 orang diperkenankan masuk dan makan bersama Presiden Jokowi, salah satunya adalah Khalisuddin. Didalam restoran itu, Khalisuddin duduk selang dua orang disebelah kanan Presiden Jokowi. Sebagai rakyat biasa, dia sangat gugup karena berhadapan dengan presiden, rombongan para menteri, Gubernur Aceh dan Bupati Bener Meriah serta tokoh-tokoh penting lainnya. Dia nyaris tak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Beruntung, Pak Syueb Abu Hanifah [sejawat Jokowi di PT KKA] membuka pembicaraan. Dia memperkenalkan Khalisuddin sebagai penulis buku Jejak Jokowi di Gayo. Lalu apa respon Jokowi? “Buku Pak Khalis sudah saya baca kemarin,” jelas Presiden Jokowi sambil memandangi Khalisuddin disebelah kananya. “Mohon kata pengantar buku itu ditandatangani oleh bapak,” pinta Pak Syueb Abu Hanifah. “Iya…iya….,” jawab Presiden Jokowi.

Bagi Khalisuddin, pernyataan Presiden Jokowi itu merupakan soft launching untuk buku yang ditulisnya bersama Murizal Hamzah. Menurutnya, buku yang sekarang masih sebatas sampel, hanya dicetak 10 eksemplar.
Nanti, setelah ada kata pengantar dari Presiden Jokowi, barulah buku berjudul Jejak Jokowi di Gayo akan dipublikasikan dan didistribusikan secara luas kepada publik.
“Semoga pembaca tidak penasaran dengan kisah-kisah unik yang tertuang dalam buku itu,” kelakar pimpinan redaksi media online LintasGayo.co itu.
Sementara menunggu kata pengantar dari Presiden Jokowi, Khalisuddin dan Murizal Hamzah akan melengkapi buku itu dengan data yang lebih akurat dan hasil wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber lainnya. Buku itu harus akurat, kelak, kisah-kisah yang tersaji dalam buku itu akan menjadi mozaik sejarah bagi perjalanan hidup seorang Presiden Republik Indonesia.
“Setelah soft launching siang tadi, sudah banyak sahabat Pak Jokowi yang pernah bekerja di PT KKA menyatakan bersedia diwawancarai,” ungkap lelaki berkepala plontos tersebut dengan penuh semangat.
(Sumber : Kompasiana)