Dentophobia Meningkat Pertanda Derajat Kesehatan Gigi Menurun

oleh

 Oleh : drg. Leny Sang Surya*

Leni-SuryaAMERICAN Psychiatric Assosiation pada tahun 1994, melalui (DSM-IV) Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders menjelaskan bahwa dentophobia atau dentist phobia merupakan salah satu fobia yang spesifik dimana rasa takut itu spesifik berhubungan dengan obyek atau situasi tertentu.

Rasanya tidak ada orang yang menikmati kunjungan ke dokter gigi.Menurut dr. Michael Krochak dalam floss.com, dentophobiamerupakan masalah yang serius karena menghambat seseorang untuk datang dan memeriksakan gigi secara teratur ke dokter gigi. Di AS sendiri, hampir 50% penduduknya tidak memeriksakan gigi dengan teratur. Diperkirakan sekitar 9-15% merasa takut dan cemas karena pernah mengalami hal yang buruk sebelumnya. Dalam hitungan angka, berarti sekitar  30-40 juta orang takut dengan perawatan gigi dan benar-benar menghindarinya.

Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan komplikasi yang serius. Selain masalah infeksi gusi dan gigi kronis, kemampuan untuk mengunyah dan mencerna makanan juga akan berkurang secara otomatis. Tanpa gusi dan gigi yang sehat, untuk berbicara pun akan menjadi lebih sulit. Tidak hanya sampai disana, gangguan tersebut juga akan membuat kadar percaya diri sesorang akan menurun dan mulai berpengaruh pada lingkungansosial dan karir. Ini sepatutnya menjadi bahan pertimbangan.

Praktek klinis dibidang kedokteran gigi memiliki kemajuan yang besar dalam mengembangkan teknik, teknologi dan bahan, serta prosedur pengendalian infeksi. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut juga meningkat. Meskipun demikian, kecemasan yang berhubungan dengan perawatan gigi masih menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak penduduk dunia, dan merupakan tantangan yang besar dalam memberikan perawatan. Beberapa individu menghindari dokter gigi disebabkan rasa takut yang berlebihan meski membutuhkan pengobatan. Oleh sebab itu menjadikan masalah kesehatan gigi dan mulut tidak berkurang dari tahun ketahun.

(Riskesdas) Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 secara statisik menjelaskan bahwa prevalensi masyarakat Indonesia yang mengalami permasalahan gigi dan mulut mencapai 25,9 %, ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 dengan prevalensi 23,2 %. kenapa hal ini bisa terjadi, perlu kita melihat kebelakang dan mencoba menguraikan menjadi pohon masalah. Banyak faktor yang berperan dari permasalahan ini, diantaranya adalah pengetahuan, sikap dan perilaku serta tidak ketinggalan adalah faktor psikis salah satunya adalah fobia.

Kecemasan atau anxiety, ketakutan atau fear, dan fobia atau phobia merupakan kata-kata yang sering digunakan secara umum. Kecemasan adalah reaksi terhadap sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya seperti rasa nyeri. Takut adalah reaksi tehadap sesuatu yang diketahui atau dianggap sebagai ancaman atau bahaya, sedangkan fobia adalah rasa takut persisten dan intens terhadap rangsangan tertentu sehingga menghindari sesuatu yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang berbahaya.

Dentophobia, asal kata adalahdento dan phobia. Dento yaitu dental yang artinya adalah gigi sedangkan phobia seperti yang kita ketahui artinya adalah takut. Jika disimpulkan dentophobia adalah ketakutan terhadap dokter gigi. Ketakutan yang dimaksud bukanlah kepada dokter giginya secara personal karena dalam hal ini dokter gigi bisa dianggap hanyalah sebagai operator saja, sama dengan operator-operator dalam bidang pekerjaan ataupunkeilmuan lainnya. ketakutan yang dimaksud melainkan ketakutan pada atribut yang berada disekeliling sang dokter tersebut, antara lain alat dan bahan yang berada di ruang praktek.

Ketakutan yang berlebihan pada alat yang tajam seperti sonde, jarum suntik, ekskavator, bor gigi, bahkan ketakutan yang paling mendasar adalah ketika melihat kursi gigi yang bisa bergerak naik-turun, maju-mundur dengan sendirinya. padahal itu semua bisa bergerak karena operatorlah yang menggerakkannya dengan bantuan tombol penggerak. Sedangkan bahan yang sering ditakutkan adalah alkohol, aromanya yang menyengat membuat pasien serasa berada didalam ruang operasi sehingga rasa takut pada pasien semakin meningkat.

Takut yang berlebihan itulah yang bisa membuat orang tidak mau berobat ke dokter walaupun dirinya sakit.Mereka terkadang menyadari bahwa tidak ada bahaya nyata, tapi tetap saja rasa takut itu tidak bisa dikontrol.Bagi kita yang tidak mengalami phobia semacam ini, mungkin akan terlihat seperti berlebihan, seakan mengada-ngada, akan tetapi inilah faktanya dilapangan.Dentophobia atau disebut jugadengan Odontophobia, merupakan kepanikan tingkat tinggi ketika harus mengunjungi dokter gigi, ini umumnya disebabkan karena pengalaman di masa lalu yang kurang menyenangkan dengan dokter gigi. Orang dengan Dentophobia yang parah bisa merasa pusing bahkan muntah-muntah ketika diajak untuk mengunjungi dokter gigi.

Kecemasan dental atau dentophobiamenduduki peringkat kelima diantara beberapa situasi menakutkan secara umum. Studi yang dilakukan di Belanda, dilaporkan bahwa hanya l4% penduduk Belanda yang tidak mengalami ketakutan atau kecemasan ketika mengunjungi dokter gigi. Kecemasan dental adalah fenomena yang kompleks, multidimensi, dan tidak ada satu variabel tunggal yang menjadi penyebab utama. Di dalam kepustakaan, sejumlah faktor yang secara konsisten dikaitkan dengan kecemasan dental, antara lain adalah karakteristik pribadi, rasa takut terhadap rasa sakit, pengalaman masa lalu yang traumatis terhadap perawatan gigi, terutama pada masa anak-anak, pengalaman anggota keluarga atau teman yang memberikan pengaruh rasa takut, dan rasa takut terhadap darah dan cidera.

Rasa takut merupakan reaksi manusiawi yang secara biologis merupakan mekanisme perlindungan bagi seseorang pada saat menghadapi bahaya. Ketakutan adalah emosi yang muncul pada saat seseorang menghadapi suatu ancaman yang membahayakan hidup atau salah satu bidang kehidupan tertentu. Ketakutan biasa disebut dengan tanda peringatan terhadap hidup, peringatan agar berhenti, melihat ataupun mendengarkan.

Setiap manusia dihadapkan pada peringatan serta ancaman yang sangat menuntut perhatian. Rasa takut betul-betul memperlambat dan mengendalikan sejumlah besar emosi psikosomatis. Salah satu tujuan dari pengendalian adalah untuk membantu seseorang menghindarkan diri dari bahaya dan berusaha untuk mengatasinya. Bila seseorang diliputi rasa takut, kebahagiaan maupun sukses akan terancam, orang itu sering mengalami rasa nyeri pada perut,telapak tangan berkeringat, jantung berdenyut kencang, malas bergerak, gemetar, wajah memerah dan berkeringat, gagap bicara, merasa perlu pergi ke toilet, merasa lemes dan akhirnya pingsan.

Sebenarnya rasa takut tersebut adalah normal pada saat kita menghadapi bahaya tertentu, ketakutan itu biasanya sebanding dengan besar-kecilnya bahaya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa penyebab obyektif dari rasa takut itu justru sering dilupakan seseorang, sehingga reaksinya terasa lebih berat, lebih cepat hingga menimbulkan kepanikan. Rasa takut yang sedemikian ini tidak sebanding dengan penyebabnya, inilah reaksi neurotik murni. Ketakutan inilah yang kita sebut dengan phobia. Ketakutan neurotik menunjukkan adanya reaksi emosional yang tidak sebanding dengan rangsangan, dengan kata lain penyebab obyektif dari reaksi emosional dan ketakutannya sama sekali tidak diperhitungkan.

Solusi yang paling penting adalah mengetahui apa yang membuat seseorang menjadi fobia lalu berdamai dengan rasa takut itu dalam cara yang simpatik dan sensitif. Penting untuk dokter dalam mengatasi phobia pada pasiennya, diantaranya dengan menggunakan terapi berbicara dengan melakukan konseling dan psikoterapi. Desensitasion yaitu pemaparan diri yang dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan membiasakan pasien terpapar dengan obyek dan situasi yang biasa membuatnya takut, dan pada kasus ekstrim, terapi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan.

Apakah anda berniat menjadi pasien Dentophobia?[]

* Penulis adalah Mahasiswi Pascasarjana Biostatistik Universitas Indonesia 

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.