Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]
TAHAPAN peradaban manusia terus berkembang mulai dari masyarakat tradisional, masyarakat industry dan masyarakat global. Tahun 2000 dijadikan sebagai batasan awal masyarakat dunia menjadi masyarakat global, dimana pada saat itu akan wujud dunia tanpa batas, tidak ada lagi yang namanya Kampong, Kabupaten, Provinsi bahkan Negara. Tetapi menjadi satu yaitu masyarakat masyarakat dunia.
Prediksi ini mungkin saja tidak terjadi dan kalaupun terjadi mungkin bukan dalam batasan waktu sebagaimana telah disebutkan. Namun berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang sangat nyata terlihat di depan mata, tidak banyak lagi pekerjaan yang memerlukan tenaga manusia apalagi tenaga hewan. Kalau mau dirunut agak jauh kebelakan, pada masa masyarakat tidak bisa hidup tanpa bantuan hewan dalam setiap pekerjaannya sehingga setiap anggota masyarakat harus memelihara kerbau untuk membajak sawah, memelihara kuda sebagai alat tranportasi untuk membawa barang ketika bepergian jauh karena di tempat yang dituju tidak tersedia barang yang menjadi kebutuhan. Masyarakat memerlukan hewan (anjing) untuk mengusir binatang yang dapat merusak tanaman dan anjing juga berfungsi untuk berburu binatang. Sampai kepada untuk mengusir binatang seperti tikus masyarakat perlu kepada kucing sebagai binatang peliharaan.
Kendati binatang itu masih ada dan dipelihara oleh manusia tetapi fungsinya sudah berubah, kalau dahulu digunakan untuk mempermudah kehidupan dan mempercepat selesainya pekerjaan, tetapi kini dipelihara sebagai kesenangan dan pemuas keinginan. Akibatnya, kalau Sebelumnya dipelihara untuk menambah penghasilan (capital) tetapi kini ketika menjadi hiburan maka binatang peliharaan menjadi sarana untuk menghabiskan uang atau capital yang dimiliki.
Contoh sederhana lain bisa juga dilihat dalam masyarakat tradisional dimana semua masyarakat memiliki kuda untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan, sekarang kuda hanya sanggup dipelihara oleh mereka yang mempunyai uang dan fungsinya bukan lagi untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan tetapi sudah dijadikan sebagai binatang pacuan dalam rangka memperingati hari-hari besar dan hari-hari bersejarah.
Lebih jelasnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah mampu menggantikan fungsi hewan dan manusia dengan mesin dan juga kecerdasan dalam beberapa hal sudah digantikan oleh teknologi sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan. Lalu apakah tidak muncul satu pertanya dalam benak kita untuk apa gunanya jumlah manusia yang banyak di suatu saat, dalam kaitan itu para ilmuan sudah lama memberi batasan kalau ilmu pengetahuan dan teknologi hanyalah sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik tujuan materiil dalam kehidupan di dunia dan juga kebutuhan immaterial di akhirat kelak. Tuhan juga menhatakan kalau ilmu pengetahuan dan teknologi bukan lah sebagai tujuan, tetapi yang menjadi tujuan dalam hidup ini adalah beribadah kepada Khalik yang memiliki hak dari ibadah hamba-Nya.
Kalaulah disadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi hanya sebagai alat dan sarana untuk mencapai tujuan, tentu kehidupan akan menjadi lebih mudah hanya saja sejauhmana kemampuan kita dalam menggunakan alat dan memanfaatkan sarana yang telah tersedia, kalau memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan mempunyai teknologi yang canggih dalam era globalisasi sekarang ini maka hidup akan menjadi lebih mudah bila dibanding dengan masa sebelumnya dan bila dalam era globalisasi ini tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi maka kehidupan akan menjadi lebih susah, karena sebenarnya tujuan dari teknologi sebagaimana disebutkan di atas adalah untuk mempermudah manusia dalam mencapai tujuan.
Kalaupun tidak sanggup berperan sebagai penemu ilmu pengetahuan dan tidak bisa berperan serta dalam merekayasa perkembangan teknologi, setidaknya dalam menjalani kehidupan tidak terlalu kalah. Paling kurang masyarakat kita mampu menggunakan teknologi yang menjadi hasil dari rekayasa ilmu pengetahuan orang lain. Tidak ada langkah yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi gilasan kepamajuan ilmu pengetahuan dan derasnya kemajuan teknologi kecuali dengan memajukan pendidikan mulai dari tingkat yang paling rendah sampai kepada yang paling tinggi. Majunya pendidikan tidak lagi memadai dengan upaya membuat peserta didik hanya sekedar bisa dan mau membaca apa yang tertulis di dalam buku-buku dan kitab-kitab, karena pola membatasi pada kemampuan membaca hanya membuat peserta didik didup dalam masa lalu penulis dan tidak pernah lebih mampu dari mereka yang menulis. Untuk itu pola membaca tanda-tanda zaman dan kehidupan akan mempercepat kemajuan dan akan hidup dalam berkemajuan.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah dicanangkan, diskusi dan seminar secara berkasinambungan telah dijadikan sebagai agenda oleh mereka yang menganggap MEA itu penting, karena MEA adalah sarana untuk hidup berkemajuan dalam mensejahterakan masyarakat. Karena masih dalam wacana masyarakat masih menunggu dengan tidak mempersiapkan diri, ini sebagai akibat dari pola piker yang tidak berkemajuan. Padahal tahapan menuju globalisasi sudah pasti dengan bukti seperti yang telah kita sebutkan, sekal lagi bisa kita katakana karena pola pendidikan kita baru pada pola kemampuan membaca yang tertulis, membuat mereka yang terdidik hanya menungu dan akhirnya menjadi penonton dari hasil rekayasa ilmu pengetahuan orang lain.
Kalau masih berpola pada kemampuan membaca yang tertulis buka pada membaca apa yang tidak tertulis kita tidak akan pernah hidup dalam pola hidup berkemajuan tetapi akan hidup selamanya dalam mitos bahawa kita adalah penikmat kemajuan peradaban bahkan termasuk orang-orang yang takut dengan kemajuan, karena kemajuan akan menghilangkan apa yang sudah kita miliki.
[*] Dosen Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh