Oleh : Zulfan*
Pemilihan Bupati Aceh Tenggara (Agara) seperti di daeah lain akan berlangsung pada tahun 2017 mendatang. Para bakal calon Bupati yang berniat maju dalam pemilihan bupati tersebut mulai berusaha merebut simpati masyarakat dengan berbagai jargon tentang perubahan dan kemajuan Agara.
Di sisi lain, Pemilihan Bupati merupakan sebuah even penting bagi masyarakat Agara dalam upaya menghasilkan pemimpin daerah yang menjadi harapan masyarakat. Pertanyaannya adalah seperti apa dan bagaimana harapan masyarakat Agara terhadap sosok pemimpin yang mereka inginkan ?
Atau adakah sosok secara personal tertentu yang dianggap mampu memimpin Bumi Sepakat Segenep ini ke depan kemudian menjadi sosok ideal yang paling diinginkan oleh masyarakat?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tentu tidak mudah mengukur harapan dan ekspektasi masyarakat secara objektif, namun paling tidak kita dapat menakar kemauan dan keinginan masyarakat Agara berdasarkan kriteria-kriteria normatif yang secara umum berlaku juga bagi semua masyarakat di berbagai daerah lainnya.
Kemudian dalam konteks personal, kriteria pemimpin yang diinginkan seringkali menjadi kabur dan sangat subjektif karena dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mengunggulkan kandidatnya yang akan bertarung pada pemilihan bupati nantinya.
Akan tetapi, poin pentingnya adalah Bupati terpilih hendaknya merupakan seseorang yang mampu membawa Agara tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika kemajuan regional dan nasional bahkan internasional.
Tentunya, diperlukan seorang kandidat memiliki visi dan misi yang jelas dan memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat serta memahami berbagai persoalan yang harus menjadi prioritas untuk diselesaikan kemudian mengimplementasikan berbagai gagasan yang dimilikinya secara konsisten dan bertanggung jawab.
Pilkada 2017 adalah pemililihan bupati secara langung oleh masyarakat Agara untuk kedelapannya . Harapan masyarakat tentunya sangat besar bahwa proses demokrasi yang berjalan adalah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri, yaitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Akan tetapi hal ini seringkali tidak dapat dimaknai dengan baik oleh para kandidat bahkan masyarakat itu sendiri yang menjadi pemilih. Logikanya adalah bahwa pemilih dalam menentukan pilihannya secara rasional memperhitungkan seluruh konsekwensi dari pilihannya bagi Agara lima tahun ke depan berdasarkan informasi dan pengalaman yang dimiliki.
Yang menjadi persoalan adalah keputusan yang diambil oleh pemilih tidak murni didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang rasional, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan eksternal pemilih yang melakukan intimidasi baik secara personal maupun kelompok terhadap pemilih.
Tindakan seperti ini telah menciderai makna demokrasi yang sebenarnya, padahal seharusnya seseorang yang merasa elit sebuah kelompok ataupun mengaku tokoh masyarakat berada pada posisi yang memberikan pemahaman yang benar bagi kelompoknya sehingga Pilkada dapat berjalan secara adil, lancar dan memberikan hasil yang optimal.
Penulis berpendapat, Agara memerlukan kandidat yang paham bidang ekonomi ,dan pembangunan. Untuk itu, dibutuhkan sosok ideal yang sudah paham betul tentang kondisi perekonomian, pendidikan, pembangunan, kesehatan, politik, sosial budaya yang ada di Agara
Pada Pilkada 2017, Agara memang belum memunculkan pasangan yang akan bertarung hanya beberapa saja yang sudah mendeklarasikan pasangannya Sebagai negeri yang demokratis tentunya masuknya calon bupati dari luar Agara tidak masalah. Sebab mencalonkan itu hak semua warga Negara Indonesia.
Hanya saja, kita berharap siapapun calon yang nantinya akan ikut bertarung di pilkada, merupakan sosok yang benar-benar paham akan kondisi Agara dan benar-benar mau berjuang untuk pembangunan Negeri Metuah ke depan.
Tidak bermaksud menolak jika ada tokoh masyarakat atau tokoh politik luar Agara yang ingin ikut meramaikan bursa Pilbup nantinya . Karena itu hak semua warga Indonesia untuk berpolitik dimanapun tanpa ada batasan, karena sudah diatur undang-undang.
Namun tentu akan ada baiknya, bila bakal calon atau bupati terpilih nantinya merupakan sosok yang sudah tahu betul tentang kondisi Agara dan paham akan karakteristik dan apa yang harus diperjuangkan untuk membangun Agara lima tahun ke depan.
Karena yang paham kondisi Agara saja masih diragukan, apalagi yang tidak tahu sama sekali, dalam hal ini orang luar. Jadi kalaupun terpilih, berat untuk bisa membangun daerah ini, kalau yang belum paham karakreristik Agara.
*Pengamat Politik di Kutacane, Aceh Tenggara