Catatan: Fathan Muhammad Taufiq*
(Refleksi 2 Tahun Tabloid LintasGAYO.co)

PERPUTARAN waktu terasa begitu cepat, perasaan baru kemarin kita melihat media cetak Tabloid Lintas Gayo terpajang di gerai-gerai di seputaran Aceh Tengah, Bener Meriah, Banda Aceh dan Medan, ternyata tabloid yang mengusung motto “Cerdas dan Mencerdaskan” itu sudah berusia dua tahun pada tanggal 8 Januari 2016 ini. Meski perjalanan tabloid keganggaan urang Gayo ini tak selalu “mulus”, tapi di setiap edisi masih mampu tampil elegan menemui pembaca setianya. Menjelang deadline, Khalisuddin, sang pemimpin redaksi dan jajaran redaksi dan jurnalisnya, nyaris selalu “kalang kabut”, tapi media yang memang dikelola oleh orang-orang cerdas dan idealis itu selalu bisa terbit tepat waktu, itu yang membuat saya kagum.
Selama lebih dari setahun, saya “bergabung” dengan LintasGayo, memang belum seberapa tulisan saya yang bisa “nangkring” di edisi cetak Tabloid LintasGayo, karena saya lebih sering “bermain” di halaman “saudara tua”nya Media Online LintasGayo.co. Kalau di versi online nya, Alhamdulillah sudah lebih dari lima puluh artikel maupun berita yang saya tulis disana.
Ada sesuatu yang saya rasakan ketika menulis di LintasGayo, khususnya di media online nya, disitu sangat terasa aroma “idealisme” seorang penulis, karena semua yang pernah menulis di media ini, murni hanya mengeksperikan “jiwa” kepenulisannya, tanpa berharap imbalan apapun. Tapi itu semua tidak menyurutkan nama-nama besar seperti Muhammad Syukri, Jamhuri “Ungel”, Yusra Habib, dan sederet penulis dan pakar senior lainnya untuk terus berkiprah di media ini. Tentu ini semua, karena rata-rata penulis di media ini, memang hanya “mengemban” misi menyebar luaskan informasi serta sharing ilmu dan pengalaman lewat tulisan-tulisan mereka tanpa “embel-embel”apapun.
Bagi penulis “pemula” seperti saya, justru banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari media ini, selain sebagai wahana pembelajaran menulis, media ini juga telah menjadi bagian untuk “mengasah” kemampuan menulis saya yang tentunya masih sangat jauh kalu dibandingkan dengan nama-nama yang saya sebutkan di atas. Selain itu, dengan menulis di media ini, saya mersakan seperti mendapatkan “akses” ke dunia “luar”. Sungguh diluar dugaan saya sebelumnya, hanya lewat tulisan-tulisan saya di media ini, saya kemudian bisa “bersentuhan” dengan awak broadcast sekelas SCTV, kemudian bisa “merambah” media cetak berskala nasional Tabloid Sinar Tani yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian di Jakarta dan beredar di seluruh Indonesia. Semua bermula dari bergabungnya saya dengan media online LintasGayo.co.
Bagi saya, media LintasGayo, baik versi online maupun versi cetaknya, seolah sudah menjadi “sekolah” kedua bagi saya, karena jujur saja, saya sama sekali tidak memiliki basic pengetahuan dan pengalaman dibidang menulis maupun jurnalistik. Saya kemudian banyak belajar dari teman-teman seperti Khalisuddin, Darmawan Masri, Munawardi, Salman Yoga, Jauhari “Joe” Samalanga dan teman-teman jurnalis lainnya, inilah yang kemudian memuat saya termotivasi untuk terus menulis, meskipun saya sadari sepenuhnya bahwa dari segi kualitas, tulisan-tulisan saya masih jauh untuk disebut sebagai “karya tulis”.
Media LintasGayo jualah yang akhirnya membuat saya “memberanikan diri” untuk melangkah lebih jauh melalui penerbitan buku, dan buku perdana saya yang bertajuk “Inpirasi Dari Gayo” inipun sebagian besar isinya merupakan tulisan-tulisan saya yang pernah dipublikasikan oleh LintasGayo, dan sebagiannya lagi pernah dimuat di media lain seperti Kompasiana, Tabloid Sinar Tani dan beberapa media lain yang pernah “menampung” tulisan saya. Alhamdulilah, buku “Inspirasi Dari Gayo”, dengan bantuan penerbit Mahara Publishing, sudah bisa terbit dan cetak pertama, dan Insya Allah dalam waktu beberapa hari kedepan, buku ini akan dilaunching oleh Bapak Ir. H. Nasaruddin, MM, Bupati Aceh Tengah yang sudah menyatakan kesediaannya untuk melaunching buku saya tersebut, persiapan launching saat ini sedang saya koordinasikan dengan Kepala Bagian Humas Setdakab. Aceh Tengah, Mustafa Kamal, SSTP.
Satu hal lagi yang nggak kalah pentingnya, media LintasGayo juga sangat berperan untuk “mengangkat” marwah rekan-rekan penyuluh pertanian dan para petani di Dataran Tinggi Gayo. Kesan bahwa para penyuluh pertanian selama ini dianggap “tidak bekerja” seolah pupus dengan seringnya munculnya kiprah mereka lewat tulisan-tulisan saya di media ini. Nama mereka yang selama ini nyaris “tenggelam” karena memang hampir tidak ada media yang bisa menjadi wahana untuk “mengangkat” mereka, kini semakin “berkibar”, bukan hanya di level lokal tapi juga ke level regional bahkan nasional, semua itu tidak terlepas dari “jasa” LintasGayo.
Berbeda dengan media lokal lain yang kesannya “timul-timul osop” akibat kendala dana, saya melihat LintasGayo dengan segala keterbatasan finansialnya terus berdiri “tegar”, karena semua yang terlibat didalamnya adalah sosok-sosok idealis yang sama sekali tidak menjadikan keterbatasan dana sebagai kendala. Itulah yang membuat media ini terus eksis sampai dengan saat ini, bahkan sepertinya kedepan, media ini akan semakin “besar” seiring mengalirnya support dan apresiasi dari pihak-pihak yang punya kepedulian dan idealism terhadap perkembangan Gayo.
Lihat saja, gelaran “Milad Kedua Tabloid LintasGayo” yang akan digelar 8 Januari 2016 ini, semula hanya akan digelar secara sederhana sesuai dengan sikon, tapi kemudian berubah menjadi gelaran akbar yang bahkan sampai menarik simpati tokoh-tokoh sentral di negeri ini untuk ikut meramaikan even prestisius ini. Tak kurang dari seniman Rafly “Kande” yang saat ini menyandang gelar Senator Senayan, bakal hadir dalam gelaran yang tiba-tiba berubah menjadi “akbar” ini. Tak hanya Rafly, puluhan “public figure” dari kalangan pejabat birokrasi, politisi, pengusaha, budayawan juga antusias menyambut hajatan ini. Amatan saya, dari pagi tadi (8/1/2015) puluhan karangan bunga ucapan selamat bagi LintasGayo sudah “bertebaran” di seputaran lokasi berlansungnya puncak acara Milad Kedua LintasGayo, ini bukti bahwa hajatan ini bukan sekedar “main-main”.
Satu lagi yang juga membuat saya salut, selain komit dengan mottonya cerdas dan mencerdaskan, saya juga melihat bahwa media ini juga “bijak tanpa memihak”, karena sepanjang saya mengikuti perkembangan media ini, tidak pernah saya temui berita maupun artikel yang bersifat provokatif atau memojokkan atau “munyonek” pihak-pihak tertentu, tanpa diskriminsai dan semua kritik dikemas secara santun. Akurasi dan legimitasi dari tulisan atau berita yang ditampilkan di media ini juga sangat bisa dipertanggung jawabkan, itulah yang menyebabkan media ini semakin kredibel di mata pembacanya. Dan itu pulalah yang membuatku betah dan ingin terus menjadi bagian dari media ini, selain untuk menjadi wahana pembelajaran bagi saya, juga dapat menjadi media untuk berekspresi.
Sebagai orang yang tidak pernah “makan bangku kuliah”, saya benar-benar menjadikan media LintasGayo sebagai “sekolah kedua”, karena disini saya bisa banyak belajar dari semua elemen masyarakat, mulai dari pejabat, pengusaha, politisi, budayawan, sastrawan dan lain-lainnya yang semuanya bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi saya.
Selamat Milad Kedua LintasGayoku, semoga akan terus menjadi “jendela informasi” yang cerdas dan mencerdaskan, bijak tanpa memihak dan tetap mejadi wadah kreativitas dan inovasi bagi semua warga Gayo.[]