
DIBALIK suksesnya penampilan Sanggar Kerenem Pirak pada pagelaran Saman Sara Ingi yang digelar mahasiswa Gayo Lues Jum’at (18 Desember 2015) di gedung AAC Dayan Dawood Banda Aceh kemarin, ternyata tak terlepas dari hasil pemikiran sang koreografer satu ini.
Dia merupakan seorang Guru Honor di SMA Negeri 1 Rikit Gaib. Kesabaran dan kegigihannya melatih penari yang kesemuanya adalah muridnya akhirnya berhasil menghibur seluruh penonton yang memadati gedung baik masyarakat asal Gayo maupun Banda Aceh.
Namanya Ahmaddin, lahir di Kecamatan Rikit Gaib, 28 Mei 1987. Baginya seni adalah sesuatu yang sangat penting, ia percaya seni mampu merubah semua hal menjadi mahal, meningkatkan kedewasaan serta kualitas karakter seseorang.
Hal itu dibuktikan oleh alumni mahasiswa Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh ini.
Dengan fasilitas yang minim dan kemampuan dasar penarinya yang masih tergolong pemula, namun siapa sangka hasil kedisplinan dan kerja keras mereka layak disandingkan dengan penampilan grup tingkat provinsi yang memiliki ruang dukungan lebih.
Ahmaddin bersama murid-muridnya selama ini aktif menggelar latihan. Meski begitu, perjalanannya melatih para siswa dan siswinya tergolong hebat. Dengan fasilitas latihan yang minim seperti alat, biaya atau gedung latihan tidak membuat ia urung.
Segalanya dikorbankan, semuanya yang bisa dimanfaatkan seperti halaman di desanya, sekolah atau persawahan ia ubah menjadi tempat melahirkan penari-penari muda berbakat. Alhasil, mereka mampu berubah menjadi senjata andalan dalam mengangkat nama daerahnya di tingkat pemerintah provinsi.
Ahmuddin merupakan sosok yang ramah, fokus dan disiplin. Kepada LintasGayo.co Senin (21/12) sore ia mengaku, ia mulai tertarik dengan dunia seni sejak ia duduk di bangku SMA.
Beberapa jenis seni yang paling ia sukai seperti seni tradisi, kreasi, musik etnik, teater dan puisi. Ahmaddin berharap suatu saat bisa melahirkan lebih banyak lagi penari-penari muda di Gayo Lues. Memang, meskipun Gayo Lues dikenl dunia dengan kekayaan seninya yakni Saman tapi harus diakui masih miskin dengan seni kreasi.
Selain aktif di sanggar Kerenem Pirak, ia juga menjadi pembina di sanggar seni Beringin Sejuk. Selain itu, ia juga pernah dipercayakan menjadi pendamping tari FLS2N SMP tahun 2014 tingkat provinsi, pendamping tari FLS2N SMA 2014 tingkat provinsi dan pendamping tari FLS2N SMA tahun 2015 tingkat provinsi.
Ahmaddin berharap, masyarakat Gayo Lues, pemerhati seni serta pihak terkait ikut mendukung sanggar tempat mereka belajar dan berkarya,”Tekad adik-adik di sanggar sangat kuat. Itu menjadi semangat baru untuk saya dan pengurus sanggar yang lain,” terang Ahmaddin.
Sosok seperti Ahmaddin patut diberi dukungan yang lebih, baik oleh masyarakat, mahasiswa juga pemerintah setempat. Sebab, Gayo Lues juga harus membangkitkan jenis seni lain selain Saman. Apalagi mengingat jumlah pelatih seni kreasi di Gayo Lues yang minim.
Ahmaddin adalah wujud ungkapan harapan dari para pelaku seni kreasi di Gayo Lues, tentu dengan fasilitas yang lebih baik, kesenian Gayo Lues akan menjadi kaya. Akhirnya, bukan hanya Saman, tapi semua bakat para penerus Gayo Lues akan terarah yang pada akhirnya menjadi ungkapan kebanggan bagi masyararakat negeri seribu bukit itu sendiri. (Supri Ariu)