Naskah Orasi Politik Zuhri Syafriwan ; ALA for Indonesia

oleh

ZuhriSALAH satu agenda aksi Aceh Leuser Antara (ALA) for Indonesia yang digelar Jum’at 4 Desember 2015 di Takengon selain berkonvoi dengan kibaran bendera merah putih oleh seribuan pengemudi sepeda bermotor juga mendengarkan orasi politik oleh beberapa tokoh muda Gayo di Aceh Tengah dan Bener Meriah, salah seorangnya disampaikan Zuhri Syafriwan AB yang juga sebagai koordinator aksi tersebut.

Berikut ini isi lengkap orasi politik tersebut :

ALA for Indonesia

Aksi Menuntut Percepatan Pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA)
Takengon, 4 Desember 2015

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KITA panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang masih mengkaruniai kesehatan kepada kita semua, sehingga hari ini kita dapat berkumpul bersama-sama untuk melaksanakan satu kewajiban yakni menuntut atas hak-hak kita sebagai warga negara Indonesia, yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik menyangkut hajat orang banyak. Semoga Allah SWT meridhoi perjuangan kita…amiin.

Para pemuda yang kami banggakan

Hari ini kita berdiri di bawah panji merah putih, guna memberitahukan kepada dunia, bahwa kita rakyat Aceh Tengah adalah rakyat yang cinta dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kecintaan kita terhadap negara ini, telah teruji.

Ketika terjadi agresi Belanda ke II tahun 1947-1948 merupakan agresi besar-besaran yang dilakukan penjajah belanda terhadap Indonesia, tidak dapat kita pungkiri, Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan telah dilumpuhkan. Ketika Belanda sedang menyusun strategi untuk melakukan penyerangan ke wilayah Aceh, ketika itu juga para syuhada kita dengan sebuah pasukan Bagura, memutuskan untuk berangkat menuju Sumatera Utara untuk menghadang kolonial Belanda masuk ke wilayah Aceh. Tepatnya pagi subuh sebelum ayam berkokok, pasukan Bagura sudah menggempur benteng pertahanan kolonial Belanda, sehingga terjadi sebuah pertempuran hebat di dalam sejarah bangsa ini, pertempuran ini kemudian dikenal dengan perang Medan Area.

Dengan berbagai macam propaganda yang dilakukan Belanda untuk menyudutkan posisi bangsa ini, seolah-olah Indonesia telah jatuh ketangan Belanda.

Sang Proklamator kita bung Karno di tangkap dan di tahan, maka Soekarno memerintahkan Bapak Safruddin Prawiranegara untuk mengendalikan keadaan bangsa pada saat ituyang sedang kacau balau.

Tidak ada pilihan lain, Gayo adalah satu-satunya daerah aman untuk menyelamatkan Republik Indonesia. Pada akhirnya sampailah radio RRI tersebut ke hutan belantara Rime Raya di dari dataran tinggi Gayo. Dari sinilah disuarakan dan dipancarluaskan ke berbagai negara, bahwa “Indonesia masih ada, “pemerintahan Indonesia masih ada”. Sehingga terbantahlah semua bentuk propaganda yang dilakukan oleh Belanda, dan akhirnya kemerdekaan Republik Indonesia mendapat pengakuan dari negara-negara internasional yang dikenal dengan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Sejarah yang membanggakan inipun kemudian kita kenal dengan Sejarah Perjuangan Radio Rime Raya.

Bukankah sejarah ini cukup jelas, bahwa “Ruh” Kemerdekaan Republik Indonesia di hembuskan dari Dataran Tinggi Gayo.

Lantas kenapa hari ini seolah-olah kami rakyat Gayo tidak pernah berjuang untuk kemerdekaan republik yang kita cintai ini. Ketika sejarah konflik bersenjata yang terjadi di Aceh beberapa tahun silam, kami rakyat Gayo tidak pernah sedikitpun ingkar kepada UUD 1945, kami senantiasa menjaga semboyan Bhineka Tunggal Ika, kami rakyat Gayo tidak pernah lengah dan tidak pernah merasa lelah untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bumi Aceh ini. Sampai detik ini kita masih tetap setia menggelorakan semangat mempertahankan merah putih di Aceh. Bukankah ini bentuk kecintaan terhadap republik ini.

Lantas hari ini, apakah kami salah bila menuntut sebuah Provinsi. Kami meminta kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo untuk segera mengesahkan Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) melalui Peraturan Pemerintah.

Kami ingin hidup berdaulat secara ekonomi, kami ingin hidup berdaulat secara politik, kami juga ingin hidup secara mandiri dan kami ingin keluar dari berbagai bentuk diskriminatif Pemerintahan Aceh.

Maka hari ini saya mengajak kepada para pemuda dan seluruh elemen masyarakat, jangan pernah berhenti berjuang untuk Provinsi ALA, nasip bangsa ini ada di pundak kita sebagai pemuda, jangan kita wariskan keadaan yang memilukan ini kepada generasi anak cucu kita, jangan biarkan ada bendera lain di tanah tembuni kita ini,selain Merah Putih, jangan kitabiarkanada lambang di bumi kita ini, selain lambang Burung Garuda.

Saudara-saudaraku para pemuda…..

“Keramat Mupakat Behu Berdedele”, Perjuangan kita belum usai, maka dari itu para pemuda harus bangkit dan terus bergerak,perjuangan Provinsi ALA merupakan perjuangan “Harkat dan martabat kita sebagai rakyat Gayo”, perjuangan kita bukan suatu gerakan melawan Konstitusi negara, perjuanganprovinsi ALA adalah Hak, hak kita untuk menyelamatkan masa depan anak cucu kita. Maka kepada para pemuda jangan pernah gentar untuk berjuangterhadap lahirnya Provinsi ALA, “ Mulintang Tang, Mubujur Tur”..

Ingat pesan Bung Karno, “Jas Merah” Jangan Lupa Sejarah.

Hari ini saya mau bertanya…

Apakah kita siap berjuang untuk Provinsi ALA….?
Apakah kita siap mempertahankan Merah Putih disini…?

Terima kasih…..

Wabillahi taufik walhidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

dto

Zuhri Syafriwan, AB

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.