World Oral Health Day, Kenapa?

oleh

Oleh : drg. Leny Sang Surya

Leni-SuryaPERSENTASE Nasional masalah gigi dan mulut di Indonesia dijumpai sebesar 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai persentase masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2007 dengan persentase sebesar 23,2 %.

Perlu adanya perhatian khusus dari kita sebagai penggerak kesehatan. “World Oral Health Day” dikenal dengan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Dunia diperingati setiap tanggal 20 Maret.

Pada awalnya Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Dunia telah dirayakan sejak 2008, keputusan tersebut diambil berdasarkan kongres tahunan Forum Diskusi Ilmiah (FDI) di Dubai 2007. Tanggal yang dipilih pada awalnya adalah tanggal 12 September, namun telah berubah menjadi 20 Maret melalui hasil kongres tahunan FDI di Hongkong.

Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut se-Dunia dilaksanakan dalam rangka menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam tingkat global. Selain itu peringatan ini merupakan kesempatan untuk melakukan kegiatan dan inisiatif khusus yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, serta juga pengaruhnya terhadap kesehatan umum maupun kehidupan sosial. Di Indonesia kegiatan ini dikenal dengan Bulan Kesehatan Gigi Nasional yang dirayakan setiap bulan September. Ini merupakan usaha untuk mewujudkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Peringatan ini dilakukan dengan kegiatan Bakti Sosial mulai dari tenaga kesehatan seperti perawat gigi, dokter gigi di puskesmas serta tidak ketinggalan pula dokter muda (Mahasiswa co-ass) di beberapa Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut)di beberapa Universitas di Indonesia, yang dimulai sejak tanggal 16 September danberakhir nantinya pada tanggal 28 November 2015. Untuk Provinsi Sumatera Barat khususnya Kota Padang, Universitas Baiturrahmah ditunjuk untuk mewakili pelaksanaankegiatan ini dan telah dilaksanakan dengan sukses selama 3 hari dimulaidari tanggal 9 berakhir pada tanggal 11 November 2015 kemaren.

Seperti kegiatan di tahun-tahun sebelumnya, besar sekali antusias masyarakat dari berbagai kalangan untuk datang memeriksakan giginya, begitu pula dengan tahun ini, kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka masalah kesehatan gigi dan mulut nantinya untuk di tahun-tahunberikutnya.

Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut dinilai masih buruk.Bicara masalah di dalam mulut, berarti kita  bicara mengenai jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan lunak mulut seperti yang kita ketahui yaitu jaringan periodontal (gusi) sedangkan jaringan keras mulut yaitu gigi. Jika kita telusuri hubungan sebab akibat antara 2 indikator ini, infeksi pada gigi maupun pada gusi sama-sama memberi masukan untuk mendukung terjadinya masalah gigi dan mulut jika salah satu dari indikator ini mengalami infeksi.

Infeksi yang terjadi pada gigi seperti yang kita ketahui adalah karies (gigi berlobang), karies pada gigi jika dibiarkan nantinya akan menginfeksi gusi. Begitu juga dengan infeksi pada gusi, beberapa infeksi pada gusi yang kita ketahui salah satunya adalah “Periodontitis” terjadinya peradangan pada gusi hingga penghancuran tulang bahkan mengakibatkan gigi menjadi goyah dan terlepas dari tulang bahkan walaupun gigi tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali, jadi kesimpulannya adalah gigi dan gusi saling saling berhubungan dalam hal mendukung terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut jika salah satu dari mereka mengalami infeksi, sedangkan penyebab dari infeksi itu sendiri adalah plak, yaitu adanya akumulasi dari sisa makanan yang menempel pada gigi dan gusi yang merupakan media bagi bakteri untuk berkembang biak hingga akhirnya menginfeksi gigi dan gusi.

Kesehatan gigi dan mulut sering menjadi prioritas yang kesekian bagi sebagian orang. Padahal seperti kita ketahui, gigi dan mulut merupakan “pintu gerbang” bakteri untuk masuk dan berkembang biak sehingga mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya. Salah satunya adalah penyakit jantung. Penyakit yang berhubungan dengan jantung biasanya diakibatkan oleh penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pada pembuluh darah terjadi akibat penumpukan plak pada pembuluh darah arteri yang menghalangi aliran darah menuju jantung.

Selain kolesterol, penyumbatan pada pembuluh darah juga bisa diakibatkan oleh masuknya bakteri penyebab penyakit. Ketika seseorang mengalami masalah pada gigi atau gusi, bakteri yang pada awalnya berada di mulut akan ikut terbawa kedalam pembuluh darah.Jika gangguan pada gusi tidak segera ditangani maka dikhawatirkan bakteri yang masuk kedalam pembuluh darah akan semakin banyak jumlahnya dan akan menggumpul pada dinding pembuluh darah.Tubuh akan merespon kondisi ini dengan memberikan efek peradangan (inflamasi). Ketika mengalami peradangan maka pembuluh darah akan membengkak dan menyempit sehingga menghalangi aliran darah dan berpotensi memicu terjadinya serangan jantung.

“Berbagai studi telah menemukan bahwa ada kaitan erat antara kesehatan rongga mulut, gigi dan gusi dengan kesehatan jantung.”

“Menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut adalah cara yang efektif untuk mengurangi risiko penyakit jantung,”

Masalah kesehatan gigi mulut di masyarakat merupakan suatu persoalan yang kompleks, berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial,budaya, dan tingkat pengetahuan atau pendidikan. Bahkan tidak ketinggalan dalam hal ini adanya aspekjangkauan pelayanan kesehatan dengan ketersediaan dokter gigi ataupun tenaga kesehatan gigi lainnya yang disediakan oleh Pemerintah.

Jangkauan pelayanan dengan ketersediaan dokter gigi dibandingkan dengan rasio dekter gigi per 100.000 penduduk dirasa masih kurang. Laporan Riskesdas 2013, mengungkapkan hanya terdapat 4 sampai 5 orang dokter gigi per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan rasio dokter gigi per Rumah Sakit, pada tahun 2013 hanya terdapat 2 orang dokter gigi per Rumah Sakit. Hal ini dirasa cukup kurang untuk melayani masyarakat yang bermasalah dengan gigi dan mulut serta menurunkan.

Sebagian besar Puskesmas di 33 Provinsi di Indonesia, masih ada yang kurang bahkan sama sekali tidak memiliki dokter gigi maupun tenaga kesehatan gigi lainnya, 3 Provinsi tertinggi yang benar-benar tidak memiliki dokter gigi maupun tenaga kesehatan gigi lainnya yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan 3 Provinsi tertinggi yang memiliki dokter gigi maupun tenaga kesehatan gigi lainnya berlebih/lebih dari 1 orang dokter gigi adalah Provinsi DI.Yogyakarta, Kepulauan Riau, dan Bali. Disini bisa kita lihat adanya unsur penyebaran tenaga kesehatan gigi dan mulut yang tidak merata diseluruh Indonesia dan perlunya perhatian yang lebih dari pemerintah.

Oleh karena itu, kita sebagai penggerak kesehatan, perlu mencari pemecahan masalahdari aspek-aspek yang terkait, diantaranya denganmenggalakkan program peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan melalui berbagai kegiatan salah satunya dengan melaksanakan program Bulan Kesehatan Gigi Nasional ini, yang mana gunanya untuk membangkitkan motivasi masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri.

Menggiatkan sosialisasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi, dengan cara menggosok gigi, pengaturan pola diet sehari-hari, perawatan gigi secara sederhana, motivasi pemeriksaan gigi secara teratur. Serta diharapkan bantuan Program dari Pemerintah untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat, memberikan pelayanan perawatan gigi dengan biaya yang terjangkau, serta mengoptimalkan semua potensi dan sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan gigi di masyarakat.

Diharapkan melalui peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut se-Dunia dan melalui Bulan Kesehatan Gigi nasional ini, dapat mengurangi angka prevalensi masalah gigi dan mulut di Dunia Khususnya di Indonesia dengan meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerakan nyata kesehatan, terutama kesehatan gigi dan mulut yang harus terus meningkatkan seiring dengan berkembangnya dunia.[]

  • Laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, ditulis dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulutse-Dunia serta Bulan Kesehatan Gigi Nasional
  • Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Biostatistik Universitas Indonesia

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.