
Banda Aceh-LintasGayo.co : Pelebat seni asli dari Alas Aceh Tenggara yang terancam punah juga akan ditampilkan di pentas Gayo Art Summit (GAS) 2015. Demikian diungkapkan Mario, mahasiswa asal Aceh Tenggara, panitia GAS, Sabtu 7 November 2015.
“Secara garis besar Pelebat dimainkan oleh 2 orang laki-laki, gerakannya seperti seni bela diri dan memang jarang yang bisa memainkannya,” kata Mario.
Dari beberapa informasi yang dihimpun, kata “Pelebat” berasal dari kata “Khubat” yakni suatu perkelahian yang menunjukkan keperkasaan dan kelihaian seseorang menggunakan senjata berupa benda tajam seperti pisau Mekhemu atau pedang. Karena pedang hanya digunakan untuk melawan musuh, terutama saat peperangan, dalam kesenian Pelebat tidak dibenarkan menggunakan pedang sungguhan. Penggantinya berupa sebilah bambu yang sudah diraut.
“Kesenian ini biasanya dipertunjukkan saat acara perkawinan, yaitu saat penjemputan mempelai laki-laki dari rumah mempelai perempuan. Kegiatan ini disebut dengan Nipengembunan. Kedua belah pihak akan mempersiapkan pemain andalannya dalam memperagakan Pelebat tersebut,” jelas Mario
Pelebat juga sering dihelat pada saat menjamu tamu-tamu kehormatan yang datang dari luar. Akan tetapi pelebat dewasa ini sudah sangat jarang dihelat, “entah apa sebabnya walaupun setiap tahunnya ada saja yang melaksanakan pernikahan tetapi jarang sekali masyarakat Alas melaksanakannya, mungkin jika ditanya pada generasi muda saat ini di Aceh Tenggara mereka banyak yang tidak tahu kesenian ini, ironis memang,” ungkapnya.
Cara memainkan Pelebat, dijelaskan Mario mengutip beberapa sumber, dalam langkah ningcini, mata pemain mencari kelengahan lawan dengan gerak cepat melomcat dengan langkah menerkam, memukul lawan seirama dengan pemukulan canang yang ditabuh dengan posisi duduk dan berdiri. pemain menyepak, memukul dan menangkis. Peserta terbanyak melakukan pukulan dianggap menang begitu juga sebaliknya. Karena seru, penonton bersorak-sorai menyaksikan permainan ini. (WA | Kh)