Analisis Curah Hujan Oktober dan Prediksi Bulan Nopember 2015 di Aceh Tengah

oleh
pemeriksaan alat pengukur curah hujan otomatis alias ARG (Automatic Rain Gauge)

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)

Bulan Oktober 2015 ini, wilayah Kabupaten Aceh Tengah seperti sedang menerima “ujian” dari Allah SWT dengan datangnya bencana banjir bandang dan tanah longsor, dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tengah, 12 dari 14 kecamatan yang ada dalam wilayah kabupaten Aceh Tengha terimbah oleh dampak bencana alam ini. Ruas jalan yang amblas, rumah penduduk yang terbawa longsor, beberapa jembatan ambruk, ratusan hektar lahan pertanian dan pemukiman terendam banjir, nyaris terdengar setiap hari selama bulan ini.

Terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di Dataran Tinggi Gayo ini tidak terlepas dari tingginya curah hujan yang terjadi di wilayah ini selama bulan Oktober ini. Hasil pengamatan dan pencatatan curah hujan yang saya lakukan selama bulan tersebut menunjukkan angka yang cukup “mengejutkan” yaitu 1.002 mm dengan hari hujan sebanyak 28 hari, ini merupakan angka curah hujan tertinggi dalam satu bulan selama saya mengamati dan mencatat data curah hujan lebih dari delapan tahun. Curah hujan tersebut masuk dalam kategori sangat tinggi, karena catatan curah hujan pada bulan yang sama dalam lima tahun terakhir belum pernah terjadi curah hujan setinggi ini. Sebenarnya hal ini ini sudah diprediksi sebelumnya oleh BMKG dengan memperhatikan hasil pemotretan citra satelit, tingginya pembentukan awan di wilayah tengah Aceh, menjadi parameter tingginya intensitas curah hujan di wilayah ini. Informasi ini juga pernah saya sampaikan melalui media LintasGayo.co pada bulan September yang lalu.

File catatan data curah hujan saya menunjukkan bahwa curah hujan pada bulan Oktober 2014 misalnya, “hanya” 600 mm dengan hari hujan 22 hari, bulan Oktober 2013 curah hujan tercatat 328 mm dengan hari hujan 21 hari, bulan Oktober 2012 curah hujan 286 mm dan hari hujan 15 hari dan bulan Oktober 2011 curah hujan malahan hanya 96 mm dengan hari hujan 11 hari. Dari catatan tersebut, berarti curah hujan pada bulan Oktober 2015 ini merupakan curah hujan tertinggi pada bulan yang sama selama lima tahun terakhir ini. Curah hujan sebesar itu memang sangat berpotensi menimbulkan banjir bandang maupun longsor, apalagi kondisi lingkungan yang kualitasnya semakin menurun belakangan ini, menyebabkan tingginya curah hujan berdampak cukup parah. Terputusnya jalur transportasi dan distribusi, kerusakan pemukiman dan lahan pertanian, telah menimbulkan kerugian milyaran rupiah, belum lagi dampak yang ditimbulkan pasca bencana tersebut. Meskipun sebelumnya di daerah ini juga pernah terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor, namun kejadian pada bulan Oktober 2015 ini termasuk yang paling parah dibandingkan kejadian-kejadian sebelumnya.

Tanpa maksud menggurui atau mengajari “itik munawe”, lewat tulisan ini saya yang sudah lebih 8 tahun mengamati dan mencatat data curah hujan di daerah ini, ingin sekedar berbagi pengalaman untuk sedikit menganalisa sifat curah hujan yang terjadi pada bulan Oktober 2015 ini dan prediksi atau prakiraan curah hujan bulan Nopember 2015, sebuah informasi yang tidak penting mungkin.

Analisis Curah Hujan Buan Oktober 2015.

Sebagaimana telah saya sampaikan di atas, bahwa curah hujan di wilayah Kabupaten Aceh Tengah yang saya amati dari titik pengamatan di Kecamatan Pegasing, menunjukkan angka 1.002 mm dengan hari hujan sebanyak 28 hari, ini berarti dalam bulan ini hanya ada 3 hari tanpa hujan. Angka curah hujan sebesar itu termasuk kategori sangat tinggi, karena curah hujan sebesar itu belum pernah terjadi dalam lima tahun terakhir, bahkan rekap data cura hujan selama 20 tahun yang ada pada saya, belum pernah menunjukkan angka setinggi itu. Sampai-sampai Stasiun Klimatologi Indrapuri yang merupakan unit pelaksana BMKG di provinsi Aceh meminta saya untuk mengupdate data curah hujan setiap hari selama bulan Oktober ini, padahal normalnya saya melaporkan data curah hujan ini setiap Dasarian (per 10 hari) sekali. Menurut informasi yang saya terima, saat ini Stasiun Klimatologi sedang menyusun analisa dampak tingginya curah hujan ini, khususnya di wilayah Aceh Tengah yang memang sudah menimbulkan dampak bencana yang luar biasa.

Tingginya curah hujan pada bulan Oktober 2015 ini sudah diprediksi oleh BMKG sebelumnya, karena berdasarkan hasil pemotretan satelit, terjadi pembentukan awan yang sangat tinggi di wilayah ini. Karena pembentukan awan di suatu wilayah berkorelasi dengan terjadinya curah hujan, maka tingginya pembentukan awan di wilayah ini kemudian berpotensi terjadinya curah hujan yang tinggi pula. Tingginya pembentukan awan di wilayah tengah Aceh ini juga dipengaruhi oleh naiknya suhu permukaan di beberapa wilayah akibat terjadinya kebakaran lahan seperti di daerah Riau, Jambi dan Sumatera Selatan yang menyebabkan sulitnya terbentuk awan di wilayah tersebut, sehingga pembentukan awan tidak merata, kemudian terjadi “penumpukan” awan di wilayah tengah Aceh yang suhu permukaannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya.

Akibat curah hujan yang sangat tinggi tersebut, akhirnya berdampak terjadinya longsor dan banjir bandang di banyak tempat di wilayah Kabupaten Aceh Tengah ini, apalagi kualitas lingkungan yang belakangan semakin menurun akibat penebangan hutan, alih fungsi bantaran sungai, belum baiknya sistim drainase dan masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, semakin memperparah kondisi ini. Bencana Alam, memang sesuatu yang tidak dapat diprediksi, tapi kita dapat meminimalisir dampaknya jika kita juga memperhatikan fenomena alam yang terjadi, salah satunya dengan mempelajari dan menganalisa intensitas curah hujan yang terjadi di wilayah tersebut.

Prediksi Curah Hujan Bulan Nopember 2015.

Bulan Oktober telah berlalu dengan menyisakan “pekerjaan rumah” bagi para pihak untuk menanggulangi dampak yang terjadi pasca bencana beberapa waktu yang lalu. Perbaikan infrastruktur, relokasi warga, rehabilitasi rumah warga yang rusak atau bahkan hancur, serta rehabilitasi lahan pertanian, merupakan prioritas yang harus segera diselesaikan untuk menormalisasi kondisi wilayah yang nyaris “porak poranda” ini.

Kembali kepada masalah curah hujan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana di wilayah ini, saya ingin menyampaikan sedikit informasi tentang prakiraan curah hujan yang akan terjadi pada bulan Nopember 2015 ini, sekaligus sebagai bentuk “early warning” (peringatan dini) untuk meminimalisir dampak dari fenomena alam ini. Analisis sederhana ini saya buat dengan mengambil referensi yang saya peroleh dari BMKG melalui jurnal Analisis dan Prakiraan Curah Hujan yang saya terima setiap bulan.

Sesuai dengan analisis curah hujan bulan September dan Oktober 2015, serta hasil pemotretan Citra satelit cuaca BMKG, pada bulan Nopember 2015 ini diprediksi akan terjadi pemerataan pembentukan awan di semua wilayah, dan penumpukan awan di wilayah tengah Aceh mulai berkurang. Dengan asumsi tersebut, maka sifat curah hujan di Kabupaten Aceh Tengah pada bulan Nopember ini cenderung bersifat normal. Curah hujan diperkirakan akan berkisar antara 200 – 300 mm atau masuk dalam kategori normal dengan intensitas curah hujan rendah sampai sedang. Dengan prediksi demikian, potensi terjadinya banjir dan tanah longsor di daerah ini diperkirakan akan semakin kecil, kondisi demikian juga cukup kondusif untuk melakkukan kegiatan usaha tani, dimana ketersediaan air cukup, namun curah hujan tidak begitu tinggi. Meski demikian, para petani juga harus tetap memperhatikan drainase pada lahan pertanian mereka, karena meski diprediksi curah hujan pada bulan ini normal, tapi bisa saja pada hari-hari tertentu terjadi curah hujan tinggi, meskipun mungkin hanya 2 – 3 hari saja, ini juga berarti kita tidak boleh menurunkan tingkat kewaspadaan.

Kita juga menyadari sepenuhnya, bahwa turunnya hujan itu merupakan hak “Prerogatif” Allah SWT, namun upaya antisipasi dengan memperhatikan prakiraan curah hujan BMKG juga merupakan hal yang bijak. Karena prakiraan hujan yang disusun oleh BMKG bukanlah ramalan dukun atau para normal yang mendasari ramalan mereka melalui sinyal-sinyal mistis, Tapi prakiraan curah hujan yang disampaikan secara periodik oleh pihak BMKG didasari oleh analisis, pengkajian dan penelitian secara terus menerus selama bertahun-tahun dengan memanfaatkan peralatan dengan teknologi satelit, sehingga berdasarkan pengalaman selama ini, prakiraan yang dikeluarkan oleh BMKG, biasanya tidak akan berbeda jauh dengan kondisi riil di lapangan.

Terlepas dari sikap memperhatikan atau mengabaikan informasi yang saya sampaikan lewat tulisan ini, semua kembali dari kaarifan kita masing-masing. Hanya sekedar mengingatkan saja bahwa apapun yang terjadi di alam raya ini, sebenarnya telah di”gambar”kan secara jelas oleh Allah SWT dalam Alqur’an, bahwa terbentuknya awan, terjadinya hujan, pergantian siang dan malam itu merupakan salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah, bagi orang-orang yang mau berfikir.

*) Pengamat dan pencatat curah hujan di Kabupaten Aceh Tengah sejak tahun 2008.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.