Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Sebagian berpendapat bahwa cinta bagi kalangan kawula muda adalah sesuatu yang harus dirasakan, jika tidak dirasakan maka hidup ini bagaikan taman tak berbunga katanya. Cinta itu memang indah, cinta itu sesuatu; sesuatu yang berasal dari hati. Tidak ada cinta yang abadi, selain cinta suci yang keluar dari relung hati, cinta ragam ini tak akan sirna kecuali ajal datang menjelang. Cinta adalah bayang-bayang indah yang terpateri dalam jiwa, cinta adalah kasih yang terukir dalam hati begitulah definisi cinta, sebuah definisi yang berurusan dengan hati Cinta itu memang membawa seseorang semangat dalam beraktivitas, semangat karena mempunyai seseorang bidadari atau pangeran dalam hatinya yang selalu memberikan perhatian; segala pengorbanan dilakukan hanya untuk belahan jiwa sehingga dua insan yang saling mencintai ini terkadang sampai kepada sifat posesif yang berlebihan karena terlalu cinta.
Cinta adalah sesuatu yang wajar dalam hati manusia dan secara tabi’at pasti akan memiliki rasa cinta kepada kawan jenisnya. Demikian juga Rasulullah saw ditanya tentang siapa orang yang paling dia cintai, maka jawaban pertama beliau adalah Aisyah. Istri beliau (Diriwayatkan oleh Bukhari np. 3662 dan Muslim no.2384).
Setiap orang pasti akan memiliki rasa cinta, namun terkadang cinta itu mengarah kepada hal-hal yang buruk dan juga kepada hal-hal yang baik. Jika cinta itu disalurkan kepada jalan yang benar yaitu dengan jalan pernikahan dan membangun rumah tangga dengan kasih sayang dan dengan adanya pernikahan itu hidup akan menjadi tentram, sebagaimana Firman Allah swt dalam Q.S Ar-Ruum: 21 “Dan diantara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.”
Allah telah menciptakan cinta dan kasih sayang hanya saja bagaimana caranya kita memperlakukan cinta itu agar menjadi cinta yang baik dan menciptakan legenda cinta dalam rumah tangga yang ditaburi dengan bunga-bunga kebahagiaan.
Namun ada juga cinta itu mengarah kepada hal-hal yang buruk yang diakibatkan karena sifat posesif, inilah yang menjadi masalah bagi kawula muda. Terlalu cinta itu sering memunculkan aura amarah, rasa cemburu yang berlebihan hingga terjadilah pertengkaran dan banyak kasus gara-gara terlalu cinta hingga akhirnya menjadi cinta buta dan berakhir pada maut akibat ulah terlalu cinta.
Terlalu Cinta Menuju Pertengkaran
Dari terlalu cinta ini terkadang di antara dua insan yang saling mencintai sering terlibat dalam arena pertengkaran, karena biasanya orang yang sudah jauh melangkah dalam dunia percintaan itu biasanya telah melampiaskan nafsu syahwatnya. Dalam kitab Klasik Legendaris tentang seni mencinta yang berjudul “Risalah Cinta” yang dikarang oleh salah seorang ulama dan pujangga besar Islam abad ke-5 H yang bernama Ibn Hazm al-Andalusi, dilihat dari namanya yaitu al-Andalusi berarti beliau berasal dari Spanyol tepatnya ia lahir di Cordoba. Dari kitab ini dijelaskan tatkala segala hasratnya sudah terpenuhi, segala kenikmatan yang ia angankan telah ia rasakan dan segala hal yang ia harapkan telah terkabulkan, ia mulai berani menentang keinginan sang pujaan dan berani membangkan perintah sang pujaan. Sampai akhirnya, ketika kesempatan baik datang, ia segera pergi meninggalkan sang pujaan sendirian. Kata Ibn Hazm banyak yang beliau temui orang yang berjenis demikian. Ini merupakan penjahat cinta kata beliau dan ada sebuah puisi dari beliau yang bercerita tentang “Penjahat Cinta”
Ketika harapan demi harapan
Satu demi satu telah tersalurkan
Perintahmu jangan kau harapkan
Akan kudengarkan dengan penuh perhatian
Kau benci selepas cinta, aku tak peduli
Kau marah selepas marah, aku tak peduli
Kala mata air telah kutemukan
Api yang berkobar pasti akan kusirami
Terlalu cinta kepada orang yang kita cintai terkadang bisa membawa malapetaka, berbagai peristiwa telah terjadi disekitar kita akibat lima huruf ini, berita di koran-koran maupun di televisi banyak kasus tentang pembunuhan yang dilatar belakangi karena masalah cinta, ada juga membawa kabur pasangannya karena tidak direstui oleh orang tuanya tapi apa daya jika sudah terlalu cinta apapun bisa dibereskan dan lain sebagainya akibat ulah terlalu cinta ini, oleh karena itu kita memandang cinta itu haruslah dengan pandangan positif yang bisa membawa ke arah yang baik karena bagaimana pun cinta ini adalah urusan hati, bukan membawa cinta itu kepada hal-hal keburukan.
*Alumni Ponpes Nurul Islam Bener Meriah, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh.






