Banda Aceh-LintasGayo.co : Kepala Bappeda Aceh, Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, M.S. sangat mengapresiasi penerbitan buku Njaing karya penulis sepuh asal Gayo Lues, Syamdudin Said. Tak hanya mengapresiasi, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala turut membantu biaya cetak buku perdana penulis yang merupakan satu-satunya Peserta Delegasi Besar Masyarakat Gayo Lues dan Tanah Alas menuntut lahirnya Kabupaten Aceh Tenggara ke Takengon Tahun 1965 yang masih hidup itu.
“Secara pribadi, saya menyambut baik dan memberikan apresiasi serta penghargaan yang setinggi-tingginya atas penyusunan buku Njaing yang ditulis Bapak Syamsuddin Said. Buku ini sangat penting bagi pendokumentasian Gayo, baik sekarang maupun pada masa-masa mendatang. Lebih dari itu, buku Njaing ini akan menambah literatur Gayo, khususnya literatur Gayo Lues yang memang masih sangat terbatas,” kata Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, M.S.di Banda Aceh, Kamis (8/10/2015)
Dalam kata pengatarnya, Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, M.S., menyebutkan, Gayo memiliki kekayaan seni, bahasa, sastra, budaya, dan menjadi sumber sejarah di Aceh dan Sumatera. Bahkan, warisan budaya dunia tak benda dari Gayo Lues, yakni Tari Saman sudah menjadi warisan dunia yang ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), pada tanggal 24 November 2011 lalu. Demikian halnya dengan kopi, komoditas pertanian dari Dataran Tinggi Gayo, yang telah diakui dunia sebagai Kopi Arabika yang mem-punyai citarasa terbaik. Selain itu, ada Kawasan Ekosistem Leuser yang terbentang di wilayah Bukit Barisan yang sebagian besar berada di Dataran Tinggi Gayo.

Dilanjutkannya, sejak orang Gayo mendiami Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang di tanoh Gayo, Takengon (sekarang bagian wilayah Propinsi Aceh) sejak 7575 tahun lalu, banyak perubahan dan kemajuan dialami masyarakat Gayo. Sayangnya, catatan mengenai perjalanan orang Gayo sejak pertama kali mendiami ujung pulau Sumatera “tanoh Gayo” sampai sekarang masih sangat terbatas. Buku pertama yang mengulas tentang Gayo dengan judul: Het Gajoland en Zijne Bewoners (Tanoh Gayo dan Penduduknya) yang ditulis oleh Christian Snouck Hurgronje, baru terbit, tahun 1903.
Orang Gayo sendiri, sambungnya, baru menerbitkan buku: Tafsir Al Gayo (Tafsir Gayo) yang ditulis Abdurrahim Daudy atau Tengku Mude Kala, dan dicetak oleh Maktabah al-Baby al-Halaby, Kairo, tahun 1938.
Menurut Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, M.S, buku setebal 110 halaman yang diterbitkan Mahara Publishing ini dapat mendukung pengembangan perpustakaan dan meningkatkan minat baca di tengah-tengah masyarakat Gayo, terutama Gayo Lues. Selain itu, buku ini diharapkan dapat mendukung gerakan literasi sekolah seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 yang diluncurkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2015 yang lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
“Di tengah keterbatasan dan dalam usia yang tidak lagi muda (mendekati 81 tahun), Pak Syamsuddin Said tetap semangat untuk menulis. Semoga semangat, kerja keras, dan kerja nyata yang dilakukan Pak Syamsuddin Said dapat menjadi inspirasi dan semangat bagi kita semua untuk berbuat lebih bagi tanoh tembuni, khususnya generasi muda Gayo dan Gayo Lues. Di sisi lain, kami mengharapkan agar Pak Syamsuddin Said untuk tetap semangat dan tidak berhenti untuk berkarya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, perlindungan, dan kelapangan dalam beribadah dan menjalankan tugas kita sehari-hari. Aamin ya Rabbalalamin,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Syiahkuala asal Gayo Lues tersebut.
(AF)